"Lupakan tentang kejadian di Paris. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Tubuhmu sama sekali tidak menarik. Aku tidak akan pernah sudi menyentuhmu lagi! Apalagi aku sudah punya kekasih."
Itulah yang diucapkan oleh Devano kepada Evelyn.
Devano sangat membenci Evelyn karena Evelyn adalah anak dari ibu tirinya.
"Kamu pikir aku mau melakukannya lagi? Aku juga tidak sudi disentuh lagi olehmu!"
Evelyn tak mau kalah, dia tidak ingin ditindas oleh kakak tirinya yang sangat arogan itu.
Tapi bagaimana kalau ternyata setelah kejadian malam itu, Devano malah terus terbayang-bayang bagaimana indahnya tubuh Evelyn? Membuatnya tidak bisa melupakan kejadian malam yang indah itu di kota Paris
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Saat ini Devano benar-benar lupa diri. Tak bisa menahan diri lagi. Dengan nafas menggebu-gebu tangannya bergerak untuk membuka kancing baju Evelyn.
Beep...
Beep...
Beep...
Namun, suara dering ponsel mengganggu suasana, membuat konsentrasi Devano terpecah. Dia menahan tangannya yang hampir saja akan membuka kancing baju adik tirinya itu.
Evelyn memanfaatkan situasi ini dengan mengigit bibir Devano, cukup keras, sontak membuat Devano melepaskan ciumannya, dia mendesis kesakitan.
"Shhh..." Devano mendesis sambil memegang bibir bawahnya yang berdarah. Kemudian dia menatap tajam pada Evelyn.
"Apa yang Kak Devano lakukan? Masa ada seorang kakak mencium bibir adiknya sendiri?" protes Evelyn. Dia ingin mengingatkan Devano tentang status mereka sebagai saudara tiri.
Evelyn lupa, bahkan semalam dia sudah melakukan lebih dari sekedar ciuman dengan kakak tirinya itu.
Devano pura-pura bersikap tenang. Walaupun sebenarnya dia sangat merasa kesal kepada dirinya sendiri, mengapa dia harus mencium bibir Evelyn sebrutal itu. Bahkan hampir saja dia mengulang kembali kejadian semalam, kalau saja ponselnya tidak berdering.
Bukankah niat dia mencium bibir Evelyn hanya untuk berbagi rasa pedas saja? Tapi mengapa dia malah sangat bernaf-su sekali?
Devano pun tersenyum smirk. "Ciuman? Sepertinya kamu lupa, aku hanya ingin berbagi rasa pedas padamu. Bagaimana rasanya? Pedas kan?"
Evelyn terlihat salah tingkah. Mungkin dia sama sekali tidak merasakan rasa pedas saat Devano mencium bibirnya. Yang ada dia merasakan perasaan aneh yang membuat hatinya sangat merasa terguncang. Sejujurnya dia hampir terhanyut dengan ciuman tadi, tapi hati kecilnya terus mencoba untuk memberontak.
Percuma saja Evelyn melawan, Devano tidak akan pernah mau mengalah. Justru pria itu malah makin menjadi-jadi. Dia takut Devano akan menerkamnya kembali.
"Beritahu aku password kunci yang sudah Kak Devano ganti! Aku ingin pergi keluar, untuk bertemu dengan temanku." pinta Evelyn sambil menjauhkan jaraknya dari Devano.
Devano pun segera memasukkan 6 digit password pada kunci rumah. Dia rasa sebaiknya dia segera melepaskan Evelyn. Dia tidak boleh berduaan lagi dengan gadis itu.
Tanpa basa basi Evelyn segera pergi keluar dari rumah. Bahkan dia terburu-buru masuk ke dalam mobilnya. Berduaan dengan Devano sangat mengerikan untuknya.
Devano hanya diam, memandangi mobil Evelyn yang mulai melaju meninggalkan gerbang rumah. Kemudian dia menghela nafas dengan berat saat mengingat ciumannya dengan Evelyn.
"Shitt! Sampai kapan pengaruh alkohol ini segera menghilang dari kepalaku?" Hati Devano masih saja menyalahkan alkohol. Menjadikan alkohol sebagai kambing hitam.
Seolah-olah dia melakukannya karena masih dipengaruhi minuman beralkohol yang semalam dia minum. Bukan karena keinginannya sendiri.
Tentu saja. Jika dia benar-benar sedang berpikir normal. Tak mungkin dia sampai lupa diri seperti semalam. Dia merasa tidak memiliki ketertarikan kepada adik tirinya itu. Dia tidak mungkin jatuh cinta kepada Evelyn.
Devano tercekat begitu menyadari bahwa dia belum memeriksa ponselnya. Dia pun segera merogoh saku celana dan mengeluarkan ponsel. Rupanya dia telah mendapatkan pesan dari Karina. Kekasihnya.
[Dev, kamu masih ada di Paris kan? Aku ingin bertemu denganmu.]
Karina sudah benar-benar menyadari bahwa sebenarnya dia masih memiliki perasaan kepada Devano. Mungkin dulu dia termakan bujuk rayu Gabriel disaat dia benar-benar sangat merasa kesepian. Sehingga menjadikan Gabriel sebagai pelampiasannya. Sampai kapan pun Karina tidak ingin kehilangan Devano.
skrg kok aku mlh dukung Evelyn dgn Devano, aku merasa was was dan harus menghindari Gio tuh Evelyn. ada sesuatu yg sulit untuk dijelaskan 🫢