NovelToon NovelToon
Menikah Dengan CEO Keras Kepala

Menikah Dengan CEO Keras Kepala

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Playboy / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: mitha

Gagal menikah!One night stand dengan pria asing yang tak dikenalnya.
Anggun terancam dijodohkan oleh keluarganya, jika dia gagal membawa calon suami dalam acara keluarga besarnya yang akan segera berlangsung.
Tapi secara tak sengaja berpapasan dengan pria asing yang pernah bermalam dengannya itu pun langsung mengajak si pria menikah secara sipil.Yang bernama lengkap Sandikala Mahendra.Yang rupanya Anggun tidak tahu siapa sosok pria itu sebenarnya.
Bukan itu saja kini dia lega karena bisa menunjukkan pada keluarga besarnya jika dia bisa mendapatkan suami tanpa dijodohkan dengan Darma Sanjaya.
Seorang pemuda playboy yang sangat dia benci.Karena pria itu telah menghamili sahabat baik Anggun tapi tidak mau bertanggung jawab.Pernikahan asal yang dilakukan Anggun pun membuat dunia wanita itu dan sekaligus keluarga besarnya menjadi berubah drastis dalam sekejap.

Akankah pernikahan Anggun berakhir bahagia?Setelah mengetahui siapa sosok pria itu sebenarnya?Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mitha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab

Beberapa hari berlalu sejak Kala kembali ke Jakarta, dan Anggun mulai merasakan sesuatu yang aneh dalam rutinitasnya. Biasanya, ia menikmati ketenangan di rumah, apalagi setelah bertahun-tahun hidup sendiri. Tapi kali ini, keheningan terasa terlalu sunyi.

Mobil mewah yang ditinggalkan Kala terparkir rapi di garasi, mengingatkannya pada keberadaan pria itu. Lebih dari itu, seorang sopir yang dikirim langsung oleh Kala kini siap sedia mengantarnya ke mana pun.

Anggun awalnya menolak. Namun, ketika ia harus ke pasar untuk membeli beberapa kebutuhan rumah, ia akhirnya menerima tumpangan sang sopir, meski tetap merasa canggung.

Saat duduk di kursi belakang, ia tak bisa menahan diri untuk berpikir. Kala benar-benar memperhatikannya. Bahkan setelah kembali ke Jakarta, pria itu masih memastikan bahwa ia tidak mengalami kesulitan.

---

Malam Hari

Anggun menatap ponselnya, ragu untuk menghubungi Kala lebih dulu. Sejak kepulangannya, pria itu memang mengirim pesan setiap malam, sekadar menanyakan kabar. Tapi hari ini, ia belum menerima apa pun.

Tangannya sudah hendak mengetik sesuatu ketika ponselnya tiba-tiba bergetar. Nama Kala muncul di layar.

"Halo?" Anggun berusaha terdengar santai.

"Kau sudah makan malam?" suara Kala terdengar sedikit lelah, tapi tetap hangat.

Anggun melirik meja makan yang masih kosong. Ia sebenarnya tidak terlalu lapar, tapi mendengar pertanyaan itu membuatnya sadar kalau ia belum makan sama sekali.

"Sebentar lagi," jawabnya asal.

Kala mendesah pelan. "Kau harus menjaga kesehatanmu, Anggun. Jangan menunda makan."

Anggun menggigit bibirnya, merasa janggal dengan perhatian itu. Namun, ia tetap menjawab, "Baik, aku akan makan setelah ini."

Hening sejenak. Lalu, Kala bertanya, "Bagaimana harimu? Apa kau baik-baik saja?"

Anggun menatap ruang tamu yang terasa lebih luas dari biasanya. Entah kenapa, ia ingin mengatakan yang sebenarnya.

"Sepi."

Kala tidak langsung merespons, tapi Anggun bisa mendengar helaan napasnya dari seberang telepon.

"Aku juga," kata Kala akhirnya.

Anggun tidak tahu harus merespons apa.

"Aku akan segera kembali," lanjut Kala, suaranya terdengar lebih lembut. "Tunggu aku."

Dan kali ini, Anggun tidak bisa menyangkal kalau ia benar-benar menunggu.

Anggun menatap koper kecil di samping tempat tidurnya. Keputusan untuk kembali ke Jakarta bukan semata karena permintaan Kala, tapi lebih karena perasaan aneh yang mulai tumbuh dalam dirinya. Beberapa hari tanpa Kala membuatnya sadar betapa ia sudah terbiasa dengan kehadiran pria itu.

