"Ayah bukanlah ayah kandungmu, Shakila," ucap Zayyan sendu dan mata berkaca-kaca.
Bagai petir di siang bolong, Shakila tidak percaya dengan yang diucapkan oleh laki-laki yang membesarkan dan mendidiknya selama ini.
"Ibumu di talak di malam pertama setelah ayahmu menidurinya," lanjut Zayyan yang kini tidak bisa menahan air matanya. Dia ingat bagaimana hancurnya Almahira sampai berniat bunuh diri.
Karena membutuhkan ayah kandungnya untuk menjadi wali nikah, Shakila pun mencari Arya Wirawardana. Namun, bagaimana jika posisi dirinya sudah ditempati oleh orang lain yang mengaku sebagai putri kandung satu-satunya dari keluarga Wirawardana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Hasil Tes DNA
Shakila dan Abian bertemu di taman kota di hari Sabtu sore. Terlihat laki-laki itu berwajah sendu, matanya memerah.
"A-ku ... harus mengatakan sesuatu yang tidak aku inginkan," kata Abian dengan suara bergetar. "Aku sangat berat mengatakan ini kepadamu."
Shakila nunduk sambil memainkan ujung jilbabnya. Gadis itu tahu apa yang akan dikatakan oleh Abian. Dia sudah siap mendengarkan, walau hatinya sangat sakit. Cinta pertamanya harus kandas, padahal mereka sudah merencanakan pernikahan yang seharusnya digelar beberapa bulan lagi.
"Kedua orang tuaku ... tidak menginginkan pernikahan kita. Mereka ingin hubungan kita diakhiri," ucap Abian yang kini tidak bisa lagi menahan air matanya. Dia membiarkan cairan bening itu membasahi pipinya, tersapu oleh angin dan cahaya matahari sore.
"Maaf, aku tidak bisa meyakinkan mereka dan mempertahankan hubungan kita," lanjut Abian dengan perasaan yang tidak kalah terlukanya dengan Shakila.
Air mata pun jatuh dari mata indah Shakila. Meski dia mencoba untuk menahan tangisannya, tetap tidak bisa. Terlalu sakit dia rasakan.
"Shakila ...."
"Ya."
"Aku mencintaimu ... hanya kamu wanita yang aku cintai."
Shakila menoleh. Dia menunjukkan wajahnya yang memerah dan basah oleh air mata. Bibirnya yang bergetar itu mencoba untuk tersenyum walau tipis. "Terima kasih."
Melihat orang yang dicintainya sama-sama terluka dan bersedih, Abian ingin memeluknya. Namun, dia sangat menghormati dan menghargai Shakila, jadi menahan diri.
"Mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bersama sebagai pasangan, tetapi ditakdirkan untuk menjadi teman," lanjut Shakila. Setelah tiga malam bermunajat, dia sudah bisa merelakan laki-laki yang dicintainya itu.
Abian tidak percaya Shakila akan bicara seperti itu. Dalam bayangannya gadis itu akan marah dan memaki, ternyata dia salah duga.
"Semoga Allah memberikan jodoh yang terbaik untuk kita berdua. Wanita yang menjadi pasangan kamu kelak, bisa membahagiakan dirimu dan keluargamu. Begitu juga dengan aku. Laki-laki yang menjadi pasanganku nanti bisa menerima diriku apa adanya," kata Shakila yang terlihat mulai tenang, walau sebenarnya hati dia sangat sakit ketika mengatakan semua itu.
"A-ku ...."
"Mulai sekarang kita fokus dengan kehidupan masing-masing. Kita lakukan hal yang terbaik untuk mendapatkan kebahagiaan, biar tidak menyesal," lanjut gadis yang memakai jilbab warna magenta.
Sebuah mobil berhenti tidak jauh dari tempat duduk Shakila dan Abian. Jendela kaca terbuka dan bunyi klakson pun mengalihkan perhatian kedua orang yang sedang terluka hatinya.
"Abian, cepat naik! Orang tua Cintia menunggu kita untuk makan malam bersama," ucap Bu Diana dengan ekspresi galak dan tatapan sinis ketika melihat Shakila.
Sebuah mobil mewah pun berhenti di depan mobil orang tua Abian. Zayyan turun dari mobilnya. Laki-laki itu merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum.
Shakila berlari ke arah ayahnya. Di tengah rasa sakit, kedatangan Zayyan menjadi penyemangat dan kebahagiaan untuknya.
Zayyan melihat ke arah Abian, lalu tersenyum. Dia tidak marah atau benci kepada pemuda itu. Karena yang terjadi saat ini karena tekanan dari orang tuanya.
"Kita makan malam di luar, yuk!" ajak Zayyan mencoba menghibur sang putri.
