Melia menangis sejadi-jadinya saat terpaksa harus menerima perjodohan yang tak di inginkan. pasal nya melia sudah memilki kekasih yang begitu ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Radit segera menyadari kesalahan nya, ia merasa jijik dengan apa yang di lakukan Rani tapi ia pun tak ada bedanya karna telah mengkhianati ikatan pernikahan mereka.
"Aku begitu bod*h kenapa aku harus mau saat Juwita merayuku" rutuk Radit pada diri nya sendiri.
"Aku harus mencari Rani, aku akan perbaiki kesalahan ku" Radit segera menyambar tas kecil yang dari semula ia bawa ke kota.
Dengan langkah tertatih Radit mencari ojek yang bisa ia tumpangi.
"Pak tolong antar saya" seru Radit pada kang ojek.
"Ke mana mas?" tanya kang ojek.
"Saya nggak tau pak karna saya mau cari seseorang" jawab Radit kang ojek mengangguk mengerti.
Radit meminta kang ojek menunggu nya ia melangkah kan kaki ke tempat di mana ia menemui Rani pertama kali nya.
"Mba tau yang nama nya Rani?" tanya Radit pada wanita pemilik warung di sekitar.
"Rani siapa ya mas..." tanya wanita tersebut.
"Mungkin yang dia maksud salah satu kupu-kupu malam bu.." sahut suami wanita tersebut.
"Oh...mas tanya saja sama penghuni kos yang di ujung jalan sana, nama kos nya kos Delima" hawab wanita itu setelah tau maksud Radit.
Radit segera mendatangi tempat kos yang di tunjuk wanita itu tentu nya dengan di antar kang ojek.
Setelah bertanya ke beberapa penghuni kos yang kebetulan sedang duduk-duduk. Radit tak menemukan jawaban.
"Eh Lyra ada yang nyari Rani, lu tau nggak du mana Rani?" tanya wanita yang bernama angel saat melihat Lyra yang baru keluar kamar kos nya.
"Rani? Nggak tau tuh, kemarin sore terakhir aku telefon untuk minta tolong lihatkan Juwita yang tak bisa di hubungi, eh malah sekarang Rani juga tak bisa di hubungi" ucap Lyra yang juga kebingungan.
"Baik lah kalo begitu aku permisi dulu" ucap Radit yang merasa putus asa.
Setelah seharian mencari keberadaan Rani akhirnya Radit memutuskan untuk pulang kampung saja.
Sampai di kampung mama nya mencecar banyak pertanyaan yang membuat Radit bingung dan pusing.
"Ma...biarin Radit istirahat dulu...rasa nya kepala ku mau pecah aku tak bisa berpikir kalo begini" mama nya memilih diam dan meninggalkan nya.
"Bagaimana ma..apa kak Radit menemukan Rani?" tanya Melia dengan penasaran nya.
"Kaya nya belum Mel..." jawab mama mertua nya dangan lesu.
Melia menarik nafas dalam. "Eh mas kemarin mas kasih alamat sudah bener kan?" tanya Melia pada Arkan yang melintas di hadapan nya dengan membawa secangkir kopi yang ia buat sendiri.
Arkan mengernyit "Memang nya kenapa?" tanya Arkan dengan nada ketus.
"hmmm mas masih marah sama aku?" tanya Melia sembari mendekati suami nya.
"pikir saja sendiri, seandai nya kamu di posisi aku sedang kan mantan ku setiap hari ada di depan mata ku, apa yang akan kamu rasa, pasti was-was setiap hari kan?" pertanyan Arkan membuat Melia tersenyum.
"Mas cemburu? Itu arti nya mas begitu mencintai ku" ujar Melia.
"Aku nggak sedang bercanda de' dari dulu aku selalu ungkap kan perasaan ku kamu juga tau itu, jadi jangan tanya apa aku cemburu atau nggak" seru Arkan merasa istri nya selalu mengabaikan perasaan nya.
"Iya maaf aku hanya bercanda" ucap Melia. Namun Arkan pergi meninggalkan nya dan kopi tang belum sempat ia minum.