Kala tidak mengatakannya secara langsung, tapi Anggun bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang mengganggunya. Dari caranya menghubungi setiap malam, dari caranya bertanya kapan ia akan kembali—semuanya terasa seperti seseorang yang… merindukan rumahnya.

Dan entah sejak kapan, Anggun mulai berpikir bahwa dirinya adalah bagian dari rumah itu.

---

Jakarta

Kala tengah duduk di ruang tamunya, menatap ruangan luas yang terasa lebih dingin dari biasanya. Tidak ada suara langkah kaki Anggun, tidak ada sosok yang menyambutnya setelah seharian bekerja.

Ia mengusap wajahnya, menghela napas panjang. Tidak seharusnya ia merasa begini. Sejak awal, ia tahu pernikahan ini hanyalah sandiwara. Tapi kenapa rasanya ada yang hilang?

Suara pintu kamar mendadak terbuka membuatnya menoleh cepat. Dan saat ia melihat Anggun berdiri di sana, dengan koper kecil di sampingnya, ada sesuatu dalam dirinya yang terasa lebih ringan.

Anggun mengangkat alis, menyadari tatapan pria itu. "Kenapa? Kau terlihat seperti seseorang yang baru saja menemukan barang berharganya yang hilang."

Kala tersenyum kecil, berjalan mendekat. "Mungkin memang begitu."

Anggun mendecak pelan, tapi ada rona samar di wajahnya. Ia menyerahkan koper kecilnya ke Kala tanpa protes ketika pria itu mengambilnya.

"Kau lapar?" tanya Kala tiba-tiba.

Anggun mengangkat bahu. "Mungkin."

Kala menatapnya sejenak sebelum berkata, "Aku sudah memesankan makanan favoritmu."

Anggun terkejut. "Kau ingat?"

Kala mengangkat bahu dengan santai, tapi senyum kecil di bibirnya tak bisa disembunyikan. "Tentu saja."

Anggun tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas, ada sesuatu yang menghangat di dadanya.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya sejak kembali ke Jakarta, Kala merasa bahwa rumahnya tidak lagi kosong.

Setelah meletakkan kopernya di kamar, Anggun berjalan ke ruang makan dan mendapati meja sudah tertata rapi dengan makanan favoritnya. Kala benar-benar mengingat apa yang ia suka—detail kecil yang tidak pernah ia duga akan diperhatikan pria itu.

"Sejak kapan kau jadi perhatian seperti ini?" tanyanya sambil duduk.

Kala duduk di seberangnya, menuangkan air putih ke gelasnya sebelum menjawab santai, "Sejak aku sadar kalau aku tidak suka makan sendirian."

Anggun menatapnya sejenak, lalu mengambil sumpit dan mulai makan. Suasana di antara mereka terasa lebih nyaman dibanding sebelumnya, seolah ada pemahaman yang terjalin tanpa perlu banyak kata.

Kala menatapnya lama sebelum bertanya, "Bagaimana beberapa hari di Tasikmalaya tanpaku?"

Anggun mengunyah pelan sebelum menjawab, "Sepi."

Kala terdiam sesaat, lalu tersenyum kecil. "Aku juga merasa begitu."

Anggun terkejut, tak menyangka Kala akan mengakui perasaannya dengan begitu mudah.

"Anggun," Kala meletakkan sumpitnya, menatapnya lebih serius, "Kau tahu, awalnya aku mengira hidupku baik-baik saja sebelum kau datang. Tapi setelah beberapa hari tanpa kau di sini, aku sadar kalau ada sesuatu yang berubah."

Anggun menelan ludah, merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Berubah bagaimana?"

Kala menghela napas sebelum akhirnya berkata, "Aku terbiasa dengan kehadiranmu. Dan aku tidak tahu apakah itu hal yang baik atau justru berbahaya."

Anggun terdiam, merasakan gelombang emosi yang ia sendiri tak yakin bagaimana harus menghadapinya.

"Tapi aku tidak ingin menyangkalnya," lanjut Kala dengan suara lebih pelan. "Aku ingin kau di sini, Anggun."

Kata-kata itu menggema dalam pikiran Anggun, membuatnya sadar bahwa mereka sudah melangkah terlalu jauh dari sekadar sandiwara.

Dan mungkin, ia juga tak ingin kembali ke batasan yang mereka buat sejak awal.

"Kemarilah!" 

