Gadis SMA Kesayangan CEO Tampan
Ruang keluarga rumahku terlihat begitu ramai. Banyak orang berbondong-bondong datang dengan membawa sebuah hantaran di tangan mereka. Semua orang berpakaian rapi begitu pula Ayah dan Ibuku.
Perasaan gembira terpampang jelas di wajah mereka semua.
Tiba-tiba seorang pria tampan memakai jas hitam berperawakan tegap, tinggi, dan bertubuh atletis masuk. Semua orang menyambut kedatangan pria itu layaknya menyambut seorang artis. Namun pria itu, hanya melangkah masuk dengan wajah datar bak papan tripleks.
"Wah-wah ini calon suami Feby sudah datang! Ayo silahkan dimulai akadnya..."
Ucap Ibuku seraya tersenyum lebar.
Kedua mataku membelalakkan sempurna mendengar itu.
"Apa?! Calon s-suamiku?! Ibu ayah tolong katakan sebenarnya ini ada apa? Kenapa mereka semua berkumpul di rumah kita? Dan apa maksud omongan ibu? Siapa yang akan menikah?"
Aku langsung memberondong Ibuku dengan banyak pertanyaan.
Tiba-tiba Ibu menarik tubuhku agar mendekat dan duduk di samping pria berjas hitam itu. Namun aku berusaha untuk memberontak.
"Hari ini kamu akan menikah dengan dia Feb. Cepat kemari! Kita mulai akad nikahnya sekarang juga!" Ucap Ibu semakin membuat wajahku pucat.
"Tidak! Aku tidak mau! Aku ini masih sekolah SMA Bu! Aku masih ingin meraih cita-citaku! Bagaimana bisa ibu menghancurkan masa depanku begitu saja!" Tolaku dengan histeris.
"Justru ini yang terbaik untuk kamu Feb! Kamu harus menikah dengan dia sekarang juga!" Ibu membentakku.
"Tidak! Aku tidak mau!"
Ucapku kemudian langsung melangkah pergi meninggalkan rumah. Namun baru satu langkah, pria yang akan dinikahkan denganku itu tiba-tiba saja meraih tanganku kemudian ia langsung mendudukan tubuhku di sampingnya dengan paksa.
Aku berusaha mati-matian untuk bisa lepas dari cengkraman pria itu. Namun semakin aku berusaha, ia justru semakin mencengkram tanganku dengan kuat.
"Silahkan dimulai ijab kabulnya pak penghulu!" Ujar Ayahku dengan begitu tega.
"Tidak....! Jangan....! Tolong lepaskan aku! Aku tidak ingin menikah muda! Lepaskan aku ayah ibu....!"
Aku berteriak, menangis, dan memohon agar pernikahan itu tidak terjadi. Namun semua orang yang ada di ruangan justru bersikap acuh.
Tidak ada satupun dari mereka yang perduli denganku. Bahkan kedua orang tuaku, mereka sama sekali tidak merasa iba sedikitpun kepadaku.
"Lepaskan aku! Aku tidak ingin menikah! Lepaskan!" Aku berusaha tetap berteriak melawan dengan sisa tenaga yang kupunya.
🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️
"TIDAK! TOLONG LEPASKAN AKU!"
"Feb bangun! Feby Ayodyha Larasati bangun!" Feby terbangun dari tidurnya dengan keringat mengucur deras dari dahinya. Gadis itu mengehelakan napasnya dengan lega. Apa yang ia lihat barusan ternyata hanyalah sebuah mimpi.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu berteriak-teriak seperti itu Feb?" Tanya Saras-Ibu Feby.
"Aku bermimpi buruk Bu.. mimpi yang sangat-sangat buruk.. " Jawab Feby.
"Sebelum tidur kamu pasti lupa baca doa ya? Makannya kamu mimpi buruk! Atau mungkin gara-gara kemarin kamu nonton film horor di bioskop?" Celetuk Saras.
"Enggak Bu. Bukan itu. Mimpinya lebih serem dari film horor!" Saut Feby lalu hendak membaringkan tubuhnya lagi di atas kasur.
Pletak!
