“Aku bukan barang yang bisa diperjualbelikan.” —Zea
Zea Callista kehilangan orangtuanya dalam sebuah pembantaian brutal yang mengubah hidupnya selamanya. Diasuh oleh paman dan bibinya yang kejam, ia diperlakukan layaknya pembantu dan diperlakukan dengan penuh hinaan oleh sepupunya, Celine. Harapannya untuk kebebasan pupus ketika keluarganya yang serakah menjualnya kepada seorang mafia sebagai bayaran hutang.
Namun, sosok yang selama ini dikira pria tua berbadan buncit ternyata adalah Giovanni Alteza—seorang CEO muda yang kaya raya, berkarisma, dan tanpa ampun. Dunia mengaguminya sebagai pengusaha sukses, tetapi di balik layar, ia adalah pemimpin organisasi mafia paling berbahaya.
“Kau milikku, Zea. Selamanya milikku, dan kau harus menandatangani surat pernikahan kita, tanpa penolakan,”ucap Gio dengan suara serak, sedikit terengah-engah setelah berhasil membuat Zea tercengang dengan ciuman panas yang diberikan lelaki itu.
Apa yang akan dilakukan Zea selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BEEXY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 - Rencana
Langkah kaki seorang anak laki-laki terdengar menggema di lorong. Saat mendengar seorang wanita memanggilnya, anak laki-laki itu lantas berlari makin kencang memasuki sebuah rumah kaca yang penuh dengan bunga-bunga ; mekar dengan cantik. Senyum merekah di wajah anak laki-laki tersebut, dia mencium satu persatu kuncup bunga dengan ekspresi bahagia. Wanita yang lebih tinggi dari anak laki-laki itu dengan telaten menyirami tanaman yang ada di sana untuk membantu proses fotosintesis. Pasang anak laki-laki melihat dengan cermat bagaimana wanita itu sangat telaten merawat semuanya, samar-samar wanita itu berambut gelombang gelap dengan senyuman di wajahnya. Sang anak laki-laki bahagia selalu saat bersama wanita itu.
Hingga tiba-tiba adegan beralih cepat menjadi malam yang kelam di mana tumbuhan dan bunga yang indah tersebut kini penuh dengan bercak darah, suara tembakan sukses membuat burung-burung berterbangan dari pohon. Terjadi pertarungan hebat sementara anak laki-laki itu hanya menutupi kedua telinganya sambil bersembunyi dibalik pot bunga yang besar.
Debaran jantung anak laki-laki itu tidak tertahankan, berdetak begitu cepat. Ketegangan menghiasi udara, Dia hanya bisa menggigit bibir bawahnya merasakan ketakutan luar biasa. Saat anak laki-laki itu hendak menoleh kembali untuk melihat apa yang terjadi, seseorang tiba-tiba menariknya—dia tidak tahu siapa.
Setelah itu, terdengar suara ledakan dan asap memenuhi ruang kaca, di saat yang bersamaan suara tembakan tidak lagi terdengar dan anak laki-laki itu kehilangan kesadaran dalam rasa takut yang luar biasa hingga ...
Giovanni membuka kedua matanya. Aliran keringat membasahi pelipisnya, walaupun jantungnya berdebar-debar tapi wajah Giovanni tetap tegas dan terlihat tidak terpengaruh, gestur tubuhnya tidak menunjukkan tanda-tanda orang yang mengalami mimpi buruk.
Lelaki itu kemudian menoleh ke arah samping, melihat wajah tenang Zea saat tertidur membuat Gio menaikkan sudut bibirnya. Lelaki itu perlahan menaikkan selimut untuk menutupi bahu Zea.
Dia kemudian beranjak dari tempat tidur, berjalan dengan menggunakan sandal untuk keluar dari kamar lalu berjalan ke arah dapur. Saat membuka kulkas untuk minum, Giovanni merasakan seseorang mendekat.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" Katanya Giovanni lalu dia menenggak minuman dan kembali menutup kulkas.
Seseorang yang dari tadi mengamati Giovanni adalah Federico. "Nona Zea mulai penasaran dengan tanan itu, Tuan Altezza."
Giovanni menghela nafas lalu menjawab, "saat dia bertanya padamu, apa jawabanmu?"
"Saya telah mengintimidasinya agar tidak berani mendekati taman itu."
Giovanni mengangguk, "Benar. Terus lakukan seperti itu, Aku tidak ingin dia berada di sekitar taman itu."
"Namun apakah anda tidak berniat melakukan sesuatu pada taman itu? Karena tempatnya hampir tidak pernah tersentuh oleh manusia dan juga CCTV, saya takut keamanan di sana cukup rentan."
Giovanni memejamkan matanya lalu menghela nafas. "Tidak perlu. Aku tidak ingin ada perubahan di sana. Untuk keamanan, aku juga telah menyewa bodyguard alteza untuk melindungi mansion dan juga Zea. Jadi kau tidak perlu khawatir."
"Tapi, ketegangan yang terjadi waktu di pantai itu membuat saya berpikir mungkin saja William akan kembali membalas dendam atas kematian Stefano. Saat saya membersihkan area tempat kejadian perkara, Saya melihat sebuah drone di atas tengah mengawasi. Saya merasa itu adalah William." Federico menjelaskan tentang kejadian penembakan di pantai di mana lelaki itu bertugas sebagai pembersih.
