🏆Sekuel Pewaris Dewa Naga🏆
Tujuh tahun setelah perang besar, kedamaian di Benua Feng hanyalah ilusi. Dunia di luar perbatasan telah jatuh ke tangan iblis, dan seorang pria asing muncul membawa rahasia besar. Dunia jauh lebih luas dari yang mereka kira, dan apa yang tersembunyi di balik kabut sejarah mulai terungkap—termasuk rahasia tentang asal-usul Liang Fei sendiri.
Siapa sebenarnya orang tuanya? Apa kaitannya dengan Pemimpin Sekte Demonic? Dan bisakah Zhiyuan, murid yang terjatuh dalam kegelapan, masih bisa diselamatkan?
Dengan persekutuan lama yang diuji, musuh baru yang lebih kuat, dan petunjuk yang mengarah ke dunia yang terkubur dalam sejarah, Liang Fei harus meninggalkan takhta dan melangkah ke medan pertempuran yang lebih besar dari sebelumnya.
Dunia telah berubah.
Dan perang yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 Shanruo dan Guingming: Dua Iblis Kuno Yang Menguasai Benua Lingxu
Di dalam kastil bekas kerajaan Lingxu, suasana penuh kegelapan. Cahaya bulan yang menembus jendela-jendela besar hanya memberikan sedikit penerangan di ruangan yang luas itu. Dinding-dinding batu yang dulunya dihiasi lambang kerajaan kini ternoda oleh darah dan aura iblis yang meresap ke dalam setiap celahnya.
Di atas singgasana megah yang dulunya menjadi tempat duduk raja Lingxu, kini duduk seorang sosok yang sangat mengerikan. Guingming, salah satu Iblis Kuno, bersandar dengan ekspresi angkuh.
Di hadapannya, seorang iblis tingkat rendah berjalan dengan santai, melangkah tanpa sedikit pun menunjukkan rasa takut. Tubuh iblis itu kurus dengan punggung bungkuk, kulitnya pucat kehijauan, dan matanya kosong seperti makhluk hina tanpa tujuan hidup.
Namun, dari cara iblis itu bergerak, ada sesuatu yang aneh—terlalu percaya diri untuk makhluk kelas bawah.
Guingming mengerutkan dahi, matanya menyipit penuh kebencian. “Beraninya kau masuk ke sini tanpa izin, sampah!” Suaranya bergema di seluruh ruangan, menciptakan tekanan yang begitu besar hingga udara di sekitar mulai bergetar.
Iblis tingkat rendah itu tidak bergeming. Ia justru tersenyum tipis, lalu berbicara dengan suara yang sedikit melengking. “Aku hanya datang untuk mengingatkanmu… Kau terlalu menikmati peranmu sebagai raja manusia, Guingming.”
Guingming langsung terdiam. Wajahnya yang semula penuh amarah kini berubah serius. Ia menajamkan pandangannya ke iblis di hadapannya, mencoba melihat lebih dalam. Seketika, ekspresinya berubah drastis.
"Shanruo?" gumamnya, sedikit terkejut.
Perlahan, tubuh iblis tingkat rendah itu mulai berubah. Dagingnya bergetar dan mencair seperti lilin panas, lalu membentuk kembali wujud baru.
Dalam hitungan detik, sosok Shanruo berdiri di sana dalam bentuknya yang lebih nyata—tubuh tanpa bentuk tetap, wajah yang terus berganti-ganti, serta aura kelam yang mengerikan.
Guingming mendengus dan menyandarkan dirinya kembali ke singgasana. "Hah. Jadi itu kau. Seperti biasa penyamaranmu sangat baik. Jadi, untuk apa datang ke tempatku dengan menyamar seperti makhluk rendahan?"
Shanruo menyeringai, matanya—atau apa pun yang menyerupai matanya saat itu—menyipit penuh kecerdikan. "Karena aku tahu kau akan langsung membunuh siapa saja yang mengganggu keagungan palsumu."
Guingming terkekeh, lalu melipat tangannya di dada. "Katakan saja maksud kedatanganmu."
Shanruo berjalan mendekat dengan santai. "Aku punya informasi menarik. Kau tahu penguasa Benua Feng, Liang Fei? Ternyata dia bukan sekadar manusia biasa. Dia adalah Pewaris Dewa Naga."
Mendengar itu, Guingming sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan. Ia hanya mengangkat sebelah alis dengan ekspresi meremehkan. "Dan? Apa yang begitu istimewa tentang itu?"
"Kau serius menanyakan hal itu? Apa kau lupa siapa sosok yang mengurung kaum kita di neraka? Itu adalah Dewa Naga!" ucap Shanruo tak habis pikir dengan pemikiran rekannya itu.
Sementara Guingming tampak acuh tak acuh. "Dewa Naga memang hebat, tapi dia sudah tidak ada lagi di dunia ini bukan? Dan kau bilang seorang Pewaris? Apa dia sehebat Dewa Naga yang asli?"
"Kau sungguh percaya diri, Guingming. Kau bahkan tidak menyadari bahwa Yusheng dan Yinlin gagal menguasai Benua Feng. Keduanya tidak mampu menaklukkan Liang Fei dan orang-orang di sekitarnya."
