NovelToon NovelToon
Tutorku Tunanganku

Tutorku Tunanganku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Mashimeow

"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."

Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.

Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menunggu Yang Sia-Sia

Jiwangga memandang lekat pada siluet punggung Keisha yang semakin menjauh. Hawa panas masih melekat begitu erat memeluk hatinya. Ia menoleh pada teman-temannya dengan senyuman remeh. Bisa-bisanya ada seseorang yang berani untuk memerintah seorang Jiwangga Abram. Terlebih dia perempuan lagi.

Sampai sejauh ini belum ada yang benar-benar menentang Jiwangga dan Chaos Brotherhood. Kebanyakan dari siswa di SMA Mandala takut bila ditindas, digoda, bahkan diajak bicara oleh ketujuh pemuda ini, karena orang-orang sudah mencap mereka sebagai pembuat onar. Jiwangga kembali mendudukkan bokongnya di antara Joshua dan Tristan yang sedang menghembuskan asap dari pod.

“Lo aman Jiw?” tanya Lucas.

“Siapa sih tuh cewek? Sok iye banget tingkahnya,” cibir Jiwangga.

“Keisha Zievanna namanya. Dia yang sering wakilin sekolah kita buat ikut lomba-lomba sains sama debat sampai ke tingkat nasional. Kesayangan guru-guru juga tuh,” kata River.

“Nggak heran kalau dia bisa seberani itu adu bacot ama si Jiwa tadi,” kekeh ringan Julian.

“Kayaknya si Keisha ini teman satu kelasnya Tristan. Iya nggak sih?” Joshua menoleh ke arah sahabatnya yang masih asik bermain dengan asap.

Tristan menganggukkan kepalanya. “Iya. Aura ambisnya tuh keliatan dari dia jalan,” balas Tristan.

“Lo nanti datang ke kelas tutornya si Keisha, Jiw?” tanya Harvey. Pemuda dengan proporsi tubuh besar itu melemparkan bola basket di tangannya dan masuk ke ring. Ia tidak bisa duduk manis saat melihat benda bulat kesukannya dianggurkan begitu saja.

“Ogah malas banget, ngapain juga gue datang. Gue masih bisa belajar sendiri dan gue nggak butuh bantuan dia,” balas ketus Jiwangga.

Jiwangga berlari ke arah Harvey lalu merebut bola di tangan pemuda itu. Jemarinya bergerak aktif untuk memantulkan bola basketnya melawan gravitasi bumi. Dalam sekejap mata benda bulat itu sudah terlempar jauh menuju ring lawan dari jarak berdiri Jiwangga yang cukup jauh. Berharap dengan melayangnya bola basket itu bisa mewakili kekesalan yang pemuda itu rasakan, tetapi sepertinya tidak mengubah keadaan.

Emosi masih saja membuatnya tidak nyaman dan gerah hati rasanya. Jiwangga merasa seperti direndahkan di depan semua orang. Ada rasa sesak yang membuat moodnya turun drastis. Jiwangga lalu tanpa berkata apa pun langsung meninggalkan anggota Chaos Brotherhood di lapangan. Ia butuh waktu sendiri untuk menenangkan api yang semakin membara dalam tubuh.

***

Jam-jam pulang sekolah memang selalu ramai dipenuhi oleh para murid yang menanti jemputan mereka untuk datang. Ada pula sebagian dari mereka memilih menetap sejenak di sekolah karena berbagai urusan. Entah berlatih menari, menyibukkan diri di perpustakaan, atau mengosongkan kelas untuk sesi tutor bersama Jiwangga seperti yang Keisha lakukan.

Begitu pelajaran kimia di jam terakhir selesai, Keisha merapihkan seluruh barang-barangnya ke dalam tas. Ia menyisakan dua buku catatan di atas meja. Gadis itu terlihat lebih tenang dari pada sebelumnya walaupun ada sedikit gugup dan takut. Sesekali ia melirik pada jarum jam di pergelangan tangan yang terus berputar.

Sudah setengah jam sejak bel pulang berbunyi Keisha menunggu tetapi belum ada tanda-tanda Jiwangga akan datang. Demi mengisi waktu kosong gadis Zievanna ini memilih untuk membaca novel yang sengaja dibawa dari rumah. Suasana hening di dalam kelas membuat si puan mampu melahap semua alur cerita sampai rampung sebab tidak ada yang mengganggu.

Ia terlalu larut dalam indahnya diksi novel dan baru tersadar saat mendengar suara bunyi perutnya yang meledak begitu saja. Berhubung hanya ada Keisha di kelas, jadi suara keroncongan itu terdengar nyaring. Perut kecilnya protes meminta diisi oleh sesuatu yang bisa membuat gadis itu kenyang.

“Jiwangga kemana sih? Sampai jam segini belum datang juga!” seru Keisha kesal. Lagi perempuan itu memeriksa jam di pergelangan tangan yang sekarang sudah menunjukkan pukul empat sore. Gadis itu berjalan keluar dari kelas untuk melihat keadaan sekitar. Koridor kelas sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa siswa saja yang berlalu-lalang. “Dia nggak dengar apa yang gue bilang tadi kali ya,” gumam Keisha.

“Loh kok belum pulang Kei?”