"Sudah menjadi kebiasaannya untuk mengawasi setiap pertarungan dari jauh. Dia tidak akan terjun langsung ke bawah, dan soal kemungkinan William akan menyerang mansion itu kecil. Mansion ini dilindungi oleh banyak ranjau dan memiliki ruang senjata api yang dapat digunakan untuk memukul mundur mereka. Lagipula, William tidak akan berani menyerang. pasti yang dia lakukan hanyalah mengawasi dari jauh." Giovanni berkata dengan nada yang karismatik dan tegas.
Menunjukkan wibawanya sebagai Mafia serta kecerdasannya dalam memprediksi perlawanan musuh. Namun, satu hal yang dilupakan oleh Giovanni. Kalau yang diincar William tidak lagi tentang menyerang secara langsung, melainkan melalui Zea.
\=\=
William mengumpulkan anak buahnya di dalam ruangan dan menunjukkan layar digital di mana dia memberitahu beberapa titik Mansion Giovanni.
"Yang perlu kalian lakukan hanyalah menyusup masuk dan menangkap Zea Calista. Sebisa mungkin hindari interaksi dengan Giovanni Alteza atau bahkan para pelayan Alteza,"jelas William, mereka semua mengangguk-angguk mendengarkan instruksi dari William.
"Baik, Bos."
"Satu hal lagi, saat aku bilang hindari para pelayan Alteza. Maksudnya tidak hanya pelayan pria, tapi juga wanita. Jangan karena mereka wanita, kalian meremehkannya. Siapapun yang berada di bawah naungan alteza, bukanlah orang biasa termasuk pelayan wanita. Dengar itu." Aku diam kembali menegaskan kata-katanya agar para anak buahnya tidak salah meremehkan orang yang terlihat lemah.
Wiliam berdiri dan menautkan jari-jarinya. "Aku ingin kalian membawa Zea Calista dengan tenang tanpa menimbulkan keributan di Mansion. Apalagi sampai menarik perhatian Giovanni alteza, bahkan dari CCTV. Jangan sampai Giovanni menyadari keberadaan kalian."
Mereka semua kembali mengangguk-anggukkan kepala.
"Kalian tahu apa yang akan terjadi jika rencana ini gagal,"ucap William lagi dengan nada yang tajam serta sorot mata mengintimidasi satu persatu dari mereka. "Kalian akan merasakan detak jantung kalian berhenti."
\=\=
Zea terbangun pagi itu dan tidak melihat sosok Giovanni di sampingnya. Memang selalu seperti itu. Mungkin memang Giovanni tidak lagi tidur di kamar ini, begitulah pemikiran Zea.
Tapi, sungguh ...
Saat pikirannya kembali mengingat tentang Giovanni Alteza, memori tentang lelaki itu yang tiba-tiba mencium bibirnya dan tetap mengatainya sebagai properti kembali terngiang di pikiran Zea. Membuat gadis itu kesal.
Lelaki itu sangatlah mengerikan. Panuh dengan dominasi.
Zea keluar dari kamar dan mendapati masih banyak bodyguard yang berjaga di luar. Gadis itu hanya menghela nafas pasrah.
"Nona Zea?"ucap salah satu bodyguard.
Sontak itu membuat Zea tertegun, setahu dia para bodyguard itu hanya akan bicara pada Giovanni Alteza, tapi sekarang mengapa dia memanggil Zea?
Gadis itu kan menoleh kebelakang. "Kau memanggilku?"
Sang bodyguard mengangguk. "Bagaimana pagi anda?"
Zea kembali mengerutkan kening, heran karena bodyguard itu di depannya sangat ramah. Walaupun menaruh curiga dia tetap menjawab, "pagiku baik."
Setelah mengucapkan itu sang bodyguard tersenyum manis yang membuat Zea semakin merasa ada yang berbeda.
Dia pun melanjutkan langkahnya ke dapur dan melihat Federico sedang memasak. Zea segera mendekatinya untuk bertanya apakah para bodyguard itu telah diatur ulang untuk bicara dengan gadis itu?
Namun baru saja membuka mulut, tatapan tajam Federico terasa menghunus yang membuat Zea mengurungkan niatnya untuk bertanya.
"Jika kau menemuiku hanya untuk menanyakan hal-hal yang tidak berguna, sebaiknya diam saja,"ucap Frederico dengan nada dingin.
Semakin melunturkan niat Zea untuk bertanya lebih lanjut.
Federico menghidangkan makanan di meja makan. "Makanlah dan berhenti penasaran tentang taman, itu kan yang ingin kau tanyakan?"
"Aku memang masih penasaran tentang itu tapi ada hal lain yang ingin ditanyakan ..."
Perkataan Zea menggantung karena Federico malah tiba-tiba pergi menjawab telfon. Zea pun akhirnya mengurungkan kembali niatnya untuk bertanya dan memilih memakan sarapan yang terhidang di depannya.
Sementara bodyguard yang tadi menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya untuk menekan earpiece di telinga dan mengatakan sesuatu. "Saya telah mengidentifikasi Nona Zea."