Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11-Sedikit Cerita
Setelah Vivian memakai bajunya dirinya lekas menuju dapur. Memang rumah terasa sepi, sebab sang Ayah sedang sakit dan harus dirawat disana. Tak lupa Vivian membuat susu ibu hamil untuk dirinya dan calon bayi itu. Walaupun Vivian sebenarnya belum terbiasa tapi diri tak akan lupa ak. Nutrisi yang ada pada kandungannya.
Anak kecil dipaksa harus dewasa, mengalami perubahan hidup yang harusnya itu ia peroleh saat dewasa. Tapi takdir berkata lain, dirinya mau tak mau harus siap menjadi ibu di usia muda.
Klang... Klang... Ting... Ting... Suara gelas yang diaduk oleh Vivian di dapur. Tanda membuat segelas susu itu.
Srup... "Emm... Seperti biasa rasanya enak..."Vivian mencicipi dan tersenyum puas. Sebenarnya dirumah ini terdapat 1 asisten rumah tangga. Namun kebiasaan dirumah ini lebih suka bekerja mandiri dari pada harus merepotkan orang lain.
Bik Sum adalah istri Mang Tono, suami istri tersebut sudah bekerja puluhan tahun dirumah ini. Suka maupun duka mereka mengetahui apa saja yang terjadi dirumah ini, keduanya sangat setia dan mengabdikan diri dirumah ini. Mereka bekerja untuk menghidupi keluarganya dikampung. Mereka sudah dikaruniai seorang anak laki-laki, namun kejadian naas menimpa mereka harus menerima takdir bahwa anak mereka meninggal saat kejadian kecelakaan beruntun yang terjadi 5 tahun lalu, harus merenggut nyawa anaknya.
Jika dihitung usianya pasti lebih besar dari Vivian, usia anak mereka seusia mahasiswa baru yang akan mudik pulang ke kampung menemui orang tuanya, maklum libur panjang, jadi beliau memanfaatkannya, tapi kisahnya terhenti di kejadian itu. Ia pulang tapi bukan pulang sementara tapi untuk pulang selama-lamanya.
Suara berisik terdengar dari dapur, membuat Bik Sum yang tertidur harus keluar untuk mengecek apa gerangan yang terjadi. Bik Sum berjalan tergopoh-gopoh.
"Eeh Non Vivi, mau apa Non? Kenapa nggak panggil Bibik aja?"tanya Bik Sum sungkan.
"Ah... Nggak papa kok lagian cuma bikin susu doang."jawab Vivian sekenanya. "Bik boleh temanin aku disini sementara Bik?"Vivian bertanya pada Bik Sum, lalau Bik Sum mengiyakannya.
"Kalo gitu Bibik duduk disampingku dong Bik..."pinta Vivian manja dan dituruti Bik Sum ia duduk disamping Vivian.
Mereka hening beberapa saat, tak lama kemudian Vivian akhirnya buka suara "Bik... Aku boleh nanya nggak?"tanyanya penuh harap menatap Bik Sum. Bik Sum pun menoleh ke arah Vivian "Ya Non, boleh asal Bibik masih bisa jawab, Bibik jawab Non" sejenak Vivian terdiam, kemudian mengangguk.
"Hmm... Aku jadi penasaran gimana aku waktu kecil Bik? Apa Mama dan Papa susah dalam membesarkanku selama ini?" tanya Vivian sambil mengelus perut datarnya dan menerawang gimana repotnya Mama dan Papanya mengasuh dirinya.
Bik Sum sejenak terdiam (apakah aku bercerita tentang hal itu ya? Hmm... Nggak usah deh, biarlah Tuan dan Nyonya yang menceritakan hal itu...) gumam Bik Sum dalam hati "Ah... Hahaha, yang pastinya Tuan dan Nyonya lucu sekali menghadapi Non waktu kecil, rewel, suka nangis, tapi Tuan dan Nyonya tidak pernah mengeluh dan selalu saja mengalah"ucap Bik Sum sambil terkekeh.
"Benarkah? Wah pasti seru sekali momen-momen itu... Aku ngga sabar membesarkan anak ini... Walaupun..."sahut Vivian sangat excited serasa mengelus perutnya dan kalimatnya sedikit terjeda. "Walaupun apa Non?"tanya Bik Sum mendengar kalimat Vivian yang terpotong. "Walaupun pada akhirnya Aku membesarkan anak ini sendirian Bik..."ucapnya lagi dengan mata sedikit berkaca-kaca.
Bik Sum memperhatikan itu sedikit terdiam tidak ingin terlibat lebih lanjut, ia hanya mengusap pelan punggung tangan Vivian. "Oh... Iya, Aku ada yang mau Aku kerjain"Vivian menyudahi percakapan itu, dan beranjak menuju kamarnya.
Bik Sum hanya bisa menatap punggung Nona Mudanya (maafkan Bibik ya Non karna nggak bisa cerita banyak, biarlah rahasia itu Tuan dan Nyonya saja yang mengatakannya, Bibik sendiri tidak memiliki wewenang dalam hal ini. Melihat Nona bahagia Bibik sudah senang dan bersyukur) gumamnya dalam hati sambil membereskan sisa gelas kotor yang digunakan Vivian tadi.
tanpa tanda koma. tanda koma sbg penghubung dua kalimat biasanya pada kata penghubung akan tetapi, meskipun, walaupun, melainkan, sedangkan dll.
harus tau penggunaan kata 'di' sbg penunjuk dan sbg kata kerja