The System

Di bawah tatapan banyak Orang Rara bangun dari duduknya sambil menepuk nepuk bajunya yang berdebu.

Rara menatap semua Orang yang melihatnya dengan mulut menganga, Rara memiringkan kepalanya sambil mengerjapkan matanya bingung.

"Kenapa?" suara Rara sukses menyadarkan semua Orang dari keterkejutan Mereka.

Patriak, Tetua Satu dan Dua juga langsung memasang sikap waspada.

"Tak kusangka ada Bocah sehebatmu di tempat sekecil ini, Aku akan memberimu tawaran bagaimana?" ucap Patriak Li dengan angkuh.

"Tawaran apa?" tanya Rara bingung.

"Kau akan jadi Selirku dan mendapat banyak Sumber Daya," ucap Patriak Li dengan bangganya.

"Gak mau!" jawab Rara tegas.

"Dasar J_lang kecil, jangan mentang mentang Kau bisa mengalahkan Pak Tua itu Kau merasa sangat kuat!" bentak Patriak Li sambil mengeluarkan Roh Bela Dirinya, Seekor Siluet Bayangan Anjing dengan lidah Panjang keluar dari tubuh Patriak Li.

Anjing Lidah Api!

Roh Bela Diri Anjing Lidah Api hanya berada pada tingkatan Bumi, Hewan Buas Anjing Lidah Api juga berada di tingkat Rendah.

Namun ada satu Hal yang disadari Para Pendekar yang tau mengapa Hewan Buas atau Roh Bela Diri Anjing Lidah Api cepat berkembang.

Nafsu!

Anjing Lidah Api terkenal dengan nafsunya yang besar, selain memuaskan dirinya Anjing Lidah Api juga menambah kekuatannya saat bersetubuh.

Bahkan ada beberapa kasus dimana Hewan Buas Anjing Lidah Api pernah menculik Manusia atau Hewan Buas lain untuk memuaskan nafsunya.

Tetua Satu dan Dua yang melihat Patriaknya mengeluarkan Roh Bela Diri juga ikut mengeluarkan Roh Bela Dirinya.

'Kata Suami, Istri gak boleh ceroboh kalau ada lawan yang banyak harus mengeluarkan Roh Bela Diri,' pikir Rara mengingat pesan Feng.

Rara kemudian memasang kuda kuda lalu mengeluarkan Roh Bela Dirinya, semua Orang membuka mata lebar melihat keindahan Roh Bela Diri Rara.

Siluet seekor Kelinci putih dengan corak hitam bersinar dibadannya dengan telinga panjang dan ekor panjang keluar dari Rara.

Semua terpana!

Roh Bela Diri Dewa Kelinci memang sangat Indah dan memiliki Aura kemewahannya sendiri.

Patriak dan Tetua Tetua yang juga terpana langsung menggelengkan kepalanya menyadarkan dirinya.

Langsung saja 2 Tetua melesat ke sudut sudut hingga kini Rara di kepung Patriak Li dan Tetua Tetua.

"Gadis kecil kuberi Kau satu lagi penawaran atau Kau akan kupaksa dengan Kasar," ucap Patriak Li dengan senyum menjijikkan.

"Hmph! Suami lebih punya banyak Sumber Daya dari pada Paman, Suami juga bisa bikin Masakan enak gak kayak Paman yang cuman bisa masak Batu! Wleee," ejek Rara menjulurkan lidahnya.

Semua Orang kembali terkejut saat Gadis Kecil itu berkata 'Suami', Patriak pun juga terkejut, bagaimana Gadis sekecil ini punya Suami.

Namun jejak kemarahan muncul di wajah Patriak Li saat Gadis kecil didepannya mengejeknya hanya bisa masak dengan batu walau kenyataannya bahkan Ia sama sekali tak bisa masak walau hanya batu.

"Hahaha.... Tak kusangka Gadis sekecilmu memiliki Suami, Aku mau tau bagaiaman reaksi Suamimu saat melihat Aku menikmati tubuhmu didepannya," ucap Patriak Li menjilat bibirnya menatap Rara penuh nafsu.

Patriak Li kemudian melesat kedepan melayangkan Tinju, Rara walau dapat menahan tinjunya memilih untuk menghindar dengan berputar.

Tetua satu juga ikut membantu dan megirimkan Tebasan Energi Api ke Arah Rara yang sedang menghindar.

