Hidup Naura yang sudah menderita itu, semakin menderita setelah Jessica anak dari Bibinya yang tidak sengaja menjebak Naura dengan seorang pria yang dikenal sebagai seorang preman karena tubuhnya yang penuh dengan tato, berbadan kekar dan juga wajah dingin dan tegas yang begitu menakutkan bagi warga, Naura dan pria itu tertangkap basah berduaan di gubuk hingga mereka pun dinikahkan secara paksa.
Bagaimana kelanjutannya? siapakah pria tersebut? apakah pria itu memang seorang preman atau ada identitas lain dari pria itu? apakah pernikahan mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan Kaki?
Tak lama setelah itu, mobil yang dikendarai supir pribadi Juragan Adit pun sampai di rumah Juragan Adit, "Ganti pakaianmu," ucap Aiden pada Naura.
"Tapi, aku gak bawa baju ganti," ucap Naura.
"Istri saya sudah siapkan baju ganti, masuklah dan temui Istri saya," ucap Juragan Adit.
"Say, tidak apa-apa masuk kedalam Juragan?" tanya Naura yang ragu karena Juragan Adit adalah orang terkaya di desa dan tentunya rumahnya juga menjadi rumah yang paling mewah di desa tersebut.
"Iya, masuk aja," ucap Juragan Adit.
Dengan ragu, Naura melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah mewah tersebut.
"Maafkan saya Tuan, saya lalai dalam menjalankan tugas sampai semua ini terjadi pada Tuan Aiden," ucap Juragan Adit.
"Kau memang lalai, tapi sudahlah. Semua ini sudah terjadi, tapi yang jelas di desa ini memang sdmnya rendah, mereka asal menuduh tanpa bisa membuktikan tuduhan mereka," ucap Aiden.
"Lalu selanjutnya bagaimana Tuan?" tanya Juragan Adit.
"Hentikan bantuanmu pada warga, baik itu secara pribadi atau secara publik seperti perdagangan, perkebunan dan pertanian," ucap Aiden.
"Baik, Tuan," jawab Juragan Adit.
Aiden Javier Andrean adalah seorang pengusaha sukses di negara A, banyak yang memuji kecerdasannya membangun kerajaan bisnis yang mampu menguasai pada beberapa sektor bukan hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.
Namun, meskipun sukses menjadi pengusaha, nyatanya tidak ada yang tau nama lengkap Aiden atau bagaimana rupa dari seorang Aiden Javier Andrean, yang mereka tau hanya nama panggilan Aiden yaitu Tuan Andrean, hal itu karena Aiden membangun perusahaannya secara diam-diam dari keluarganya yang menentangnya hingga Aiden memilih pergi dari rumah, di mana saat itu ia baru berusia 23 tahun.
Setelah jatuh bangun dalam mendirikan Andrean Group, akhirnya perusahaannya berkembang pesat di bidang manufaktur, lalu bisnisnya merambah ke bidang teknologi, properti dan sekarang ia tengah mencoba agribisnis.
Karena itulah Aiden berada di desa ini, di mana Aiden sudah membeli beberapa lahan perkebunan dan pertanian untuk bisnisnya bahkan sudah ada beberapa yang beroperasi dan menguntungkannya.
Tidak ada yang tau identitas Aiden kecuali Juragan Adit yang merupakan anak buahnya, Juragan Adit dulu pernah bekerja di rumah keluarga Aiden sebagai supir dan ketika Aiden butuh lahan untuk bisnisnya, Juragan Adit menawarkan lahan di desanya.
Dengan menampung Aiden maka Juragan Adit medapatkan keuntungan besar, salah satunya Juragan Adit bisa membangun rumah megahnya ini karena bantuan dana dari Aiden.
Agar identitas Aiden tidak terungkap, maka Aiden pun berpura-pura menjadi anak buah Juragan Adit, Aiden sendiri sudah tinggal di desa ini selama satu tahun lebih dan selama itu tidak ada yang curiga padanya.
Sesekali, Aiden kembali ke kota untuk mengurus perusahaannya, namun Aiden lebih sering di desa karena di perusahaannya sudah ia percayakan pada sekretarisnya yang sudah menjadi tangan kanannya sejak perusahaannya baru ia rintis sampai sesukses sekarang, dia adalah Fandy.
"Untuk tempat tinggal, bagaimana Tuan?" tanya Juragan Adit, karena selama ini Aiden tinggal di vila milik Aiden sendiri yamg orang-orang tahu vila terus milik Juragan Adit.
"Cati rumah kontrakan sederhana, jangan sampai Naura curiga," ucap Aiden.
"Baik, Tuan," ucap Juragan Adit.
"Sama satu lagi, sekarang Naura adalah istriku. Jadi, jangan sampai ada yang mengganggunya," ucap Aiden.
"Baik, Tuan. Saya akan suruh anak buah saya menjaga Nyonya Naura," ucap Juragan Adit dan diangguki Aiden.
Tak lama kemudian, Naura keluar setelah berganti pakaiannya. "Kamu gak ganti juga?" tanya Naura.
"Ini mau ganti," ucap Aiden lalu masuk ke rumah Juragan Adit.
Naura menunggu didepan rumah Juragan Adit, ia memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini. "Aku harus gimana ini? aku udah nikah, tapi aku gak kenal suamiku, siapa namanya tadi? aku aja lupa nama suamiku," gumam Naura.
Beberapa saat kemudian, Aiden sudah keluar setelah berganti pakaian. "Ayo," ajak Aiden.
"Ki-kita mau kemana?" tanya Naura pasalnya ia tidak tau dimana Aiden tinggal.
"Ke kontrakanku," ucap Aiden.
"Tempatnya jauh?" tanya Naura.
"Lumayan, dekat perkebunan teh," ucap Aiden.
"Jalan kaki?" tanya Naura karena perkebunan teh cukup jauh dari tempat Naura berdiri saat ini.
"Iya, jalan kaki. Aku gak punya motor," ucap Aiden dan diangguki Naura.
Mereka berdua pun berjalan kaki menuju kontrakan, lebih tepatnya rumah Juragan Adit yang sudah tidak ia tempati dan menjadi penyimpanan beberapa hasil perkebunan teh.
Sebenarnya Juragan Adit sudah mencari tampat yang bagus untuk ditunggali Aiden, namun ketika Aiden masuk kedalam rumah saat ganti baju tadi, ia mengatakan akan tinggal di rumah Juragan Adit yang sudah tidak terpakai itu, di mana Aiden pernah tinggal disana sebelum pindah ke vila, Aiden juga sudah meminta anak buahnya untuk memindahkan beberapa pakaiannya yang ada di vila ke rumah tersebut.
Aiden memilih rumah tersebut, selain dekat dengan perkebunan teh juga penyamarannya tidak akan terbongkar.
Akhirnya perjalanan yang melelahkan itu berakhir, Aiden dan Naura sampai di rumah sederhana yang jauh dari pemukiman warga, bahkan jalan menuju rumah tersebut tidak teraspal dan masih bebatuan serta tanah.
"Tempat ini bisa ditinggali? setauku ini bukan rumah, ini tempat hasil panen dari kebun teh," tanya Naura.
"Bisa, hasil tehnya ada di ruang tamu, kalau yang dibelakang masih bisa ditinggali," ucap Aiden.
"Kamu sebelumnya tinggal disini?" tanya Naura.
"Iya," jawab Aiden.
"Sendirian?" tanya Naura.
"Iya, ayo masuk," ajak Aiden.
Aiden dan Naura pun masuk kedalam rumah tersebut, Naura merasa heran karena meskipun rumah tersebut berfungsi sebagai penyimpanan hasil teh, tapi tempat tersebut cukup bersih.
"Kayak habis dibersihin ya," ucap Naura.
"Setiap hari aku bersihin makanya bersih," ucap Aiden dan diangguki Naura.
Naura melihat sekeliling rumah tersebut, "Kamarnya cuma satu, mau gimana lagi rumahnya sempit," ucap Aiden.
"Iya, gapapa," ucap Naura.
Kamar sempit itu hanya memiliki satu kasur yang cukup besar, jangan harap kasur empuk karena nyatanya kasur mereka terbuat dari kapuk.
'S*alan, gue harus beli kasur ini. Gak mungkin gue tidur di kasur jelek kayak gitu,' batin Aiden.
"Nanti aku beliin kasur baru," ucap Aiden.
"Gak usah, aku udah terbiasa tidur pakai kasur kayak gitu kok," ucap Naura.
'Lo yang terbiasa, gue yang gak terbiasa,' batin Aiden.
"Aku tau, tapi gue ada uang kok buat beli kasur baru dan gue gak suka penolakan," ucap Aiden dan Naura hanya diam karena aura menakutkan yang dipancarkan sang suami.
"Tapi, kamu gak kejauhan tinggal disini? maksudnya dari rumah ini ke rumahnya Juragan Adit kan jauh," tanya Naira.
"Gak, aku udah ditugaskan Juragan Adit buat mengawasi perkebunan dia," ucap Aiden dan Naura percaya saja dengan perkataan Aiden.
.
.
.
Bersambung.....