Maksud hati merayakan bridal shower sebagai pelepasan masa lajang bersama teman-temannya menjelang hari pernikahan, Aruni justru terjebak dalam jurang petaka.
Cita-citanya untuk menjalani mahligai impian bersama pria mapan dan dewasa yang telah dipilihkan kedua orang tuanya musnah pasca melewati malam panjang bersama Rajendra, calon adik ipar sekaligus presiden mahasiswa yang tak lebih dari sampah di matanya.
.
.
"Kamu boleh meminta apapun, kecuali perceraian, Aruni." ~ Rajendra Baihaqi
Follow Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 - Putus?
"Ppffftt!!" Aruni menyingkirkan telunjuk Rajendra yang tiba-tiba mendarat di bibirnya.
Pengakuan pria itu barusan membuatnya sejenak terdiam. Tentu saja dia tengah berpikir keras dan tampak meragukan Rajendra yang dia ketahui memang hanya menjadi beban Bagas, kakaknya.
Bukan tanpa alasan kenapa Aruni berkesimpulan demikian. Selain karena dari penampilannya yang memang tidak meyakinkan, kegiatan Rajendra juga demikian.
Bagaimana tidak? Hampir setiap hari mata Aruni bertemu dengannya jika di kampus. Dan, padepokan Rajendra tidak jauh-jauh dari ruang BEM, taman belakang kampus dan sesekali bertemu, sedang orasi di jalan raya.
Juga di berbagai media sosial, wajah Rajendra cukup terkenal bahwa menjadi idola beberapa mahasiswa yang juga berasal dari kampus lain.
Selain itu, sewaktu dalam proses pendekatannya bersama Bagas, bukan sekali dua kali Bagas kerap mengatakan memberi uang untuk adiknya, yang mana itu adalah Rajendra.
"Meragukan."
"Meragukan apanya?"
"Kamu jangan macam-macam ya, awas kalau sampai mencuri demi ganti rugi motor Bapak yang tadi," ucap Aruni langsung pada intinya, penuh penekanan juga dan seketika itu juga Rajendra menarik rambutnya kuat-kuat.
Benar-benar tak habis pikir, dia sampai bertanya pada Tuhan apa mungkin sebegitu menyedihkan tampangnya sampai Aruni berpikir dia akan mencuri.
"Mencuri," gumam Rajendra tersenyum miris. "Kamu bilang aku mencuri?"
"Iya, khawatirnya begitu ... syukur-syukur kalau tid-"
"Apa tampangku menunjukkan tanda-tanda kriminal, Aruni?" tanya Rajendra serius, sungguh dia penasaran saat ini.
Sejenak terdiam, Aruni justru memandangi wajah Rajendra lekat-lekat. Pahatan sempurna yang tampak dewa Yunani itu memang tidak ada tampang malingnya, tapi tetap saja Aruni curiga.
"Hem, kalau sekali lihat sih tidak cuma ... kalau diperhatiin memang ada tampang malingnya," ungkap Aruni sebegitu santainya.
Beruntung saja Rajendra tak tersinggung dan kembali ke tujuan awal untuk mengantarkan istrinya dengan selamat.
Pria itu kembali meraih pergelangan tangan Aruni dan berjalan lebih dulu di depan sang istri.
"Eh, aku bisa jalan sendiri kok ... nggak perlu dituntun begin-"
"Masuklah, aku mau lanjut urus masalah yang tadi," titah Rajendra tak terbantahkan, menyisakan Aruni yang kini terdiam.
Tanpa menunggu balasan, Rajendra kembali begitu saja menuju mobil yang terparkir di seberang jalan.
Dari tempatnya berdiri, Aruni bisa melihat dengan jelas bagaimana Rajendra benar-benar pergi, kemungkinan memang menyelesaikan masalah yang dia ciptakan tadi.
"Heum, semoga saja benar dia punya uang ... lagian yang punya motor juga lebay minta ganti baru, padahal memang motornya yang sudah layak dimuseumkan." Aruni mengomel, dia masih ingat betul memang kondisi motor pria paruh baya tadi sudah tak layak digunakan di jalan raya.
Terbukti dengan remnya yang tak tak lagi berfungsi dan berakhir terjerambab ke dalam semak-semak.
Sejenak melupakan tentang masalah ini, dia kembali meneruskan langkah untuk menemui teman-temannya.
Menurut pemberitahuan di grup chat, mereka sudah berkumpul dan hanya menunggu dirinya saja.
Tidak ingin membuat Aliya murka dan ngambek hingga lusa, Aruni mempercepat langkah dan begitu tiba di food court sesuai janji mereka, Aruni disambut dengan pertanyaan beruntun dari mereka.
"Tumben banget telat, ada masalah apa?"
