Kepercayaan adalah tonggak dari sebuah hubungan. Mempercayai seseorang bukanlah kesalahan, namun mempercayai seseorang yang baru kita kenal itulah yang bisa menjadi sebuah kesalahan. Dan.. Inilah yang terjadi pada Nadien, hidupnya yang damai seketika berubah menjadi penuh tekanan dan rasa sakit. Jiwa dan raganya disakiti terus menerus oleh pria yang ia cintai, pria yang mulut nya berkata Cinta. Namun, terdapat dendam di balik itu semua.
Akankah Nadien mampu melewati ujian hidupnya dan membuat pria tersebut mencintainya? Ataukah, memilih menyerah dan pergi meninggalkan pria yang selama ini telah menyakitinya?
Penasaran..? Cuss langsung baca ceritanya, di cerita baru Author Dendam Dibalik Cinta Mu by. Miutami Rindu🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miutami Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Dari Penderitaan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, hari ini adalah hari dimana Nadien tunggu-tunggu. Sebuah pernikahan yang beberapa hari lalu mereka siapkan, Nadien tampil cantik dengan gaun putih yang melekat di tubuhnya. Sebuah gaun pernikahan yang di rancang oleh seorang desainer ternama di kota ini. Polesan make-up natural namun mewah menambah kecantikan Nadien di hari yang sangat bersejarah baginya.
Sedang Gavin pria itu sudah nampil menawan dengan tuxedo hitamnya yang begitu pas di tubuhnya yang tegap. Gavin begitu gagah, seperti biasa pria itu bersikap santai dengan pembawaan nya yang tenang. Gavin menunggu Nadien di aula di mana janji suci di ucapkan.
Acara di adakan di sebuah hotel berbintang, tamu undangan sudah memenuhi kursi yang di siapkan di ruangan luas tersebut. Tak lama, pengantin wanita tiba semua pandangan menoleh ke arah nya. Seorang fotografer mengarahkan kamera padanya, gugup. Tentu Nadien sangat gugup, namun Nadien berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
Senyuman lembut menghiasi wajah cantiknya, pandangan Nadien tertuju pada pria yang berdiri tepat di depan nya. Nadien terus melangkah, mengikir jarak yang semakin mendekat ke arah Gavin yang sudah menunggunya. Pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu sangat tampan, membuat detak jantung Nadien semakin berdebar tak karuan.
"Nadien.."
Langkah Nadien seketika terhenti, Nadien menoleh kesamping. Tatapan Nadien jatuh pada gadis yang tengah menatapnya dengan tatapan haru.
"Gea?" Ucap Nadien lirih.
Nadien tersenyum getir, rasanya bagaikan mimpi Nadien bisa bertemu dengan teman nya lagi. Gea adalah teman Nadien saat kuliah, mereka juga bekerja di tempat yang sama. Walau mereka jarang bertemu di kantor karna beda bidang, tapi keduanya sering menghabiskan waktu libur mereka bersama.
Bagaimana Gea bisa ada di sini, sedangkan Nadien tak bisa mengundang nya karna keterbatasan nya. Nadien tak bisa ke luar, Nadien juga tidak memiliki nomor Gea karna ponsel lamanya hilang.
Nadien sangat ingin memeluk teman nya itu, setelah sekian lama akhirnya Nadien bisa bertemu Gea di hari yang spesial ini. Namun, seorang menahan tangan nya. Gavin, orang itu adalah Gavin.
Nadien mengurungkan niatnya, menahan rasa rindu terhadap teman nya. Terlihat gurat kecewa di wajahnya, namun Gea tersenyum mengangguk. Seolah berkata jika ia tidak papa, meminta Nadien melanjutkan langkah nya.
Hingga acara ucap janji pun di mulai, semua hening. Gavin mengucapkan janji sucinya di hadapan semua orang dan Tuhan menjadi saksi. Tak ada keraguan dari mulut Gavin, pria itu mengucapkan nya dengan lantang dan tegas.
Nadien merasa terharu, mata Nadien nampak berkaca-kaca. Tak menyangka hidupnya yang sebatang kara, tanpa memiliki siapapun di hidupnya. Kini Nadien mendapatkan seseorang yang bisa menemani dan menjadi pendamping hidupnya. Laki-laki yang akan selalu mendukung dan menyayangi dirinya.