Ibu tiba-tiba saja menyentil jidat Feby sebelum gadis itu benar-benar kembali membaringkan tubuhnya. Hal itu membuat Feby langsung mengurungkan niatnya.
"Jangan tidur lagi Feb! Nanti kamu malah mimpi buruk lagi! Lebih baik kamu cepat mandi dan siap-siap. Ayah mau ke rumah Om Tama buat jenguk istri Om Tama yang lagi sakit. Kamu mau ikut atau enggak?"
"Loh, bukannya hari ini aku sekolah Bu?"
Pletak!
Ibu kembali menyentil jidat Feby kedua kalinya, hal itu membuat Feby langsung merengut seraya mengelus jidatnya yang sedikit berdenyut.
"Ibuuuuuu... Sakit tauuuuuu!" Sungut gadis itu membuat Saras hanya terkekeh kecil.
"Lagian, kamu ini masih muda kok udah pelupa! Inikan hari Minggu Feb. Emang ada sekolah yang berangkat di hari Minggu?"
"Oh iya ya! Ini hari Minggu... Aku kira ini hari Senin Bu hehe..."
"Ya sudah cepat bangun dan mandi setelah itu sarapan. Kamu mau ikut Ayah atau nggak ke rumah Om Tama?" Tanya Ibu sekali lagi.
"Om Tama sahabatnya Ayah yang baik banget itu ya Bu?" Feby berbalik tanya.
"Iya... Sahabatnya Ayah yang namanya Tama kan cuma satu. Kamu mau ikut atau nggak?" Tawar Saras sekali. Feby langsung mengangguk dengan semangat mendengar itu. Lebih baik ia pergi bersama ayahnya untuk melupakan mimpi buruk itu.
Toh lagi pula, ia tidak ada kegiatan apapun hari ini. Tanpa membuang waktu lama Feby langsung bangkit berdiri dan bergegas mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi.
🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️
Feby Ayodyha Larasati atau yang sering dipanggil Feby adalah gadis berparas cantik yang saat ini duduk di bangku SMA kelas 3. Ia adalah anak tunggal di keluarga yang bisa dibilang sederhana. Usianya sekarang memang sudah menginjak 19 tahun. Akan tetapi, perilakunya masih seperti anak kecil.
Ia adalah gadis yang berprestasi di sekolah. Tak hanya prestasi akademik, ia juga aktif mengikuti organisasi paskibra. Hal inilah yang membuatnya terkenal di sekolah mulai dari guru, adik kelas, bahkan kakak kelas. Tak sedikit laki-laki yang berusaha merebut hati gadis itu karena parasnya yang sangat cantik.
Salah satunya adalah kapten basket sekolah yang bernama Evandra Bagaskara. Ia sudah jatuh hati pada gadis itu sejak pertama kali ia masuk SMA. Tiga tahun sudah Evandra beaha meluluhkan hati Feby
Namun sayangnya untuk urusan asmara, gadis itu tidak sedikitpun tertarik. Ambisi di hatinya untuk sukses dan meraih pendidikan setinggi-tingginya adalah hal yang membuatnya
menjauh dari dunia percintaan.
Bagi Feby, hanya ada satu pria yang terbaik di dunia ini yaitu, Satya Raharja-Ayahnya. Jika pun suatu hari nanti ia menikah, ia hanya akan menikah dengan pria yang memiliki sifat dan karakter seperti Ayahnya.
"Hari Minggu kamu nggak ada acara buat pergi jalan-jalan Feb?" Ayah Feby memulai pembicaraan.
"Jalan-jalan? Ini aku lagi jalan-jalan sama Ayah hehe..." Saut Feby seraya terkekeh di balik helm.
"Bukan. maksudnya, jalan-jalan sama cowok kamu. Zaman sekarang anak-anak remaja kan gitu, kalo hari Minggu jalan-jalan sama pacarnya" Goda Ayah Feby.
"Ngapain? Buang-buang waktu Yah. Lagian aku juga nggak punya pacar" Jawab Feby seadanya.
"Kalo misalnya sekarang kamu ikut Ayah, terus pulangnya dapet pacar gimana?"