"Aman, tadi cuma kesulitan nyebrang aja kok."
"Syukurlah kalau begitu, eh anyway aku mau nanya ... itu kamu seriusan dinikahin sama Rajendra?"
"Shuuuut Dea!!" Aliya memotong pembicaraan, pertanyaan Dea cukup sensitif dan dia ketahui merupakan sesuatu yang terlarang untuk dibicarakan jika di luar.
Tentang masalah ini, Aruni memang sudah bercerita dan dia meminta pengertian ketiga temannya agar turut menjaga rahasia dan tidak membocorkan skandalnya ke khalayak ramai.
"Aku cuma penasaran Aliya, kita tidak lihat secara langsung jadi aku masih belum 100 persen percaya," ungkap Dea yang tampak penasaran setengah mati tentang kejelasan pernikahan antara Rajendra dan Aruni.
"Ck, kan fotonya sudah Aruni kirim ke grup ... harusnya cukup jadi bukti, Dea."
"Tahu nih, lagian kita kumpul buat apa sih sebenarnya? Quality time sebelum UTS 'kan?" Anjani turut bicara, dan hal itu membuat suasana sedikit lebih. baik dan kembali kepada sesuatu yang memang harusnya terjadi.
"Nah benar, sekarang lupain dulu masalah itu ... mending kita pesen-"
"Eh tapi aku penasaran, kamu serius nggak ngapa-ngapain sama Kak Rajendra 'kan, Runi?"
"Astaga, Dea!!"
Aruni yang ditanya, Anjani yang naik darah dan berakhir menjambak gadis itu. "Masih saja, kamu bisa nggak berhenti bahas itu? Nggak lihat Aruni dari tadi diem, artinya dia nggak nyaman!!"
"Ih, gitu aja marah, aku kan penasaran."
"Penjelasan di grup udah ada, dan di situ jelas Aruni bilang apa ... kalau kamu pinter harusnya nggak bakal nanya kayak orang asing begitu, Dea!!"
.
.
Berawal dari niat ingin menghabiskan waktu bersama, berakhir adu mulut dan Aruni seketika merasa tak nyaman dibuatnya.
Benar kata Anjani, dia memang agak enggan membahas tentang masalah itu. Bahkan, sebelum pergi dia sempat menegaskan di grup chat agar tidak ada yang membahas tentang masalahnya.
Entah itu Bagaskara, Rajendra ataupun kejadian di hotel itu. Tidak, Aruni tidak mau. "Sorry ya, Dea ... untuk kali ini, aku nggak bisa jawab pertanyaan kamu dulu."
"Tuh, denger Runi bilang apa?"
"Iya, denger kok," jawab Dea dengan raut wajah yang mendadak berubah.
Sudah tentu dia merasa terpojok karena ketiga-tiganya kini melayangkan tatapan tak suka, bahkan berasa dimusuhi detik itu juga.
"Sekarang sudah-sudah, dibanding bahas masalah yang berhubungan dengan Rajendra mending kita bahas yang lain ... kebetulan aku ada gosip terbaru," ucap Aliya mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya? Gosip apa itu?"
"Ehm, si Agnes, tahu 'kan?"
"Ays." Aruni seketika bereaksi, begitu juga dengan Anjani dan Dea.
"Loh kenapa?"
"Kamu bilang nggak usah bahas yang ada hubungan dengan Rajendranya, lah itu si Agnes kan pacarnya, Aliya," cerocos Aruni mendadak semangat 45, padahal tadi dia senyum saja enggan.
"Ah iya, tapi ini serius dan sepertinya cukup penting bagi kamu, Runi."
"Penting kenapa?"
"Ya penting dong, kan situ istrinya Presma kita yang ganteng itu," bisik Aliya dan berakhir cebikan bibir dari Aruni karena paling geli setiap kata-kata itu terlontar dari bibir ketiga temannya.
"Apasih memangnya?"
Tak segera menjawab, Aliya justru membuka laman sosial Agnes yang diketahui publik sebagai pacar Rajendra yang paling seksi. "Lihat deh, kamu pasti kaget."
"Kaget kenapa? Biasa saja tuh."
"Ye bukan yang ini, tapi lihat story-nya, dia galau karena Kak Rajendra nggak bisa dihubungin selama dua hari dua malem, dan pas ngasih kabar justru diputusin," jelas Aliya sembari menunjukkan curhatan Agnes di sosial media lantaran baru saja putus dari pria yang pesonanya mengalahkan rektor itu.
"Putus?"
"Iya, kalau dilihat dari jam di chatnya ... Kak Rajendra mutusin tadi pagi, kamu yang suruh ya?"
"Heuh?"
.
.
- To Be Continued -