"Mulai sekarang, kamu adalah istri saya Feby Ayodhya Larasati. Apapun yang ada di dalam diri kamu, hanyalah milik saya!" Kalimat yang keluar dari mulut pria tampan di hadapannya ini membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Jantungnya berdebar kencang saat pria itu semakin menatapnya dengan tatapan intens.
.....
Feby Ayodhya Larasati gadis cantik dan periang yang duduk di bangku SMA.
Tak hanya parasnya yang cantik, dia juga memiliki prestasi yang sangat bagus di sekolah. Impian dalam hidupnya hanya satu, yaitu mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.
Kehidupannya selama ini selalu berjalan lancar namun, tidak saat ia bertemu dengan pria bernama Arka William Megantara.
Pertemuan yang berawal dari mimpi, kini berubah menjadi nyata. Pertemuan yang berawal dari kesalahpahaman, kini berubah menjadi hubungan pernikahan.
.....
Arka William Megantara, seorang CEO muda yang memiliki paras tampan, tubuh tegap, tinggi, dan atletis. Dia adalah satu-satunya pewaris tunggal di perusahaan Mega
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Briany Feby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Kabur dari rumah?!
Flashback beberapa jam sebelum Feby pergi.
Di dalam kamarnya yang sunyi, Feby duduk termenung. Keadaan begitu hening. Yang terdengar hanyalah suara detak jarum jam. Di tengah keheningan itu, tiba-tiba saja perutnya berbunyi.
Gadis itu meringis seraya memegangi perutnya. Sepertinya cacing di dalam perut memberikan tanda padanya untuk segera makan. Feby teringat bahwa sejak pagi ia belum makan apapun. Jam telah menunjukkan pukul 11:15.
Feby berpikir cukup lama apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Apakah ia harus keluar dari kamar dan mengambil makanan di dapur?
Tidak tidak! Di dapur pasti ada Mbok Ida. Mbok Ida juga pasti akan memberondongnya dengan banyak pertanyaan sama seperti Ibunya.
Lalu, ia harus bagaimana? Oh iya! Ia teringat perkataan Ibunya di telepon. "Atau nggak, kamu coba beri dia ruang dan waktu agar kemarahannya reda"
Feby tersenyum karena ia berhasil menemukan ide. Gadis itu langsung bangkit lalu mencari buku dan pulpen di dalam tasnya.
"Ibu tadi bilang, kalau aku harus memberi Mas Arka ruang dan waktu. Kebetulan aku juga laper banget pengen makan. Gimana kalau aku keluar diam-diam buat cari makan?"
"Aku nggak bisa ngirim chat ke dia karena aku nggak punya nomornya, lebih baik aku tulis aja surat siapa tau dibaca" Feby tersenyum lebar lalu mulai memikirkan kalimat apa yang akan ia tulis pada selembut kertas yang masih kosong.
"Mas Arka, aku keluar dulu ya. Aku mau nyari makan soalnya laper. Mas nggak perlu carin aku"
Feby membaca ulang tulisannya.
"Nggak-nggak! Kalimatnya jelek banget!" Feby meremas kertas tersebut lalu membuangnya di tong sampah.
Ia pun menulis ulang surat yang akan ia tinggalkan untuk Arka. Berkali-kali ia mengulanginya akan tetapi tidak ada satupun kalimat yang ia rasa pantas.
Ia ingin di dalam kalimat itu menggambarkan bahwa keadaannya saat ini sedang marah dan kecewa pada Arka. Namun pada akhirnya, setelah percobaan ke lima gadis itu akhirnya tersenyum puas dengan kalimat yang ia tulis.
"Jangan cari aku kalau Mas Arka masih marah. Aku bakalan pergi dulu dari rumah Mas Arka. Aku mau nenangin diri aku dulu di tempat yang nggak bakalan Mas Arka tau"
"Nah! Ini baru bagus! Setelah baca ini dia pasti nggak bakalan nyariin aku hehe..." Ucap Feby seraya melipat surat tersebut lalu meletakkan di atas ranjang.