Keisha menoleh pada sumber suara. Raut wajah yang semula cemberut dan tidak ramah ini seketika berubah. Ia menyapa teman dalam satu organisasi kepengurusan sekolah dengan senyuman lebar. “Gue nungguin si Jiwangga buat tutor tapi sampai sekarang belum datang juga. Lo sendiri kenapa belum balik, Lang?” balas tanya Keisha.

“Gue diminta sama Pak Samidin buat ngajarin anak kelas 10 alat perkusi tuh. Lagi istirahat juga ya sekalian aja gue mau jajan ke depan dulu. Lo mau titip nggak?” Pemuda bernama lengkap Gilang Pamungkas ini bertanya sekaligus menawarkan bantuan.

“Tadinya gue mau pesan makanan di online tapi berhubung lo juga nawarin ya boleh deh. Bakso malang aja kayak biasa sama es kopyor kalau masih ada si mang yang jual. Nanti lo total aja berapa biar gue ganti,” kata Keisha.

Gilang mengibaskan tangan perlahan. “Apaan nggak usah. Lo nih kayak sama siapa aja. Kebetulan gue juga mau beli bakso malang tuh langganan anak Manggala. Gue beli dulu ntar gue bawain lagi ke sini,” ucap Gilang.

“Thanks ya Lang,” kata Keisha.

Gilang memberikan respon dengan acungan jempol pada Keisha dan pergi meninggalkan koridor jurusan IPA. Sedangkan si cantik mencari suasana baru demi menunggu kedatangan Jiwangga yang tak kunjung muncul. Jemarinya sibuk menggulir layar handphone ketika menemukan tontonan menarik.

Keisha sesekali mengabadikan suasana sekolah dikala senja dalam lensa kamera handphone miliknya. Ia mendengus kesal saat mendengar suara langkah kaki membuat gadis itu refleks menoleh. Keisha jadi berharap kalau yang datang adalah Jiwangga.

“Nih bakso malang punya lo,” kata Gilang memberikan sebuah bungkusan berisi bakso malang pesanan Keisha. Seketika aroma wangi dari kaldu juga daun seledri yang pekat menyebar ke berbagai arah, seolah meminta untuk disantap cepat-cepat. “Kopyornya nggak ada jadi gue ganti sama es kuwut,” sambung Gilang.

Keisha menerima uluran plastik itu dengan penuh rasa syukur di tengah rasa laparnya yang berada di titik maksimal. Ia bagaikan menemukan oasis di padang gurun. Gadis itu menjatuhkan pilihan untuk menumpas dahaga dengan segelas es jeruk kuwut yang segar. “Gue nggak tahu deh kalau nggak ada lo, gue bakal nunggu di kelas dengan perut keroncongan parah,” kata Keisha.

“Sekolah sebentar lagi mau tutup tuh. Lo yakin masih mau nungguin Jiwangga datang? Kata gue sih dia emang nggak bakal datang dari awal. Bocah bandel yang susah diatur kayak dia tuh mana mau sih nurutin omongan orang lain.” Gilang berkata sambil menyeruput kuah bakso dari ujung plastik.

“Kalau bukan karena permintaannya Bu Rasmi juga gue ogah berurusan sama dia, Lang. Habis bakso ini masuk ke perut imut gue ini juga bakal langsung balik kok. Nungguin supir datang juga di pos satpam,” jelas Keisha.

“Gue antar aja Kei dari pada lo nunggu kelamaan di pos depan,” putus Gilang. Pemuda tampan dengan tubuh tinggi nan besar itu lantas bangkit dari duduknya lalu mendekat pada tong sampah beberapa langkah ke depan untuk membuang sampah bakso malangnya.

Kenapa ya kaum adam kalau makan itu cepat sekali? Padahal punya Keisha juga belum habis separuh.

“Nggak usah Gilang. Gue nggak mau ngerepotin lo,” tolak halus Keisha.

“Gue nggak apa-apa, Kei. Area sekolah kalau mau malam itu rawan. Suka ada kumpulan orang mabok yang suka keliaran di sekitar sini. Gue nggak mau teman gue kenapa-napa. Gue tunggu lo selesaiin makan lo tuh sambil push rank bentar ya,” kata Gilang sambil mengeluarkan handphone dari saku celananya.

“Ya udah kalau lo maksa. Gue kabarin supir keluarga dulu,” balas Keisha.

Keisha melahap potongan siomay keringnya sebelum memainkan kembali handphone demi memberi sebuah kabar pada sang supir pribadi. Ia buka aplikasi dengan logo telfon berwarna hijau itu kemudian. Jemarinya bergerak lincah saat mengetikkan setiap pesan yang ingin disampaikan.

Keisha: Pak Cipto, udah berangkat jemput belum? Kalau belum aku nggak jadi dijemput aja Pak.

Pak Cipto: Loh kenapa Mbak Keisha? Bapak ini mau panasi mobil dulu.

Keisha: Aku pulang diantar teman.

Pak Cipto: Oalah yowes kalau gitu. Mbak Keisha pulangnya hati-hati.

Keisha: Iya Pak Cipto.

1
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
Cheng Lin2194
Terhibur banget!
Mashimeow: terima kasih udah suka sama ceritaku^^
total 1 replies
Juárez Márquez Odette Margarita
Ngakak dosa!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!