Guingming mendecakkan lidahnya. "Kedua idiot itu memang lemah. Mereka tidak sebanding denganku."
Shanruo menggeleng pelan. "Kesombonganmu bisa menjadi kehancuranmu, kawan... Dia bukan lawan yang bisa diremehkan. Aku sudah merasakan sendiri serangannya, dan aku nyaris terbunuh."
Guingming hanya tersenyum sinis. "Aku berbeda dari kalian. Tidak peduli seberapa kuat orang itu, dia tidak akan bisa mengalahkanku."
Shanruo menatapnya tajam lalu menyeringai penuh arti. "Ini kedua kalinya aku mendengar kata-kata itu. Yang pertama adalah ketika kau meremehkan Pangeran Iblis yang tidak patuh itu."
Mendengar ucapan Shanruo, kening Guingming mengerut, tatapannya berubah tajam dan penuh kebencian sementara tangannya mengepal singgasana hingga retak.
"Pengkhianat itu..." gumamnya frustasi.
Beberapa minggu lalu, istananya diserang oleh sosok Pangeran Iblis yang secara resmi ditetapkan sebagai pengkhianat kaum iblis, Zhiyuan.
Zhiyuan datang dan memporak-porandakan seisi kerajaan palsu buatannya seperti mainan anak-anak. Guingming awalnya sangat percaya diri bisa menang, namun ternyata dia salah. Kekuatan Zhiyuan terus berkembang sejenak dia membunuh Yusheng.
Guingming bisa selamat berkat bantuan Shanruo dan ribuan sandra manusia yang dia miliki. Jika tidak ada kedua hal itu, mungkin saja Guingming akan bernasib sama dengan Yusheng.
Shanruo sedikit menikmati kemarahan sahabatnya itu. Sambil tersenyum, ia berkata: "Baguslah, sekarang kau tahu batas kekuatanmu. Jangan terlalu obsesif dengan kedudukanmu sebagai raja. Tugas kita hanyalah memperbudak penduduk benua ini agar kita memiliki sumber daya yang melimpah."
"Untuk sekarang kita tidak perlu khawatir tentang serangan dari pengkhianat itu. Patriak sudah memerintahkan pasukan khusus untuk memburunya. Dia tidak akan bisa lepas selama masih berada di dunia ini," lanjut Shanruo sebelum berbalik pergi. Meninggalkan Guingming yang masih frustasi karena kekalahannya melawan Zhiyuan.
Langit kelam di atas Ibukota Ling kini tak lebih dari reruntuhan yang penuh dengan keputusasaan. Kota yang dulu megah kini berubah menjadi lautan puing, bangunan-bangunan besar telah runtuh, dan jalanan dipenuhi sisa-sisa pertempuran yang pernah terjadi.
Di sepanjang jalan utama, manusia berjalan dengan rantai yang membebani kaki mereka. Kulit mereka kotor dan tubuh mereka kurus, seolah-olah sisa-sisa kehidupan telah direnggut paksa dari mereka.
Cambuk berayun di udara, mendarat dengan suara keras di punggung mereka yang sudah dipenuhi luka. Jeritan kesakitan terdengar, namun tidak ada yang berani melawan.
Para iblis tingkat rendah dan menengah berdiri di sekitar, tertawa puas sambil terus menyiksa para budak mereka. Beberapa manusia dipaksa bekerja menciptakan senjata dan artefak, tangannya terikat rantai sihir agar mereka tidak bisa menggunakan Qi mereka untuk melawan.
Di sudut jalan, seorang pria tua tersungkur, tubuhnya lemas dan napasnya tersengal. Namun sebelum dia sempat beristirahat, seekor iblis bertanduk menghajarnya dengan kasar.
“Bangun, manusia lemah! Hidupmu bukan milikmu lagi! Hahaha!”
Pria tua itu merintih, namun tangannya tetap berusaha menopang tubuhnya yang sudah tak berdaya.
Seorang anak kecil yang melihat kejadian itu langsung berlari kecil, menundukkan kepala agar tidak menarik perhatian, lalu membantu pria tua itu berdiri.
“Kakek, ayo kita lanjutkan. Jangan menyerah…” bisik anak itu dengan suara kecil.
Pria tua itu tersenyum lemah. Dengan sisa-sisa kekuatannya, dia bangkit kembali dan berjalan pelan bersama anak itu, mengikuti barisan budak yang terus dipaksa bekerja.
Di sisi lain kota, barak-barak besar berdiri di atas reruntuhan kerajaan lama. Para pandai besi manusia bekerja tanpa henti, menempa pedang dan tombak untuk para iblis.
Beberapa ilmuan dan filsuf yang tertangkap dipaksa menciptakan artefak sihir yang akan digunakan untuk memperkuat pasukan iblis.
Di tengah keputusasaan itu, masih ada satu harapan yang tidak mereka ketahui.
Meskipun mereka terjebak dalam belenggu iblis, mereka masih percaya bahwa suatu hari seseorang akan datang untuk membebaskan mereka.