Nadien menoleh menatap Gavin yang juga menatap padanya, namun tak ada senyuman hanya sebuah tatapan yang tak dapat di artikan.
Sayang, Nadien tidak tau jika pernikahan yang ia pikir awal baru. Awal kehidupan yang setiap harinya akan membawa kebahagian, tidak lain hanyalah awal dari penderitaan nya. Kehancuran yang sedang menantinya.
Beralih di atas pelaminan, sepasang pengantin yang begitu serasi bak raja dan ratu tengah berdiri menerima ucapan selamat dari para tamu undangan yang hadir. Hingga, kini giliran Gea teman Nadien yang naik menghampiri pengantin baru itu.
"Gea.." Lirih Nadien menatap penuh rindu.
"Hy, Nadien.. Apa kabar?" Ucap Gea tersenyum tulus.
Nadien memeluk Gea, keduanya saling berpelukan hangat menumpahkan rasa rindu di antara keduanya.
"Gue kangen banget sama Lo Ge," ucap Nadien bergetar.
"Gue juga.." Balas Gea.
Gea melerai pelukan nya, menangkup pipi Nadien dengan ke dua tangan nya. Sedikit menghapus air mata Nadien yang sempat jatuh.
"Gue gak nyangka, setelah satu bulan Lo ngilang dan bikin gue cemas. Sekarang Lo malah nikah dan ninggalin gue.." Menahan air matanya dengan senyuman.
"Maaf Ge ! "
Gea menggeleng, "Lo gak perlu minta maaf Nad. Gue seneng liat Lo baik-baik aja, gue bahagia liat Lo sekarang udah mendapatkan seseorang yang bisa menjaga Lo. Gue berdoa semoga Lo selalu bahagia dengan kehidupan baru Lo Nad," ucapnya tulus.
Nadien mengangguk, "Thanks Ge. Makasih udah nemenin gue selama ini. Dan, jadi temen yang baik buat gue.."
"Gue seneng bisa kenal sama Lo Nad. Lagian, selama kita temenan Lo selalu bantu gue. Gue juga bahagian punya teman sebaik dan se care Lo, Nad " Gea memeluk Nadien lagi, "Jangan pernah lupain gue ya Nad.." Sambungnya serak memeluk Nadien.
"Gak akan!" Balas Nadien memeluk Gea semakin erat.
Setelah di rasa lebih baik, keduanya melerai pelukan nya. Nadien menatap Gea penuh sayang, "Btw. Kok Lo bisa tau gue nikah hari ini?" Tanya Nadien.
Gea melirik Gavin kemudian tersenyum, "Suami Lo yang ngundang gue " jawab Gea.
Nadien melirik Gavin kemudian beralih pada Gea lagi, "Thanks ya Lo udah dateng. Gue kaget banget banget pas liat Lo, sekaligus bahagia akhirnya gue bisa ketemu Lo lagi."
"Gue juga Nad. Sekali lagi selamat ya buat pernikahan kalian, oya. Ini hadiah kecil dari gue, semoga Lo suka ya."
"Apa ini Ge?" Menerima hadiah yang Gea berikan untuknya.
"Adalah, nanti Lo liat sendiri aja." Timpalnya tersenyum manis.
"Maksud gue, kenapa Lo musti ngasih kado segala. Dengan kedatangan Lo aja itu udah jadi hadiah spesial buat gue," ujar Nadien.
"Gak papa Nad. Itu cuma hadiah kecil, buat kenang-kenangan " Kata Gea menggenggam tangan Nadien, "Kalo gitu gue pamit ya Nad. Semoga Tuhan selalu menjaga kalian, khusus nya rumah tangga kalian. Bahagia terus ya Nad.."
"Thank you buat doanya. Lo hati-hati ya, jaga kesehatan, jangan banyak begadang, kurang-kurangin lembur. Gue gak bisa menemin Lo lagi kalo Lo sakit," air mata Nadien mengalir rasanya Nadien tak bisa menahan sesuatu yang yang membuat sesak di dadanya.