Sebelum keluar, ia mengunci rapat-rapat pintu kamarnya dari dalam. Lalu ia keluarkan dari kamar lewat jendela.
Saat hendak keluar, tiba-tiba saja Feby melihat sebuah benda pipih berwarna hitam yang tergeletak di atas ranjangnya.
"Oh iya! Hpku ketinggalan!" Feby langsung mengambil hp miliknya dan keluar dari kamar lewat jendela.
...🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️...
"Ada apa Tuan? Kenapa Tuan Arka diam saja? Apa yang Non Feby katakan dalam surat itu?" Mbok Ida memberondong Arka dengan banyak pertanyaan.
Namun tidak ada sautan apapun dari pria tampan itu. Arka hanya diam membisu seraya meremas surat yang baru saja ia baca. Hal itu semakin membuat Mbok Ida merasa cemas dengan kondisi Feby.
"Apa yang terjadi Tuan Arka? Non Feby baik-baik saja kan? Jangan bikin Mbok khawatir Tuan..." Desak Mbok Ida dengan mata berkaca-kaca.
"Tolong jaga rumah Bi. Saya harus pergi mencari Feby"
Ujar Arka lalu keluar dari kamar Feby meninggalkan Mbok Ida begitu saja.
Tanpa membuang waktu lama, Arka langsung masuk ke dalam mobilnya dan menancap gas untuk mencari Feby. Arka meremas kuat-kuat stir mobil hingga membuat kedua tangannya memerah.
Rahang Arka mengeras, hati Arka bergemuruh hebat mengkhawatirkan kondisi Feby. Ia tidak menyangka gadis itu akan pergi begitu saja tanpa mengabarinya terlebih dahulu.
Ia rasanya ingin marah kepada Feby karena gadis itu pergi sendirian tanpa izin kepadanya. Namun amarahnya terbakar habis oleh perasaan khawatir.
Dimana gadis itu berada? Arka harus mencari kemana? Apakah gadis itu baik-baik saja? Bagaimana jika terjadi sesuatu kepada Feby? Bagaimana jika ada pria lain yang mengganggunya karena Feby pergi sendiri?
"Sial! Kamu benar-benar membuat saya gila Feb!" Erang Arka.
Jutaan pertanyaan-pertanyaan itu berdesakan di otak Arka. Membuat semuanya terasa semakin kacau.
Ia merasa benar-benar kacau karena mengkhawatirkan Feby. Hingga pada akhirnya, hanya satu tempat yang terbesit di pikirannya. Yaitu, rumah orang tua Feby.
Arka langsung menancap gas mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah orang tua Feby.
Tak membutuhkan waktu lama, Arka pun akhirnya sampai.
Begitu turun dari mobil, Arka melihat Ibu Feby yang tengah duduk di depan teras rumah. Arka langsung menghampiri Ibu Feby.
"Assalamualaikum Bu..." Sapa Arka seraya menyalami tangan sang mertuanya.
Melihat Arka yang berdiri di depannya, Saras langsung terdiam beberapa saat karena kaget.
"Waalaikumsalam, loh Arka? Tumben ada apa nak?" Tanya Saras.
"Maaf Bu, saya ingin bertanya apakah Feby ada di sini?" Tanya Arka tanpa basa-basi.
Mendengar pertanyaan dari Arka, kening Saras langsung berkerut. "Feby? Nggak. Dia nggak ke sini. Bukannya dia lagi sakit ya? Tadi pagi sih Ibu baru aja telponan sama Feby"
"Apakah Feby mengatakan sesuatu pada Ibu?"
"Kalian berdua lagi berantem?" Tanya Saras dengan hati-hati.
Ekspresi wajah Arka langsung berubah seketika mendengar itu. "Hanya salah paham kecil Bu" Jawab Arka.
"Feby sudah menceritakannya pada semuanya Ibu. Mungkin saat ini dia lagi pergi buat nenangin diri. Kamu udah coba telepon Feby?"
