Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Tak Sengaja Bertemu Kembali
Ya, lelaki yang dilihat Sekar saat ini adalah Angga Yudho P.
"Memangnya aku tak boleh ke sini!" sungut Angga.
"Ya, bukan begitu Pak Polisi. Cuma aneh saja polisi masuk wilayah basis TNI begini. Mana lagi gak pakai seragam pula," cibir Sekar.
Angga memang saat ini tidak memakai seragam dinas kepolisiannya. Ia hanya memakai kaos polo santai dengan celana bahan. Jaket kepolisiannya ada di jok mobilnya. Sengaja tak ia pakai sekarang ini.
Ketika Angga akan pergi dari area parkir Graha Samudra Bumimoro (GSB), ekor matanya tiba-tiba melihat siluet Sekar yang sedang berjalan. Didera rasa penasaran, Angga pun memutuskan keluar dari mobilnya dan mendekati sosok tersebut yang ternyata benar Sekar, wanita unik yang tanpa sengaja akan ditilang olehnya beberapa bulan yang lalu.
Mendadak nama Sekar Nabila Putri beberapa bulan ini terus berseliweran dalam pikirannya. Angga tak menyangka jika malam ini dirinya akan dipertemukan kembali dengan Sekar. Ini sebuah kebetulan yang istimewa bagi Angga bisa melihat bidadari yang diam-diam mengganggu pikiran dan hatinya akhir-akhir ini.
"Ya, sengaja gak pakai seragam. Tapi, seragamnya ada kok di dalam mobil baru ambil dari laundry masih terbungkus rapi."
"Terus, bapak ngapain di sini?" tanya Sekar.
"Ada perlu saja ke sini dan tolong jangan panggil aku dengan sebutan bapak. Karena aku bukan bapakmu!" ketus Angga.
"Cocok kan dipanggil bapak polisi. Kan sudah jadi bapak-bapak," ledek Sekar yang membuat Angga semakin mendengus sebal akibat julukan dari Sekar yakni 'bapak-bapak.'
"Apa istri bapak bekerja sebagai angkatan laut di sini?" tanya Sekar. "Cocok ya, suami seorang polisi dan istrinya Kowal, angkatan laut wanita."
"Istri?"
"Ya, istri bapak."
"Aku belum punya istri,"
"Oh, bapak statusnya duda toh."
"Astaga, masa wajahku sudah kelihatan kayak duda lapuk sih!" batin Angga semakin menggerutu sebal.
Baru kali ini Angga menemukan wanita seperti Sekar yang melihatnya dengan paras tampan, gagah, tinggi tegap dengan usia 30 tahun, tapi sudah dibilang duda.
"Status di KTP ku belum kawin artinya itu belum nikah, Mbak Sekar Nabila Putri. Saya, Angga Yudho P masih bujangan ting-ting. Tolong dicatat dan direkam dalam otak Mbak Sekar!" desis Angga.
"P nya apaan itu, Pak?" tanya Sekar secara refleks tanpa sadar begitu saja terlontar dari bibirnya alias keceplosan.
"Cuma wanita yang akan jadi istriku, yang tahu kepanjangan P tersebut dari namaku." Angga tersenyum penuh makna.
"Dasar pelit!" umpat Sekar.
"Biarin!" balas Angga. "Ngomong-ngomong kakimu kenapa jalan kayak bebek begitu?"
"Masa bebek sih!" gerutu Sekar tak terima.
"Lah terus apa dong? Soang?" goda Angga.
"Sama saja dong kalau soang!" desis Sekar. "Ini hak sepatuku patah satu. Jadi, jalannya agak gak seimbang." Jelasnya.
"Kalau mau seimbang, ya dipatahin saja bersama." Angga memberikan saran.
"Enak saja main patahin sepatu orang!" tolak Sekar. Angga berpikir sejenak dan tak lama ia teringat sesuatu.
"Tunggu sebentar di sini," ucap Angga hendak pergi menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempatnya berada sekarang.
"Kamu mau ke mana?" tanya Sekar tiba-tiba yang dilanda rasa takut di area komplek basis TNI tersebut sendirian. Apalagi dalam kondisi r3mang-r3mang cenderung gelap seperti sekarang ini. Angga tentu menangkap rasa khawatir tersebut.
"Tenang saja. Itu mobilku," tunjuk Angga guna meyakinkan Sekar bahwa ia tak pergi jauh.