Gea mengangguk tersenyum hangat, "See you Nadien.." Keduanya kembali berpelukan sambil menangis, sebuah pelukan perpisahan. Karna mereka tidak tau apakah mereka bisa bertemu kembali atau tidak.
Setelah melepas rindu dan saling memeluk tanda perpisahan keduanya, Nadien dan Gea mengabadikan momen ini dengan berfoto, lalu Nadien meminta Gavin untuk turut serta. Sebenarnya Gavin enggan, tapi demi terlihat romantis di depan para tamu dan Gea, Gavin pun ikut berfoto bersama.
Gea turun dari pelaminan dengan tersenyum simpul, Nadien menatap Gavin.
"Makasih Gavin. Kamu selalu memberiku kejutan yang begitu berkesan, makasih banyak.. Aku sangat bahagia," Ucap Nadien menatap Gavin lembut.
Gavin tersenyum tipis, "Ini tidak ada apa-apa nya, apapun untuk kamu."
Nadien tersenyum haru, memeluk tangan Gavin menyandarkan kepalanya di dada sang suami dengan bahagia.
Tak terasa hari berlalu, Nadien lalui hari ini dengan berdiri seharian menyalami dan menerima ucapan selamat dari para tamu undangan. Kakinya terasa sangat pegal sekali apalagi ia menggunakan heels yang cukup tinggi, walau ia sangat bahagia hari ini tapi jujur ia tak memungkiri jika ia sangat lelah.
Bahkan Gavin begitu sibuk dengan tamu-tamunya sendiri, tanpa mempedulikan Nadien yang merasa tidak nyaman.
"Non Nadien..?"
"Bibi?"
"Ini Non, bibi bawakan sandal untuk Non Nadien. Di lepas aja heels nya Non," Menyodorkan alas kaki pendek untuk Nadien.
"Ya ampun.. Makasih banyak ya Bi, Bibi kok tau sih kaki aku pegel banget?" Keluh nya melepas heels yang ia kenakan.
"Bibi tau Non, cuma bibi gak berani ke sini saat lagi banyak tamu. Maaf ya Non," merasa bersalah membiarkan Nadien kesakitan.
"Gak papa bi, aku ngerti kok " ucap Nadien halus.
"Gimana kalo Non Nadien istirahat aja, lagian tamunya udah pada pulang " Usul Bi Sari.
Pasalnya di ruangan itu tinggal tersisa beberapa tamu saja, selebihnya sudah pulang semua karna hari sudah sore.
Nadien menoleh ke arah suaminya yang masih sibuk bercengkrama dengan teman-teman nya. Tiba-tiba datang seorang wanita yang Nadien kenali, ialah Jesslyn. Jesslyn menatap Nadien sekilas, namun bukan nya menghampiri Nadien dan mengucapkan selamat padanya. Wanita itu memilih menemui Gavin dan bergabung dengan teman-teman nya Gavin.
"*Kenapa mereka begitu akrab? Apakah selain sekretarisnya di kantor, Jesslyn teman nya Gavin juga?" Pikirnya*.
"Selamat ya Gavin." Ucap Jesslyn datar.
"Jessy?" Menyadari kedatangan Jesslyn, Gavin menoleh ke arah Nadien.
Melihat Gavin menatapnya, Nadien buru-buru menundukan wajahnya. Ada rasa tak suka melihat Gavin cuek, asik sendiri bersama teman-teman nya membiarkan Nadien sendirian.
Gavin menghampiri Nadien, "Kalo kamu capek. Kamu istirahat duluan aja " Gavin menatap bi Sari, "Tolong antar Nadien ke kamar." Ucap Gavin.
Bi Sari mengangguk, "Baik Tuan." Kemudian beralih pada Nadien, "Mari Non kita ke kamar. Non Nadien harus beristirahat," Nadien menganggukan kepalanya.
"Aku tunggu kamu di kamar. Jangan terlalu lelah, kamu juga harus istirahat." Pesan Nadien menatap Gavin teduh walaupun nampak jelas gurat kelelahan di wajah cantiknya.
Gavin tak menjawab pria itu hanya diam dengan senyum tipis. Menatap kepergian Nadien yang semakin menjauh.