Arkan masuk ke gubuk Radit. Sebenar nya Arkan juga marah pada Radit. Ia merasa kakak nya itu berusaha menggoda istri nya.
"Bangun kak Radit" seru Arkan
Radit terkejut saat ada yang mengguncang tubuh nya.
"Ada apa sih tadi mama sekarang kamu sebenar nya kenapa sih kalian suka banget ganggu orang istirahat" Radit yang kesal tidur terganggu meninggi kan suara nya.
"Pelan kan suara mu kak, aku hanya ingin tau apa yang kamu lakukan sehingga Rani tak mau ikut bersama mu pulang" suara Arkan tak kalah tinggi.
"Heh b*ngsat...kamu tau pekerjaan Rani tapi seolah menutupi nya dari ku, kalau saja aku tau dia jadi p*rek aku nggak sudi menemui nya aku menyesal sudah mencari nya" seru Radit dengan sedikit munafik.
Arkan melayang kan bogem kepada kakak nya itu sudah lama ia ingin melakukan hal itu.
"Itu karna kamu tak bisa menghargai wanita, andai kamu bisa meberima keadaan Rani waktu itu nggak mungkin Rani sampai terjerumus lebih jauh lagi" seru Arkan penuh emosi
Radit tak terima dengan perkataan Arkan, ia bangkit dan memukul balik adik nya tersebut.
Arkan mengusap cairan asin yang merembes dari sudut bibir nya.
"Hentikan!" seru Bu Drajat yang datang bersama Melia karna mendengar keributan.
"Apa-apaan kalian ini seperti anak kecil saja, berpikir lah secara dewasa." seru Bu Drajat yang begitu kecewa pada ke dua putra nya tersebut.
Arkan pergi meninggalkan gubuk Radit yang di ikuti Melia.
"Sebenar nya apa yang kalian ribut kan mas, kenapa sekarang mas nggak bisa akur sama kak Radit. Bukan kah dulu mas yang meminta ku untuk menerima kehadiran mama dan kak Radit?" tanya Melia sembari berjalan mengekor suami nya.
"Diam lah semua juga karna mu, andai kamu bisa menjaga perasaan ku aku nggak mungkin berpikir buruk kembali pada hubungan kalian berdua" seru Arkan yang menghentikan langkah nya.
"Kenapa setiap ada masalah antara kalian selalu aku penyebab nya, egois sekali pemikiran kamu mas" ucap Melia dengan mata yang mulai mengembun sembari menggendong Juna. Melia meninggalkan Arkan dalam amarah. Ia biar kan suami nya itu untuk berpikir jernih.
Sore itu Melia sedang bermain dengan Juna netra menangkap mertua nya yang tengah melamun.
"Juna sayang...kita samperin nenek yuk..."
ucap Melia pada Juna.
"Mama kenapa? Kok ngelamun, lagi mikirin apa ma?" tanta Melia, ia melihat mertua nya itu yang ternyata sedang menangis.
"Mama kangen sama almarhum papa Mel"...
tutur mertua nya.
"Andai papa masih ada mungkin anak-anak mama nggak akan saling bermusuhan sepertu ini" sambung mertuanya sembari mengusap air mata nya.
"Huf...andai almarhum papa masih ada pasti mama nggak akan berubah jadi orang baik dan sederhana seperti sekarang ini" ucap Melia yang sukses membuat mertua nya membola.
Tangan nya terulur dan...."aduh sakit ma ampun..." jerit Melia yang kesakitan karna tangan mertua nya menarik telinga nya.
...****************...
Hay guys jangan lupa like dan komen yah terima kasih☺️
"Bagaimana dengan mimpiku, Bu? Apa aku tak berhak untuk memiliki mimpi atau mewujudkannya?" Melia nelangsa, dengan derai air mata bla bla bla
semisal,
Di hadapan
Diduga
dan untuk nama menggunakan huruf kapital. Melia
dan untuk kata -nya itu digabung, bukan dipisah ya.