Rara langsung menahan Tebasan Energi itu dengan element Kayunya, Tetua Dua yang melihat hal tersebut dengan Element Tanah dan Apinya membuat lubang dalam dengan isi Api.

Rara yang tak menyadari hal tersebut langsung terjatuh.

"Hahaha... Mati juga Ka-" tawa Tetua dua terhenti diganti wajah terkejut saat melihat Rara terbang dengan sayap element Angin.

Patriak dan Tetua membuka mata lebar melihat hal tersebut, namun karna sudah terlanjur Mereka kembali menyerang.

Mereka terus bertukar serangan tanpa Jurus atau Teknik namun dampaknya luar biasa, dalam jarak 100 meter dari Mereka telah hancur semua, Warga pun juga sudah menjauh sejak pertarungan dimulai.

...- - -...

Rara melompat kebelakang dengan nafas tak beraturan, Patriak dan Tetua juga mundur, tampak Tetua satu penuh dengan luka parah dan Tetua dua yang juga penuh luka namun tak separah Tetua dua.

Patriak Li juga teluka sedikit namun Ia masih memiliki banyak stamina, melihat Gadis Kecil di depannya kehabisan stamina Patriak Li tersenyum remeh.

"Gadis Kecil lebih baik Kau menyerah dan meninggalkan Suami bodohmu untuk menjadi Selirku," ucap Patriak Li menjijikkan.

Mata Rara berubah marah saat mendengar kata 'Suami Bodoh' dari mulut Patriak Li.

"Jangan pernah menghina Suami!" teriak Rara marah lalu mengeluarkan Aura sebenarnya.

Tingkat Perak Lapis 7!

Tingkat Emas Lapis 1!

Tingkat Emas Lapis 5!

Tingkat Emas Lapis 9!

Tingkat Bumi Lapis 1!

Tingkat Bumi Lapis 3!

Patriak Li dan Tetua menganga saat merasakan Aura Rara tanpa Mereka sadari badan Mereka bergetar karna takut.

Rara menatap marah ke arah Mereka membuat Patriak dan Tetua menelan ludahnya karna takut.

Tanpa berkata kata Rara melesat maju dan melayangkan tinju ke Patriak Li, Patriak Li yang tak sempat menghindar lagi langsung mengumpulkan Energi yang tersisa untuk menahan Rara.

Namun perbedaan Tingkat yang jauh membuat Patriak Li langsung tepental hingga menabrak 2 Rumah dan langsung memuntahkan darah.

2 Tetua langsung melesat membantu Patriak Mereka.

"Patriak lebih baik kita menggunakan Pusaka itu atau kita akan mati," bisik Tetua dua, Tetua satu mengangguk setuju.

Patriak Li pun dengan berat hati mengeluarkan pusaka yang selama ini Ia jaga, sebuah Mutiara kecil berwarna hitam pekat muncul ditangan Patriak Li.

"Gadis kecil Aku tak menyangka Kau lebih kuat dariku, namun Aku tak yakin lebih kuat dari Dia," ucap Patriak Li lalu melempat Mutiara itu ketanah.

Mutiara itu meledak menjadi asap hitam dengan Aura pembunuh yang kuat, bahkan Rara termundur beberapa langkah saat merasakan Aura pembunuh tersebut.

Saat asap itu menghilang tampak sesosok Makhluk mirip Manusia dengan perut berlubang, dan tubuh aneh.

Makhluk itu mengeluarkan Aura pada Tingkat Bumi lapis 4, 1 tingkat lebih tinggi dari Rara, Rara yang sekarang Qi nya juga hampir habis menjadi tak tenang.

"Hahaha.. Rasakan serangan Raja Mayat itu!" tawa arogan Patriak Li.

Mayat itu kemudian mengumpulkan Energi kegelapan ditangannya hingga sebesar Rumah kecil.

Rara yang melihat itu tampak putus asa.

'Suami, maafkan Rara karna tak dapat lagi menemani Suami berpetualang,' batin Rara meneteskan Air matanya.

Setelah sepenuhnya terkumpul Mayat itu langsung melemparkan Bola Energi itu ke Rara.

Dengan sangat cepat Bola Energi itu melesat menuju Rara bahkan tanah dan tumbuhan yang dilewati Bole Energi itu tampak mati dan layu.

Rara memejamkan matanya pasrah.

BOOOOOOM!!!

...- - -...