Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sulit Melupakan
Setelah menutup sambungan teleponnya Vania memandang jauh kedepan. Demgan tatapan menerawang air mata Vania menetes tanpa mau berkompromi dengannya.
Hingga kedatangan seseorang yang menghempaskan tubuhnya di samping Vania mengejutkan wanita cantik itu.
"Ya Allah, aku sungguh bingung. Vania andai kau jauh lebih dewasa dariku pasti akan menyenangkan untuk tempat bertanya. Mengapa Kak Ibra terlalu lama dalam perjalanan bisnisnya. Tidak tahukah dia aku sedang galau, mumet dan bingung perihal skripsiku yang harus di revisi. Aaaa" Teriakan gadis yang berusia 21 tahun itu mengagetkan Vania yang sedang melamun.
"Kapan kau datang Farah?" tanya Vania yang menatap Farah yang memejamkan matanya sambil memijat-mijat kepalanya pusing.
"Baru saja aku mendudukkan diri di sini adik kesayangannya Kak Ibra." kata Farah masih belum membuka matanya.
"Bagaimana revisi skripsimu lancar?" tanya Vania sambil menatap pada gadis muda yang hanya tua beberapa tahun darinya itu.
"Sudah tolong jangan tanyakan lagi. Kepalaku sedang berasap. Kenapa membuat skripsi tidak semudah membuat novel? Apa perbedaannya? Bukankah sama-sama hatus melihat karya orang terlebih dahulu untuk mencari referensi agar gampang. Tapi kenapa tidak semudah itu." kata Farah sambil meracau.
Vania hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Niat kak Ibra menyuruh Farah tinggal bersama dirinya dan kak Cassandra agar Farah bisa menjaga kami berdua. Tapi, see. Yang terjadi malah sebaliknya. Bukan Farah yang menjaga mereka tapi mereka yang menjaga Farah. Terlebih gadis muda itu beberapa hari ini stress gara-gara skripsinya. Dia bingung dengan perminyaan dosen pembimbingnya.
"Minumlah dulu agar otakmu sedikit dingin. Setelah itu berwudhulah. Minta pertolongan pada-Nya. Sungguh tidak ada yang memberi pertolongan kecuali atas izin dari-Nya.Sampaikan kesusuhanmu melalui do'a. Mohon petunjuk darinya. Semoga kau segera menemukan jawabannya. Aku ada di rooftop jika kau ingin mencariku. Kak Sandra sedang tidur jangan ganggu dia."
"Terima kasih Adik Ipar!" teriak Farah saat Vania berlalu. Ya sudah jadi rahasia umum jika Farah menyimpan rasa pada Ibra. Hamya saja Ibra masih menyembunyikan siapa wanita yang spesial menempati hatinya.
"Andai hidup itu seindah novel. Apapun awalnya selalu happy ending kalau penulisnya yidak mau di amuk pembacanya." kata Farah sambil membaringkan badanya di sofa panjang ruang tamu.
"Jika memang kisah hidupmu seperti novel kisah ending seperti apa yang kau inginkan?" tanya pria yang sedari tadi mengamati wajah Farah yang sepertinya lecek banget karena pusing.
"Aku ingin bisa menjadi tokoh yang hebat, pintar, jenius, punya usaha dimana-mana, kaya raya. Terakhir aku ingin menikah dwngan Kak Ibra yang tampan dan menggoda. Aku akan melahirkan anak untuk kak Ibra sangat banyak..." kata Farah sambil merentangkan kedua tangannya lebar.
Sedangkan Robert tidak kuasa menahan tawanya menutup mulutnya erat, saat melihat wajah Ibra sudah memerah karen Farah yang ngelindur.
"Be...berapa banyak?" tanya Ibra dengan tergagau.
"Aku akan membari kak Ibra anak 10 atau 20 orang anak. Dia pasti akan sangat mencintaiku.." kata Farah saat detik-detik alam mimpi hendak menjemputnya.
Bwaha..ha...ha..ha tawa Robert pecah dengan keras hingga membuat Farah kaget dan langsung terduduk, sedangkan Ibra yang meresa malu dan bingung memilih meninggalkan mereka berdua dan naik ke rooftop di atas.
"Kak Robert?" tanya Farah bingung.
"Kau ingin melahirkan 20 anak untuk Ibra? Ya Tuhan impian mu sungguh panas Farah. Ha..ha..ha.. Aku, aku tidak bisa membayangkan pasti Ibra dan dirimu akan lembur bagai kuda demi setoran dan menghasilkan 20 anak," perkataan Robert membuat Farah terperanjat dari mana pria itu mendapatkan statement itu?
Tahu kebingungan dari Farah maka Robertpun menjelaskan jika Farah mengigau dan menjawab pertanyaan Ibra dengan kata-katanya yang di ulang oleh Robert. Perkataan Robert berhasil membuat Farah ngacir melarikan diri ke kamarnya. Setibanya di kamar, Farah langsung berwudhu dan membaca al-qur'an dia mengingat dengan baik nasehat calon Adik Iparnya yang entah kapan akan terwujud.
Lain Farah maka lain pula Vania. Wanita muda itu tengah menikmati suasana teduh yang di hasilkan tanaman-tanaman yang di tanam di atas rooftop itu. Tidak terasa seorang pria duduk di sampingnya.
"Aku sudah mendengar kabar jika dia menghubingi mu Sweety." kata Ibra membuka pembicaraan.
"Aku tidak ingin mengenangnya lagi kak. Sekarang aku dan anak-anakku akan hidup bahagia tanpanya," kata Vania lalu memeluk tubuh kakaknya dari samping dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Ibra yang berbalut kemeja biru muda.
"Kau dendam padanya?" tanya Ibra seraya mengusap kepala adiknya dengan sayang.
"Tidak, aku sudah memafkan dia. Tapi untuk rasa sakit hati karena tingkah lakunya, membuatku mengambil langkah pasti jika aku tidak ingin lagi kembali."
"Bagaimana dengan Twins? Mereka butuhbsosok seorang Ayah," kata Ibra masih dengan suara rendah.
"Aku tidak akan menghalangi jika sudah waktunya mereka bertemu. Tapi Twins sepenuhnya adalah hak ku, dia yang berencana ingin mencelakai aku dan janin dalam kandunganku jika aku hamil membuat aku tidak ingin lagi mengulang bersama orang yang sama." kata Vania tegas.
Penyesalan selalu datang di akhir, jika di awal namanya bukan penyesalan tapi pendaftaran. Vania menutup hatinya untuk cinta, bahkan sekarang dia tidak ingin tahu kabar apaoun tentang keluarga Hartawan yang di Indonesia.
Sakit hati yang sulit di sembuhkan itulah yang wanita muda itu rasakan. Mudah memaafkan tapi sulit melupakan.
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan