NovelToon NovelToon
Warisan Dari Sang Kultivator

Warisan Dari Sang Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Harem / Balas Dendam
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sarif Hidayat

Seorang pemuda berusia 25 tahun, harus turun gunung setelah kepergian sang guru. Dia adalah adi saputra.. sosok oemuda yang memiliki masa lalu yang kelam, di tinggalkan oleh kedua orang tuanya ketika dirinya masih berusia lima tahun.

20 tahun yang lalu terjadi pembantaian oleh sekelompok orang tak di kenal yang menewaskan kedua orang tuanya berikut seluruh keluarga dari mendiang sang ibu menjadi korban.

Untung saja, adi yang saat itu masih berusia lima tahun di selamatkan okeh sosok misterius merawatnya dengan baik dari kecil hingga ia berusia 25 tahun. sosok misterius itu adalah guru sekaligus kakek bagi Adi saputra mengajarkan banyak hal termasuk keahliah medis dan menjadi kultivator dari jaman kuno.

lalu apa tujuan adi saputra turun gunung?

Jelasnya sebelum gurunya meninggal dunia, dia berpesan padanya untuk mencari jalan hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 menjual koin emas

Di sebuah ruangan, duduk seorang pria paruh baya serta gadis cantik yang tidak lain adalah Sherly. Tak lama, suara ketukan pintu dari pegawainya pun terdengar.

Tok! Tok!

"Nona Bos, mereka sudah kembali," ucap pegawai di balik pintu.

"Suruh mereka masuk," perintah Sherly.

Tak lama, rayan bersama Maudy pun langsung masuk. Dengan perasaan gugup, Maudy melangkah mengikuti rayan dari belakang, apalagi saat melihat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di samping Sherly.

"Aku tidak menyangka, ternyata memang benar-benar masih sangat muda."

"Selamat datang, anak muda. Silakan duduk. Saya sudah memeriksa kelima kepingan emas milikmu ini," ujar pria paruh baya itu.

"Terima kasih. Kalau boleh tahu, siapa Tuan ini?" tanya rayan setelah duduk dengan nyaman. Entah kenapa ia merasakan aura dari tubuh pria itu agak membuat dirinya tertarik.

Pria paruh baya itu agak mengerutkan keningnya. Hampir semua orang di kota ini tahu siapa dirinya, tetapi pemuda ini dengan wajah polosnya bertanya siapa dirinya. Sedangkan Sherly semakin yakin bahwa pemuda itu memang berasal dari pedalaman. Bisa-bisanya dia tidak tahu siapa ayahnya. Ayahnya adalah salah satu pemimpin asosiasi bela diri yang sering kali muncul di TV.

"Sepertinya anak muda ini bukan berasal dari kota ini, ya? Nama saya Satya Raharja, dan ini putri saya, Sherly Raharja. Kata Sherly, dia belum sempat memperkenalkan namanya padamu," jawab pria paruh baya itu.

Rayan mengangguk ringan. "Saya rayan, dan ini adik angkat saya, Maudy! Jadi, apakah Tuan berminat untuk membeli koin emas itu?" tanya rayan tanpa berbasa-basi.

"Tentu saja saya akan membelinya. Bagaimana kalau satu koin emas ini saya hargai satu miliar rupiah? Tetapi sebelum itu, bolehkah saya menanyakan satu hal terlebih dahulu pada mu?"

"Ap-apa... Sa-satu miliar rupiah?!" Maudy berseru terkejut. Ia langsung menutup mulutnya karena merasa malu. Bahkan rayan sendiri juga cukup terkejut mendengarnya. Ia tidak berharap pria paruh baya ini akan langsung menawarnya dengan harga satu miliar. rayan langsung berpikir, mungkinkah ada kegunaan lain terhadap koin emas itu? Padahal rayan sudah mempelajari koin emas itu terlebih dahulu. Selain koin emas itu terbuat dari emas murni tanpa campuran, rayan tidak menemukan keistimewaan lainnya, atau mungkinkah ada kegunaan lain yang tidak ia ketahui.