Feby menghelakan napasnya mendengar Ayahnya mengatakan itu. Ini adalah topik pembicaraan yang selalu diulang-ulang oleh Ayahnya setiap hari. Sungguh Feby merasa begitu bosan kesal setiap kali Ayahnya meminta ia untuk mencari pacar.
"Ishhhh... Ayah... Apaan sih!"
"Ayah serius Feb" Ucap Satya.
"Nggak, aku nggak mau" Tolak Feby.
"Jangan gitu dong... Kalo gantengnya kaya Cha Eun Wo, atau kaya Syakhrukhan gimana? Nanti kamu nyesel nolaknya" Satya semakin menggoda putrinya itu.
Feby hanya diam mendengarkan tawa Ayahnya yang terdengar begitu renyah. Satu hal yang membuatnya heran, sejak kapan Ayahnya mengenal Cha Eun Wo? Apakah Ayahnya itu diam-diam mengikuti Instagram Cha Eun Wo?
Feby menepuk pelan pundak Ayahnya karena tak terasa mereka sudah sampai di rumah Om Tama.
"Stop-stop! Bukannya ini rumahnya Om Tama? Ayah dari tadi ngobrol terus sih makannya lupa, kan?"
Ucap Feby membuat Ayahnya itu pun mengerem motor secara mendadak.
"Oh iya bener Feb ini rumahnya Om Tama. Kamu udah lama banget nggak ke sini tapi masih aja inget ya?"
Satya langsung masuk dan memarkirkan motornya di halaman rumah milik sahabatnya itu. Feby turun dari motor Ayahnya seraya melepas helm.
Ini mungkin sudah kesekian kalinya ia datang ke rumah Om Tama. Akan tetapi, ia selalu saja berdecak kagum melihat rumah sahabat Ayahnya itu yang sangat besar dan mewah bak istana. Meskipun terakhir kali Ayahnya mengajaknya ke sini saat ia berusia delapan tahun, namun ia selalu bisa mengenali rumah Om Tama karena rumah mewah ini terlihat begitu mencolok bak sebuah istana.
Di halaman yang begitu luas terparkir 3 mobil mewah Lamborghini berwarna hitam serta sebuah motor ninja. Mereka pun langsung masuk ke dalam rumah itu.
Tiba-tiba saja Seorang pembantu keluar menyambut kedatangan mereka seraya bertanya dengan sopan.
"Maaf pak, apakah bapak temannya tuan Tama?" Tanya pembantu wanita itu yang seperti seumuran dengan ayah Feby.
"Ya, saya Satya Raharja temannya Tama. Dimana dia? Apakah dia ada di rumah?" Saut Ayah Feby.
"Ada pak di dalam. Kebetulan dari tadi tuan Tama sudah menunggu Bapak. Silahkan masuk Pak..."
Mendengar itu, Satya pun langsung masuk ke dalam. Feby hanya diam seraya berjalan mengekor di belakang Ayahnya.
Begitu mereka masuk, Feby dan Ayahnya langsung disambut oleh pria setengah baya yang seumuran dengan Ayahnya. Tak lain itu adalah Om Tama, sahabat Ayahnya.
Om Tama dan Ayahnya langsung berpelukan satu sama lain. Feby tersenyum kecil melihat keakraban mereka yang tidak pernah memudar.
"Sudah lama sekali ya! Satya Raharja bagaimana kabarmu?" Sambut Tama terdengar begitu hangat.
"Alhamdulillah saya baik saja Tam. Oh ya, perkenalkan ini Feby anakku yang dulu sering kuajak main ke sini"
Feby tersenyum canggung saat ayahnya memperkenalkannya pada Om Tama. Sejujurnya ia merasa sedikit malu karena sudah lama sekali ia tidak datang ke sini. Namun Feby berusaha bersikap normal, ia mengulurkan tangannya lalu menyalami tangan Om Tama.
Tama langsung membalas dengan sebuah senyuman hangat. Senyuman di wajah Pria itu masih sama saja sejak dulu. Terlihat teduh dan berkarisma.
"Ini Feby yang waktu kecil sering kamu ajak ke sini kan? Yang kalo ke sini suka berantem sama Arka kan?" Tanya Tama.
"Iya bener. Dia dulu kalau ke sini suka gangguin Arka sampai Arka marah" Jawab Satya.
"Sekarang sudah besar ya! Cantik lagi! Kamu ini nggak pernah gagal ya Satya dalam hal apapun" goda Tama Satya terkekeh mendengar itu.
Feby hanya mengerutkan keningnya mendengar obrolan mereka yang sama sekali tidak ia mengerti.
Arka? Siapa Arka? Batin Feby.
"Oh ya, bagaimana keadaan istri kamu Tam?" Tanya Satya.
"Ya begitulah... dia masih harus rutin cuci darah setiap minggunya" Jawab Tama.
Om Tama mengajak Ayah Feby untuk bertemu dengan istrinya hal itu membuat Feby ikut melangkah mengekor di belakang Ayahnya dan ikut menemui istri Om Tama.
Begitu masuk ke dalam sebuah kamar bernuansa putih bersih, netra Feby langsung tertuju pada seorang wanita seumuran ibunya yang tengah berbaring lemas di atas ranjang.
Sebuah senyuman langsung terbit di wajah pucat wanita itu begitu ia dan Ayahnya masuk.
"Satya? Sudah lama sekali ya kamu baru ke sini" Wanita itu berucap dengan nada lemas.
Ayah Feby tersenyum mendengar itu.
"Ya sebenarnya saya ingin sekali mengunjungi Tama dan kamu Karin. Tapi saya tau, Tama ini orangnya sibuk sekali. Apalagi urusan bisnis itu nomor satu bagi dia jadi saya takut mengganggu"
"Sekarang tidak lagi Sat. Urusan bisnis sekarang sudah ku alihkan tanggung jawabnya kepada Arka. Kau tau sendiri kan, dia anak yang selalu bisa diandalkan" Jawab Tama seraya terkekeh.
"Iya benar, dia pria yang cerdas dan bertanggung jawab. Persis seperti kamu Tam" Saut Ayah Feby membuat Tama dan istrinya tertawa kecil.
Arka lagi! Arka lagi! Siapa sih dia? Kenapa Ayah dan Om Tama selalu membicarakan dia? Tunggu-tunggu, kenapa rasanya aku kesal ya kalau mendengar nama dia? Batin Feby.
"Bagaimana keadaanmu Karin?" Tanya Ayah Feby.
"Aku baik-baik saja. Hanya saja, aku sedang menunggu waktu dimana aku bisa melihat Arka menikah. Aku hanya berdoa agar aku bisa bertahan sedikit lagi sampai Arka menikah baru aku akan pergi dengan damai"
Suasana yang tadinya penuh tawa, kini tiba-tiba langsung berubah saat istri Tama mengatakan hal itu.
Feby menatap istri Om Tama dengan tatapan iba. Namun detik berikutnya, Ayahnya langsung menarik tangan Feby agar gadis itu maju.
"Ini anakku Feby. Kamu masih ingat kan? dulu waktu kecil dia sering datang ke sini" Ucap Satya memperkenalkan Feby pada Karin.
Karin mengembangkan senyum hangat pada Feby. Hal itu membuat Feby ikut tersenyum meskipun sejujurnya ia merasa sedikit canggung.
"Ya aku masih ingat. Arka dulu selalu memanggil Feby dengan sebutan gendut. Sekarang dia sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik ya..."
Mereka semua langsung tertawa mendengar itu. Berbeda dengan Feby yang hanya diam dan berusaha untuk mengingat siapa sebenarnya Arka ini? Apa hubungannya dengan Feby?
🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️
Waktu terus berjalan, namun Ayahnya masih asyik bercerita banyak hal dengan Om Tama. Hingga tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Suara adzan ashar sudah berkumandang.
"Yah, aku mau izin sholat ashar ya?" Tanya Feby meminta izin kepada Ayahnya dengan setengah berbisik.