***
Sepulang dari luar negeri Arya sempat jatuh sakit dan di rawat di rumah sakit selama tiga hari. Hal itu dikarenakan kelelahan, terlalu bekerja keras dan kuras istirahat, lalu melakukan perjalanan jauh dengan perbedaan cuaca.
Arya teringat dengan surat hasil tes DNA-nya dengan Silvia. Maka dia pun pergi ke kantornya seorang diri, walau sudah sore.
Mata Arya terbelalak ketika membaca hasil tes DNA. Dia tidak menyangka kalau dia dan Silvia tidak memiliki kecocokan sama sekali.
"Jadi, Silvia bukan putri kandungku?"
Seketika rasa amarah merasuki hati Arya. Dia merasa ditipu oleh Widuri dan Bu Dewi.
"Berani-beraninya mereka melakukan ini kepadaku!"
Arya memukul meja kerja dengan keras sampai tempat pensil jatuh dan menghamburkan isinya. Matanya memerah dan rahangnya mengeras, menandakan betapa sedang marah sekali.
Dengan langkah lebar dan penuh amarah, Arya pergi meninggalkan ruang kerjanya. Ketika dia masuk ke dalam lift, seseorang diam-diam masuk ke dalam kantor Arya.
Mobil Arya melesat dengan kecepatan tinggi menuju ke apartemen milik Widuri. Dia yakin wanita itu ada di sana.
Begitu sampai ke unit apartemen milik Widuri, Arya menekan bel pintu beberapa kali. Namun, tidak ada yang membuka. Dia pun mencari tahu kepada penanggung jawab tower apartemen.
"Sudah tiga hari Bu Widuri tidak terlihat. Sepertinya sedang liburan," ucap laki-laki bermata sipit.
Amarah Arya semakin bertambah. Lalu, dia pun pulang ke rumah untuk menemui Silvia. Dia akan memberi tahu kebenaran itu kepadanya.
"Jadi, Shakila beneran anakku dengan Alma?" batik Arya. "Sekarang dia di mana?"
Tiga buah mobil mengikuti kendaraan yang dikemudikan oleh Arya. Awalnya laki-laki itu tidak menyadari, tetapi setelah sepuluh menit melakukan perjalanan, dia pun merasa curiga. Maka untuk membuktikannya dia mengambil jalan lain. Mobil-mobil itu masih mengikutinya.
"Siapa mereka? Mau apa mengikutiku?" batik Arya.
Merasa tidak ada yang beres, Arya pun berniat menghubungi Pak Darmawan. Baru saja akan menekan nomor darurat, mobil di belakangnya menabrak dengan keras dan itu membuat handphone yang ada di tangan Arya terjatuh.
Dua Mobil lainnya juga menabrak di sisi kanan-kiri. Arya mencoba untuk menyeimbangkan laju sekaligus mempercepat. Ketiga mobil itu pun melakukan hal yang sama. Terjadilah kejar-kejaran.
Mobil Arya digiring ke jalanan pinggiran ibukota. Malam mulai menyapa dan alam menjadi gelap. Keempat mobil itu masih kejar-kejaran. Begitu di daerah perbukitan, mobil di belakang menabraknya dengan kecepatan tinggi sehingga mobil Arya terdorong ke depan, di mana ada tikungan yang bawahnya adalah juragan.
"Aaaaa!" teriak Arya ketika menabrak pagar pembatas.
Sementara ketiga mobil itu berhenti di pinggir pagar pembatas. Seorang pria turun dari mobil, senyum lebar menghiasi wajahnya. Ada rasa kepuasan yang dia rasakan ketika melihat mobil yang terus terperosok ke dalam jurang.
"Selamat tinggal ... Papa!" Tatapan matanya penuh kebencian.
"Sekarang saatnya ambil alih perusahaan AW GRUP!" ucap seorang perempuan yang ada di mobil.
***
Shakila sedang makan malam berdua dengan ayahnya, tidak sengaja menyenggol gelas yang ada di atas meja ketika akan mengambil piring berisi udang.
Bunyi pecahan kaca membuat orang-orang yang ada di restoran menoleh ke arahnya. Termasuk dua orang wanita yang duduk tidak jauh, terhalang dua meja. Mata mereka terbelalak ketika melihat Shakila.
"Maaf," ucap Shakila ketika seorang pelayan akan membersihkan pecahan kaca. Dia pun ikut membantu memungut pecahan gelas kaca.
"Tidak apa-apa, Nona," balas pelayan itu dengan ramah.
Ujung jari tangan Shakila terkena goresan pecahan kaca. Mendadak dia merasa sesak, takut, dan pusing. Keadaan gadis itu membuat pelayan panik.
"Shakila!" Zayyan dengan sigap menahan tubuh putrinya.
***
Hayo, siapa yang menebak surat DNA ditukar atau dimanipulasi?