☘️☘️
Kemudian Angga menjelaskan pada Sekar jika di dalam mobilnya, ia teringat ada sepatu kakak perempuannya yang diperkirakan ukurannya sama dengan kaki Sekar. Tentu saja Sekar terkejut mendengarnya dan masih tak begitu percaya.
Sekar berpikir sepatu tersebut adalah milik kekasih Angga cuma diakui pria itu sebagai kakak perempuan. Sekar tetap memasang mode waspada pada pria berseragam seperti Angga untuk tak terlalu dekat dengannya.
"Dasar playboy! Bilang sepatu kakaknya padahal sepatu ceweknya," batin Sekar.
Akan tetapi dikarenakan Sekar dalam kondisi terdesak saat ini, sehingga ia menyetujui usulan Angga untuk memakai sepatu tersebut. Ibarat kata Sekar meminjamnya dahulu untuk acara malam ini. Dan ternyata setelah dicoba, sepatu tersebut memang pas dengan ukuran kaki Sekar.
Faktanya, Angga memang datang ke tempat yang sama dengan Sekar saat ini karena mengantar sang kakak perempuan. Suami kakaknya termasuk perwira yang juga hadir di acara pesta tersebut.
Kakak perempuannya tadi sengaja membawa dua sepatu dari rumah ke dalam mobil Angga. Satunya sudah digunakan ke acara dan satunya sengaja ditinggal di dalam mobil hanya untuk berjaga-jaga alias cadangan.
"Nah, pas kan di kakimu." Angga melihat sepatu sang kakak sudah terpasang cantik di kaki Sekar.
"Iya," jawab Sekar.
"Ya sudah, kamu telepon pacarmu buat jemput di sini," Angga mengira Sekar datang ke sini karena punya kekasih anggota TNI AL, padahal faktanya tidak seperti itu.
Sekar pun akhirnya menjelaskan pada Angga jika dirinya ke sini hanya untuk menemani sahabatnya saja.
"Oh, aku pikir pacarmu anak angkatan laut sini."
"Bukan. Lagi pula aku gak mau pacaran. Apalagi sama pria berseragam,"
"Kenapa?"
"Lagi gak mau cari pacar atau pacaran, mau nya cari yang serius buat nikah dan jadi suami. Terus poin yang lain, lebih enak dan nyaman dapat suami dari kalangan biasa saja dalam artian bukan dari golongan berseragam seperti kamu atau kekasih sahabatku di dalam sana."
"Memangnya kenapa dengan pria berseragam seperti kami? Apa kamu trauma karena pernah punya mantan kekasih berseragam dahulu di masa lalu?" cecar Angga didera rasa penasaran.
"Enggak. Mantanku orang biasa bukan pria berseragam!" jawab Sekar terdengar ketus.
"Oh, kamu punya mantan. Aku pikir kamu gak pernah pacaran," ledek Angga. Keduanya sudah duduk di kursi yang ada di lorong menuju pintu utama masuk gedung.
"Ya punya lah. Memangnya kamu kira aku gak laku!" sungut Sekar tak terima.
"Santai saja. Gak perlu ngegas begitu, Neng." Goda Angga.
"Habisnya kamu nyebelin!" desis Sekar.
Tak lama, Sekar berpamitan pada Angga karena akan masuk ke dalam gedung. Resti sudah menunggunya di pintu masuk. Akhirnya mereka berdua pun berpamitan. Angga memutuskan untuk kembali ke mobilnya.
Sebelumnya tadi, Angga sempat mengatakan hanya ingin mengantar sang kakak lalu pulang ke rumah. Sebab, nanti kakaknya itu akan pulang dengan suaminya.
Dari kejauhan, Resti melambaikan tangan pada Sekar. Saat akan tinggal beberapa langkah Sekar semakin dekat dengan posisi Resti berdiri, tiba-tiba ia teringat sesuatu.
"Bentar, Res. Aku segera kembali lagi ke sini!" teriak Sekar seketika membalikkan tubuhnya dan berjalan cukup cepat ke arah parkiran untuk mengejar Angga. Sekar berharap Angga belum pergi dari sana.
Resti pun hanya bisa bengong melihat tingkah Sekar yang cukup aneh tersebut.
"Semoga dia belum pergi," batin Sekar.
Bersambung...
🍁🍁🍁
☘️Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan bagi yang menjalankan. 🙏
cintanya emang pollllllllllllllll
Sekar pelan² sajaaaaaaa
dihhh si yuni ga di beliin oleh" ko sewot, dasar ipar ga da ahlak