"Tuan Satya terlalu berlebihan, sebenarnya saya tidak terlalu mengharapkan harga yang tinggi hanya untuk kepingan emas itu. Tetapi karena Tuan Satya sendiri yang menawarkan harga tersebut, tentu saja saya tidak akan menolaknya. Hanya saja, saya tidak tahu apa yang ingin Tuan Satya tanyakan kepada saya," ujar rayan membuat Sherly memutar bola matanya malas.

"Cih, sikapnya seolah tidak menginginkan uang," gumam Sherly.

"Sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan padamu, anak muda. Saya tidak tahu apa kamu akan keberatan atau tidak," kata Satya.

"Selama pertanyaan Tuan Satya tidak terlalu berlebihan, saya akan menjawabnya." rayan agak penasaran apa yang ingin pria paruh baya ini tanyakan, apalagi ini adalah pertama kalinya mereka bertemu.

Tuan Satya tersenyum sekilas mendengarnya. Ia menoleh pada Sherly seolah mengatakan bahwa pemuda ini tidak seperti yang kamu katakan tadi. Sebelum rayan datang, Sherly memang sempat memberitahu ayahnya bahwa pemuda itu sangat sombong, bahkan dirinya tidak memiliki kesempatan untuk bertanya.

"Bajingan ini, mengapa saat berbicara denganku begitu dingin," gumam Sherly sambil menatap rayan penuh kebencian.

"Baiklah, kalau begitu saya akan langsung bertanya yang pertama padamu! Dari mana kamu mendapatkan koin-koin emas ini?"

"Lagi-lagi pertanyaan yang sama," pikir rayan.

"Sebelum saya menjawab pertanyaan Tuan Satya, saya ingin bertanya terlebih dahulu. Koin-koin emas ini seharusnya tidak begitu mahal harganya, tetapi Tuan Satya langsung menawar dengan harga begitu tinggi. Sejujurnya saya ingin tahu apakah ada kegunaan lain yang mungkin saya tidak tahu?" tanya rayan.

Tuan Satya menatap rayan beberapa saat, pertanyaan anak muda itu membuat dirinya bingung. Pasalnya koin-koin emas itu menyerupai sebuah kunci formasi pertahanan. Sebelumnya ia dan semua ahli formasi menggunakan koin perak murni sebagai kunci formasi. Dan dari kitab keseluruhan tentang formasi, ada yang lebih kuat dibandingkan koin-koin perak murni sebagai kunci formasi tersebut, yaitu koin-koin emas murni. Itu jugalah alasan dirinya meminta Rendra untuk segera datang ke kediaman Sukma..

"Karena kamu ingin tahu, saya juga tidak bisa menyembunyikannya," ujar Tuan Satya.

"Sejujurnya saya adalah seorang ahli bela diri yang juga menguasai sedikit tentang keahlian formasi. Dan koin-koin emas itu adalah bahan yang paling bagus untuk membuat formasi pertahanan, atau bahkan formasi serangan, jika jumlah koin emas itu semakin banyak lagi."

Jelas Tuan Satya singkat.

"Jadi seperti itu," pikir rayan sedikit. Ia langsung paham apa yang pria itu katakan, namun ia cukup terkejut rupanya di dunia bela diri ini juga ada yang namanya formasi pertahanan dan serangan. rayan sendiri cukup menguasai formasi-formasi itu dari yang pernah ia pelajari dari gurunya, namun semua formasi yang ia pelajari tidak menggunakan koin perak ataupun emas murni seperti yang pria paruh baya ini katakan.

rayan pun mulai penasaran terhadap para ahli bela diri di kota ini. Sepertinya ia terlalu memandang rendah para ahli bela diri, pastilah para ahli bela diri ini tidak sesederhana dugaannya.

"Sepertinya Kamu cukup tahu apa yang Ayah saya bicarakan," Sherly dengan senyum ejekan berucap karena melihat pemuda itu diam saja. Ia berpikir bahwa pemuda itu tidaklah tahu apa itu formasi yang ayahnya bicarakan, apalagi pemuda itu hanyalah orang biasa dari pedalaman.

rayan hanya melirik ke arah wanita itu sekilas lalu beralih pada Tuan Satya. "Kalau begitu, saya akan menjawab pertanyaan Tuan Satya. Kebetulan beberapa waktu lalu saya menemukan sebuah tempat kuno, dan dari tempat kuno itulah saya menemukan koin-koin emas itu," jawab rayan mendapat anggukan dari Satya. Jawaban dari pemuda ini cukup masuk akal.

