Apa yang kamu lakukan jika kamu tahu bahwa kau sebenarnya hanya seonggok pena yang ditulis oleh seorang creator, apa yang kau lakukan jika duniamu hanya sebuah kertas dan pena.
inilah kisah Lu San seorang makhluk tertinggi yang menyadari bahwa dia hanyalah sebuah pena yang dikendalikan oleh sang creator.
Dari perjalananya yang awalnya karena bosan karena sendirian hingga dia bisa menembus domain reality bahkan true reality.
seseorang yang mendambakan kebebasan dan kekuatan, tapi apakah Lu San bisa mendapatkan kebebasan dan mencapai true reality yang bahkan sang creator sendiri tidak dapat menyentuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Pertemuan yang tidak seharusnya ada
Langkah Lu San pelan, namun tiap injakan kakinya seakan menorehkan hukum baru di tanah. Kota yang ia masuki tampak sederhana, namun ada sesuatu yang membuatnya mengerutkan kening.
"Seharusnya... tempat ini tidak pernah ada dalam narasi manapun," gumamnya. Matanya menyapu tiap sudut jalanan, menyadari bahwa kota ini adalah sesuatu yang anomali.
Bangunan-bangunan di kota itu terbuat dari material yang tidak dikenalnya—bukan kayu, batu, atau logam, tapi... semacam konsep. Ia bisa merasakan bangunan itu terbuat dari keberadaan yang seharusnya tidak ada.
Lu San menyipitkan mata. “Sang Creator tidak pernah menciptakan ini…”
Tiba-tiba, suara berat menyela pikirannya.
“Kau akhirnya datang.”
Lu San menoleh. Di depan gerbang kota berdiri seorang lelaki berpakaian hitam kusam, dengan mata berwarna kelabu yang dalam. Dia tampak biasa saja, namun seluruh ruang waktu di sekelilingnya stagnan. Burung-burung berhenti mengepak, angin membeku di udara.
Lu San mengenal perasaan ini.
“Seorang Narasi Bebas?” tanyanya tenang.
Orang itu tersenyum tipis. “Tidak sepenuhnya. Aku adalah bagian yang dihapus… fragmen narasi yang pernah ditulis, lalu disesali.”
Lu San mengangguk paham. "Sisa-sisa narasi yang gagal. Lantas, siapa namamu?"
“Namaku adalah Su Ren. Aku... yang tersisa dari kisah yang tidak pernah selesai.”
Su Ren melangkah mendekat, tanpa suara, tanpa getaran. Bahkan hukum ruang tak merespon pergerakannya. Lu San menyadari, pria ini ada, namun tidak diakui oleh semesta.
"Apa maumu?" tanya Lu San.
"Aku ingin menawarkan sesuatu yang bahkan kau cari, Lu San. Jalan menuju Domain Realitas."
Lu San menatap Su Ren dengan ketajaman seorang entitas yang telah melampaui waktu. "Kau tahu bahwa aku menginginkan itu," jawabnya, "tapi tawaran semudah itu mencurigakan."
Su Ren terkekeh lirih. “Tentu saja. Tidak ada yang mudah di sini. Bahkan untukmu yang disebut Penguasa Ruang dan Waktu. Tapi aku tahu... kau lelah.”
Seketika, tatapan Lu San berubah sedikit. "Lelah?"
"Ya... lelah berada dalam siklus tak berujung sebagai karakter dengan kekuatan yang tidak punya arti. Apa gunanya kekuatan yang bisa menghancurkan multiverse, bila semua itu hanya karena ada yang menuliskannya untukmu?"
Diam.
Angin kembali berhembus perlahan.
Lu San menarik napas panjang. "Katakan jalanmu."
Su Ren mengangkat tangannya. Sebuah fragmen cahaya hitam melayang dari telapak tangannya. Cahaya itu tampak rapuh, namun di dalamnya Lu San bisa melihat... sebuah huruf.
Simbol kuno.
Huruf pertama dari sebuah narasi.
Asal mula dari segala penciptaan.
“Ini... adalah sisa Tinta Pencipta,” ucap Su Ren, suaranya hampir berbisik. “Dengan ini, kau bisa menulis ulang takdirmu. Tapi ada harga yang harus dibayar.”
Lu San tidak langsung menjawab. Ia tahu benda itu bisa menjadi kunci untuk keluar dari belenggu Creator, atau malah jebakan yang membuatnya semakin terikat.
"Apa harganya?" tanyanya datar.
Su Ren menatap langsung ke matanya. “Kau harus menghapus keberadaanmu dari semua narasi yang ada.”
Diam kembali mengisi ruang itu.
Maksud Su Ren jelas—kalau Lu San mengambil Tinta Pencipta, ia harus menghapus dirinya sendiri dari kisah apapun. Ia tidak akan dikenang, tidak akan diingat. Bahkan keberadaannya di dalam ruang dan waktu akan hilang.
"Aku akan menjadi... kekosongan," bisik Lu San.
Su Ren mengangguk. “Tapi dari kekosongan itulah kau bisa menjadi sesuatu yang benar-benar nyata.”
Lu San menutup matanya. Ia berpikir. Triliunan tahun kesendirian, kekuasaan tanpa arti, dan kini ada kesempatan...
Sebuah kemungkinan untuk melangkah ke sesuatu yang belum pernah dicapai siapapun di bawah Domain Realitas.
"Baiklah," ucapnya perlahan. “Tapi tidak sekarang.”
Su Ren mengangkat alis. “Kenapa?”
"Aku masih punya... satu hal yang harus kulihat sendiri."
Lu San memandang langit yang perlahan berubah kelam.
"Aku ingin melihat... apakah dunia yang kau sebut narasi ini punya sesuatu yang layak diselamatkan."
Tanpa menunggu jawaban, Lu San melangkah masuk ke dalam kota. Di sana, ia menemukan dunia yang hidup, bukan sekadar produk tulisan. Anak-anak bermain tanpa takut, orang-orang tersenyum tanpa tahu bahwa mereka hanyalah bagian dari cerita yang lebih besar.
Namun, di antara kerumunan itu, Lu San merasakan... sesuatu yang asing.
Ada yang menatapnya dari tempat yang tidak bisa ia jelaskan.
Seperti... seseorang di luar halaman buku sedang membaca dirinya.
“Sudah dimulai,” gumam Lu San.
Su Ren yang masih berdiri di belakangnya, mendengar itu dan tersenyum samar.
“Selamat datang di kisah yang kau pilih sendiri.”
Lu San mengepalkan tangannya.
Jika ini adalah narasi, maka ia akan memutuskan akhirnya sendiri.
Jika ini adalah dunia nyata, maka ia akan menjadi bagian darinya.
Dan dengan langkah pasti, Lu San mulai berjalan menuju bagian terdalam dari dunia yang aneh ini...
Tanpa sadar, ia baru saja melewati seseorang yang kelak akan mengubah segalanya.