Pernikahan Arya dan Ranti adalah sebuah ikatan yang dingin tanpa cinta. Sejak awal, Arya terpaksa menikahi Ranti karena keadaan, tetapi hatinya tak pernah bisa mencintai Ranti yang keras kepala dan arogan. Dia selalu ingin mengendalikan Arya, menuntut perhatian, dan tak segan-segan bersikap kasar jika keinginannya tak dipenuhi.
Segalanya berubah ketika Arya bertemu Alice, Gadis belasan tahun yang polos penuh kelembutan. Alice membawa kehangatan yang selama ini tidak pernah Arya rasakan dalam pernikahannya dengan Ranti. Tanpa ragu, Arya menikahi Alice sebagai istri kedua.
Ranti marah besar. Harga dirinya hancur karena Arya lebih memilih gadis muda daripada dirinya. Dengan segala cara, Ranti berusaha menghancurkan hubungan Arya dan Alice. Dia terus menebar fitnah, mempermalukan Alice di depan banyak orang, bahkan berusaha membuat Arya membenci Alice. Akankah Arya dan Alice bisa hidup bahagia? Atau justru Ranti berhasil menghancurkan hubungan Arya dan Alice?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna BM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Namun wanita seperti Alice lah Arya merasa tenang di sampingnya.
Arya menundukkan kepalanya. Hatinya perih bila ia harus meninggalkan Alice, wanita yang ia cintai sepenuhnya. Namun di lain hal, hidupnya akan terpuruk selamanya apa bila Mike tidak mau memberikan bantuan dana padanya.
"Tidak mungkin, Mike. Aku mencintai Alice," kata Arya akhirnya, dengan nada gemetar namun tegas.
"Cinta?" Mike mendengus. "Cinta tidak akan menyelamatkan perusahaanmu. Kamu harus realistis, Arya. Kalau kamu tetap bersamanya, kamu akan kehilangan segalanya."
Arya mengepalkan tangan, menahan emosi. Ia tahu Mike berbicara dari sudut pandang logis, tapi Alice adalah bagian dari hidupnya yang tidak tergantikan. Alice bukan hanya istri, ia adalah sosok yang menghidupkan kembali hati Arya yang dulu kosong.
"Kalau kamu nggak bisa meninggalkan Alice, jangan harap aku mau bantu," kata Mike dengan nada dingin, seakan memberi ultimatum terakhir.
Arya berdiri dari kursinya, menatap kakaknya dengan penuh kekecewaan. "Kalau begitu, aku akan cari jalan lain. Aku tidak akan mengorbankan orang yang aku cintai demi menyelamatkan perusahaan. Terima kasih atas waktumu, Mike."
Mike menggeleng, merasa keputusan Arya adalah sebuah kebodohan. "Kamu akan menyesal, Arya. Dalam dunia ini, cinta tidak lebih penting dari uang."
Arya tidak menjawab. Ia berjalan keluar dari rumah Mike dengan langkah berat namun penuh keyakinan. Dalam hati, ia sadar betapa sulit jalan yang akan ia tempuh tanpa bantuan kakaknya. Tapi ia juga tahu bahwa cinta sejati adalah sesuatu yang tidak bisa ditukar dengan apa pun, bahkan uang atau kekuasaan.
Di luar Arya meraih ponselnya. Ia menghubungi Alice, suaranya bergetar namun penuh keteguhan. "Alice, aku tidak akan meninggalkanmu. Apa pun yang terjadi, kita akan hadapi ini bersama."
Dari seberang telepon, Alice menjawab dengan suara lembut, "Aku percaya padamu Mas Arya."
Malam itu, Arya tahu bahwa ia telah kehilangan dukungan kakaknya, tapi ia juga tahu bahwa ia telah mempertahankan hal yang paling berharga dalam hidupnya. Cinta sejatinya kepada Alice. Dengan begitu, berarti ia harus bekerja keras sebagai pekerja yang rendah. Arya pun tahu, kalau penolakan Mike bersangkutan dengan adanya hasutan dari Istrinya, Helena. Untuk malam ini ia menahan emosinya.
Esok harinya Arya mulai mencari-cari lowongan. Mencari pekerjaan memang sulit. Sudah belasan, bahkan puluhan Arya melamar kerjaan dimana saja. Namun sulit baginya untuk mendapatkannya.
Namun pada salah satu perusahaan material, ia di terima menjadi supir antar barang. Hatinya mulai terobat dari keterputus asaan. Ia mulai ada secercah harapan.
Arya menghembuskan napas panjang saat melangkah keluar dari kantor toko material. Matanya berbinar, bibirnya sedikit melengkung ke atas. Tangan kanannya menggenggam erat sebuah amplop cokelat berisi surat kontrak kerja. Hatinya dipenuhi rasa syukur. Setelah sekian lama jatuh bangun mencari pekerjaan, akhirnya ia diterima sebagai sopir antar barang di toko material "Sumber Bangun."