Anggun terkejut saat Kala tiba-tiba menariknya ke dalam pelukan erat. Kehangatan tubuh pria itu menyelimuti tubuhnya, membuatnya merasa aman sekaligus gelisah.

"Aku merindukanmu," bisik Kala di dekat telinganya.

Anggun menahan napas. Kata-kata itu terlalu nyata, terlalu jujur, dan entah kenapa ia tidak ingin menyangkalnya.

Kala perlahan melonggarkan pelukannya, menatapnya dalam sebelum menggenggam tangannya. "Ayo ke balkon. Aku ingin menikmati malam bersamamu."

Tanpa bisa menolak, Anggun membiarkan dirinya dituntun ke balkon apartemen mereka. Kota Jakarta masih terang benderang, lampu-lampu gedung tinggi berkelip seperti bintang di tengah malam. Angin sepoi-sepoi menyapu wajah mereka, membawa suasana yang lebih tenang.

Kala bersandar pada pagar balkon, menatap langit sejenak sebelum menoleh ke arah Anggun. "Apa kau pernah berpikir kalau sandiwara ini mungkin tidak lagi hanya sebuah kebohongan?"

Anggun menggigit bibir bawahnya, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini, dan itu membuatnya takut.

"Kau terlalu menikmati peranmu sebagai suami," gumamnya, mencoba menghindari inti perasaan yang sebenarnya.

Kala tertawa kecil, lalu meraih tangannya kembali. "Dan kau juga terlalu menikmati peranmu sebagai istriku."

Anggun mendesah pelan, tidak bisa membantah. Ia memang menikmati kebersamaan mereka. Hari-hari di Tasikmalaya telah mengubah segalanya. Kedekatan mereka semakin nyata, dan ia tahu ada sesuatu di antara mereka yang tak bisa diabaikan begitu saja.

Kala menatapnya lekat. "Aku ingin kita berhenti berpura-pura, Anggun."

Anggun menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh keyakinan dari pria itu.

"Apakah kau berani mengakuinya juga?" tanya Kala, suaranya nyaris berbisik.

Anggun menggigit bibirnya, menimbang-nimbang perasaannya sendiri. Ia tahu jawabannya, tapi apakah ia siap mengatakannya?

Kala mendekat, menunggu jawaban darinya.

Dan di bawah langit Jakarta yang terang, Anggun menyadari satu hal—mungkin, hanya mungkin, ia juga tidak ingin semua ini berakhir sebagai sekadar sandiwara.

(Bersambung...)

1
Aina Arissa Shahran
kasian kala jadilah seperti kala jengking yang amat berbisa kala....sadarkan orang masa lalu mu bahawa pengkhianatan tak akan menang melawan kejujuran dan kebenaran.....silap langkah ia akan makin terjerumus ke dlm sangkar besi....😅😅😅
kaila
lanjut
yuning
kamu pasti mampu Kala
wii15
makin penasaran sama lanjutannya, ngk sabar ditenggu update kk
yuning
Kala memang hebat
kaila
lanjut
Aina Arissa Shahran
makin seru pula muncul lagi orang masa lalu kala yg ternyata mempunyai dendam omg..... waspada la anggun KO lagi hamil kalau bole bagitahu kala dan kamu cari solusi bersama..jangan bergerak sendiri jangan juga terlalu percayakan org sekeliling..
yuning
hati hati anggun tetap waspada, lebih baik juga memberi tahu Kala, agar Kala juga bisa melindungi kalian
kaila
lanjut
Aina Arissa Shahran
aduiiii c Rena dlm penjara pun bisa lgi buat ancaman.....mau c apa sebenarnya
yuning
amiin
kaila
lanjut
Aina Arissa Shahran
apakah hanya Rena masa lalu kala atau ada lain lagi yg bisa memporak perandakan hubungan kala& anggun
kaila
lanjut
yuning
semoga kebahagiaan mulai berjalan dengan indah
kaila
lanjut
Aina Arissa Shahran
hanya masa lalu anggap hanya sebuah kenangan yg mengiringi perjalanan hidup ke masa hadapan tanpa menoleh kembali..biarkan ia tetap menjadi kenangan...
yuning
mulailah bahagia
Aina Arissa Shahran
hanya 1 ppuan yg terobsesi sama kala...biarkan aja penat pandai berhenti juga Klau tidak di ledani😂😂
yuning
saling percaya , terbuka , komunikasi adalah hal yang dapat memperkuat pondasi rumah tangga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!