"Saya belum nyimpen nomor Feby Bu" Jawab Arka dengan jujur.
Mendengar jawaban itu Saras hanya mampu geleng-geleng kepala.
"Udah jadi suami istri kok nggak saling nyimpen nomor? Ya sudah, biar Ibu telepon Feby dulu. Kamu duduk dulu nak"
Saras langsung masuk ke dalam rumah untuk mengambil hp. Sedangkan Arka duduk di kursi kayu. Beberapa menit kemudian, Saras keluar dari rumah seraya berbicara dengan Feby lewat telepon. Melihat itu sontak Arka langsung bangkit berdiri.
"Halo Assalamualaikum Feb" Ujar Saras dengan speaker aktif agar Arka bisa mendengar dengan jelas.
"Ya waalaikumsalam Bu. Ada apa? Jangan bilang kalau Ibu kangen lagi sama aku? Atau Ibu mau ngomelin aku lagi soal Mas Arka?"
Cerocos Feby.
Hal itu membuat Saras sempat melirik Arka yang tengah mendengarkan suara Feby dengan seksama. Arka langsung menempelkan jari telunjuknya di bibir memberikan isyarat kepada Ibu Feby agar tidak memberitahu gadis itu bahwa saat ini Arka tengah bersamanya.
"Nggak, Ibu nggak bakalan ngomelin kamu lagi Feb. Ibu cuma mau tanya, kamu lagi di mana?" Tanya Saras.
"Apa Mas Arka yang nyuruh Ibu buat nanyain aku dimana?"
Arka langsung menggeleng pelan agar Ibu Feby tidak mengatakan yang sebenarnya.
"nggak Feb. Suami kamu nggak ngomong apa-apa ke Ibu. Lagian ngapain dia nanyain itu? Dia kan lagi sibuk kerja" Ujar Saras berbohong.
"Iya Bu bener banget. Dia sekarang pasti lagi sibuk kerja. Mana mungkin dia nanyain aku? Mana mungkin dia perduli sama aku? Dia itu manusia robot Bu dia cuma perduli sama pekerjaannya aja. Aku ini nggak penting bagi dia"
"Husss! Kamu nggak boleh ngomong gitu Feb! Dia itu suami kamu!" Tegur Saras.
Arka hanya diam membisu mendengar semua percakapan Feby dan Ibunya. Hal itu membuat Saras merasa tidak enak karena Arka harus mendengar umpatan Feby tentang dirinya.
"Feb kamu belum jawab pertanyaan Ibu! Kamu lagi di mana sekarang?" Saras kembali mengulangi pertanyaannya yang belum dijawab oleh Feby.
"Aku lagi makan Bu" Jawab Feby.
"Makan di mana?"
"Alun-alun. Aku lagi makan nasi uduk di alun-alun. Kepalaku pusing banget di rumah. Aku juga laper banget makannya aku keluar dan cari makan" Jelas Feby.
"Oh... Ya udah deh kamu lanjutin makannya"
"Tapi Ibu janji jangan bilang aku lagi di Alun-alun ke Mas Arka ya..."
"Kenapa Ibu nggak boleh ngomong sama dia? Dia kan suami kamu"
"Aku soalnya lagi marahan sama dia. Ibu kalau ngomong sama dia ya percuma. Dia nggak bakalan dateng nyariin aku" Ujar Feby.
"Jadi kamu pikir saya nggak bakalan nyariin kamu Feb?"
Bukan Ibunya yang menjawab akan tetapi itu Arka.
"M-mas Arka?!"
Suara Feby langsung terbata-bata begitu ia mendengar suara bas milik Arka dari sambungan telepon terbata-bata.
"Saya akan mencari kamu bahkan ke ujung dunia sekalipun Feb. Karena kamu adalah istri saya, kamu tanggung jawab saya"
______________________________________
Mr. Arka be like :
Untung aja sayang, kalo nggak sudah saya karungi kamu Feb...
...
...
Reaksi Feby ketika denger suara Arka di telpon :
...
...