Toko itu bukan toko besar, tapi cukup ramai. Barang-barangnya lengkap—dari semen, pasir, batu bata, hingga baja ringan dan cat tembok. Tugasnya adalah mengantarkan pesanan ke pelanggan, yang bisa saja berada di dalam kota atau bahkan ke daerah yang lebih jauh.
Ia sadar pekerjaan ini berat. Harus bangun pagi, berkeringat di bawah terik matahari, dan memikul beban yang tak ringan. Tapi ia tidak keberatan. Justru ia bersyukur karena akhirnya bisa berdiri di atas kakinya sendiri.
Selama beberapa bulan terakhir, hidup Arya memang tidak mudah. Usaha yang selama ini dirintis dari nol, dan semakin lama usaha semakin maju. Namun karena kepercayaan yang ia tanam pada orang yang salah, terpaksa Arya gulung tikar karena terjerat utang. Ia berharap kakaknya, Mike, mau membantunya dengan suntikan dana, tapi harapan itu pupus. Mike menolak mentah-mentah.
"Aku nggak mau buang-buang uang untuk bisnis yang sudah jelas bangkrut, Dengan kau menikah 2 kali,berarti sudah membawa masalah besar. Makanya kau bangkrut." kata Mike waktu itu dengan nada dingin.
Arya kecewa. Bukan hanya karena Mike tidak mau membantu, tapi juga karena sikapnya yang seolah meremehkan usaha dan kerja keras Arya dan menuduh sering main perempuan.
Namun, Arya memilih untuk tidak larut dalam kekecewaan. Ia mencari pekerjaan ke sana kemari, melewati penolakan demi penolakan, sampai akhirnya hari ini ia mendapatkan kesempatan baru.
Arya melangkah naik angkot untuk pulang kerumah. Hatinya berbunga-bunga tak sabar untuk memberitahukan ini pada Alice.
Sesampai di rumah, Arya di sambut kedua anak-anaknya, Shela dan Dela. Tangan Arya langsung mengangkat kedua gadis kecil itu. Arya melihat Ranti dan Alice seolah sudah membaik. Mereka biasa-biasa saja. Tidak ada pertengkaran. batin Arya menatap kedua istrinya. "Kalian baik-baik saja kan?"
"Yah pastinya begitu Ar... " jawab Ranti tertawa.
"Hari ini aku di terima kerja menjadi supir toko bangunan" gumamnya.
"Kamu? Apa kamu tidak merasa berat kerja di tempat itu?" tanya Ranti.
"Yah tentu saja tidak. Demi untuk menghidupi keluargaku. Yah sudah, sekarang aku mau istirahat dulu"
Arya mau ke kamar Alice. Menjadikan mata Ranti sangat sakit. Begitu pun hatinya yang bergolak. Namun ia harus menahannya.
Hari pertama kerja, Arya datang lebih awal. Matahari baru naik, saat ia memasuki area gudang toko material. Beberapa karyawan lain sudah sibuk memindahkan tumpukan semen dan pasir ke atas truk. Arya segera memperkenalkan diri dan bergabung dengan mereka.
"Namaku Arya. Mulai hari ini aku sopir antar barang di sini," katanya sambil tersenyum.
Seorang pria bertubuh kekar dengan lengan penuh otot mengulurkan tangan. "Gua Rudi. Gua biasa bantu bongkar muatan."
Arya menjabat tangan itu erat. Ia bisa merasakan kehangatan di lingkungan kerja barunya.
Tak lama, seorang pria paruh baya berperut buncit keluar dari kantor dan menghampiri mereka.
"Arya, ini ada pesanan yang harus diantar ke proyek perumahan di daerah Cikupa. Bawa truk yang itu," kata pria itu, yang kemudian Arya ketahui sebagai Pak Sarman, kepala gudang.
Arya mengangguk dan segera naik ke truk. Ia merasakan semangat membuncah dalam dadanya. Dengan cekatan, ia menyalakan mesin dan mulai mengemudikan truk bermuatan semen dan bata ringan ke lokasi tujuan.
Saat tiba di proyek, beberapa pekerja bangunan sudah menunggu. Mereka langsung membantu menurunkan barang.
"Masih baru ya, Mas?" tanya salah seorang pekerja.
"Iya, baru mulai kerja hari ini," jawab Arya sambil membantu menurunkan tumpukan semen.
"Gak banyak yang betah kerja di toko material Bang... Berat, panas, debu di mana-mana," kata pekerja itu.
Arya hanya tersenyum. Ia memang tidak mencari pekerjaan yang nyaman, melainkan pekerjaan yang bisa membuatnya tetap bertahan hidup dengan usaha sendiri. Demi untuk mencukupi Alice dan anak-anaknya.
"Yang terpenting keluarga tercukupi saja Bang... Itu sudah cukup. Tidak mengapa seorang suami bekerja berat untuk keluarganya"