"Ya tentu saja boleh Feb... Nanti kamu tinggal naik ke lantai 2, terus belok kanan nah ruangan nomor 3 itu tempat sholat" Bukan Ayahnya yang menjawab, namun justru Om Tama lah yang menjawab pertanyaannya.
"Kamu berani sendirian kan? Atau mau Ayah antar?" Tanya Ayah Feby padanya.
"Ya pasti berani lah Sat. Dia kan sudah besar lagi pula, nanti juga Feby akan tinggal di sini kan? Anggap saja ini rumahmu sendiri ya Feb..." celetuk Om Tama.
Entah mengapa Feby merasa sedikit ambigu dengan ucapan Om Tama barusan. Aku bakalan tinggal di sini? Maksudnya apa? Batin Feby.
Feby pun membuang jauh-jauh perasaan ambigu di hatinya itu. Ia langsung melenggangkan kakinya naik ke atas lantai 2 seperti yang dikatakan Om Tama barusan.
Ia masuk ke dalam ruangan nomor 3 seperti yang dikatakan oleh Om Tama. Awalnya ia sedikit ragu, akan tetapi ia akhirnya memilih untuk masuk karena ini sudah waktunya sholat.
Begitu masuk, pandangannya langsung disambut dengan sebuah ruangan yang rapih dan cenderung bernuansa hitam putih. Sebuah rak berjejeran piala membuat langkahnya terhenti.
"Kenapa ruangan sholat kok mirip kaya kamar tidur ya?" Gumam Feby seraya terus melihat ke setiap sudut ruangan tersebut untuk mencari di mana tempat untuk wudhu. Begitu ia menemukan kamar mandi, tanpa pikir panjang ia langsung masuk.
Namun baru beberapa langkah, Feby dikejutkan oleh pemandangan yang membuatnya langsung berteriak begitu keras.
"AAAAAAAAAAAA!!!!!!"
Hap!
Gadis itu langsung bungkam begitu mulutnya dibekap oleh tangan seorang pria. Jantung Feby hampir melompat dari tempatnya karena saat ini, ia melihat seorang pria berdiri tepat di hadapannya tanpa memakai busana.
Tubuh kekar dan atletis pria itu terekspos begitu saja di depannya. Wajah tampan, hidung mancung, sepasang alis tebal membingkai mata tajam milik pria itu.
Jantung Feby berdegup kencang saat matanya bertemu dengan mata tajam milik pria itu.
"Siapa kau?! Apa yang kau lakukan di sini?!" Tanya pria itu membuat bulu kuduk Feby merinding karena suara bass dari pria itu yang mengalun merdu di telinganya.
"A-a-k-aku..." Feby terbata-bata.
"Katakan! Apa yang kau lakukan di kamar ini!" Pria itu menaikkan suaranya.
"A-a-k-aku... Aku... Ingin sholat ashar..." Jawab Feby tanpa berani menatap wajah pria tampan di hadapannya ini.
"Apa kau bercanda?!"
"Aku tidak bercanda tuan! Aku masuk ke sini karena ingin sholat ashar. Tadi Om Tama bilang kalau ruangan ketiga ini adalah tempat sholat jadi aku masuk" jelas Feby.
"Gadis konyol! Cepat keluar dari kamar ini sekarang!" Bentak pria itu lalu menarik tangan Feby agar keluar dari kamarnya.
Karena lantai kamar mandi yang begitu licin, Feby tiba-tiba saja kehilangan keseimbangannya dan detik berikutnya...
BRUK!
Gadis itu langsung meraih sesuatu agar ia tidak jatuh namun nyatanya, ia tetap jatuh ke lantai tangan Feby meraba-raba sesuatu yang terasa keras dan basah. Begitu ia membuka mata, ternyata ia jatuh tepat di atas tubuh pria itu yang hanya memakai handuk saja untuk menutupi bagian bawah.
Begitu ia hendak bangun, ia langsung mendengar suara teriakan Om Tama dan Ayahnya yang terdengar begitu keras bak suara petir.
"ASTAGHFIRULLAH! ARKA! FEBY! APA YANG KALIAN BERDUA LAKUKAN?
______________________________________________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Mar Diati
kapan up nya
2025-03-19
1