Sedangkan Sherly menggeretakkan giginya merasa kesal ucapannya diabaikan begitu saja oleh pemuda itu.

"Lalu, apakah beberapa hari lalu kamu juga menjual koin emas ini kepada seseorang?" tanya Tuan Satya kembali membuat rayan agak mengerutkan keningnya.

"Ya, dua hari lalu saya memang sempat menggunakan koin emas sebagai alat tukar untuk membayar makanan di sebuah restoran," jawab rayan, ia jadi merasa telah tertipu karena pemilik restoran itu justru memberi harga jauh lebih murah terhadap dua koin emasnya,

"Apakah restoran itu bernama restoran Yunda Kusuma?" Tuan Satya kembali bertanya. Jika benar keluarga Kusuma itu mendapatkan koin emas itu dari pemuda ini, sudah bisa dipastikan pemuda ini mungkin masih memiliki beberapa koin emas lagi.

Rayan terdiam beberapa saat kemudian menjawab, "Benar, itu memang nama restoran yang saya kunjungi dua hari lalu."

"Ternyata memang benar! Tidak mungkin keluarga Kusuma tiba-tiba memiliki harta langka itu," pikir Tuan Satya.

"Anak muda, apakah kamu masih memiliki beberapa koin emas ini lagi? Jika masih ada, saya berani membayar semua koin emas yang kamu miliki," ujar Tuan Satya. Ia tidak mungkin melepaskan kesempatan ini, apalagi melihat tampaknya pemuda ini hanya membutuhkan uang dan tidak tahu betapa berharganya koin emas itu bagi para ahli formasi seperti dirinya.

Rayan tersenyum tipis mendengarnya. Ia sudah bisa menebak pastilah pria paruh baya ini menanyakan hal itu. Jujur saja rayan agak terkejut pria paruh baya ini bisa mengetahui bahwa dirinya pernah menggunakan koin emas itu di tempat lain.

"Sepertinya koin-koin emas ini memang sangat berharga bagi mereka," pikir rayan, lalu menjawab apa yang Tuan Satya tanyakan. "Saya memang masih memiliki beberapa koin emas lagi, hanya saja untuk sekarang saya tidak akan menjualnya."

Benar saja, Tuan Satya tak bisa menyembunyikan keminatannya terhadap koin-koin emas itu setelah mendengar pemuda ini masih memilikinya.

"Begini saja... Saya akan memberikan kartu nama saya, jika kamu ingin menjual koin-koin emas itu lagi, hubungi saja nomor yang tertera di kartu itu." Karena anak muda itu mengatakan tidak ingin menjualnya kembali, Tuan Satya langsung memberikan kartu namanya pada pemuda itu. Entah kenapa ia juga agak sedikit penasaran pada pemuda itu. Meskipun tampangnya terlihat polos dan kampungan, tetapi ia merasa pemuda itu memiliki hal yang berbeda dari kebanyakan pemuda pada umumnya.

Rayan tidak sungkan lagi dan langsung menerima kartu nama itu, lalu Tuan Satya memberikan sebuah kartu hitam berisikan lima miliar rupiah sebagai bayaran kelima koin emas yang rayan jual.

Kemudian rayan pun pamit bersama Maudy yang hanya diam tanpa kata.

"Ayah... Kenapa Ayah membayar begitu mahal? Aku rasa pemuda itu sangatlah polos, Ayah hanya perlu memberinya beberapa puluh juta saja, dia pasti tidak akan keberatan," ujar Sherly setelah kepergian rayan dan Maudy.

"Gadis bodoh, jangan melihat penampilan seseorang dari luarnya. Lebih baik kamu cepat susul pemuda itu, antar mereka sampai keluar," perintah Tuan Satya. Sherly hanya bisa mendengus kesal tanpa bisa membantah. Perintah ayahnya tidak pernah bisa ia kekang.

1
Jujun Adnin
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!