Aray pemuda 18 tahun yang hanya tinggal dengan nenek nya sejak kecil selalu hidup dalam kemiskinan.
Setelah sang kake meninggal.Dan hanya meninggalkan sebuah kitab yang ber sampul warna emas sehari sebelum meninggal sang kake menitipkan ke sang nenek agar kelak setelah dia meninggal dunia buku tersebut di berikan ke arya.
Simak kelanjutan nya.dan mohon maaf apa bila dalam kata kata masih banyak kekurangan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijo.lumut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba di Ruah sakit kota bandung
Mmmmh begitu indah nya alam di kota bandung ini udara nya masih asri dan segar." Monolog Arya saat kedua mobil mulai memasuki kota bandung, Kota yang di sebut kota kembang kedua mobil itu terus melaju menuju RS kota bandung, Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam akhirnya kedua mobil itu memasuki halaman RS kota bandung,
"Halo." Mah papah di rawat di sebelah mana mah.?" baik mah Dewi langsung ke sana mah, iyah mah Dewi baru sampai di RS mah sama temen temen Dewi mah." Dewi langsung menghubungi ibunda nya menanyakan posisi kamar tempat ayah nya yang sedang menjalani perawatan intensif." Anita tak jauh berbeda ia pun langsung menghubungi adik nya, menanyakan posisi ayah nya ada di lantai berapa dan di kamar nomor berapa.
Ayah kamu di rawat di lantai berapa wi.?" Tanya Nenden setelah Dewi memutuskan panggilan pada ibu nya." Ayah gw ada di lantai dua nen.!" Balas Dewi singkat dan langsung berjalan ke arah lift melewati petugas resepsionis yang berjaga." Wi memangnya ayah kamu di rawat di ruangan nomor berapa di lantai dua nya wi.?" Tanya Anita setelah mereka berlima berada di dalam lift.
"Ayah gw ada di kamar nomer 22 Nita." Balas Dewi pada anita. "Loh ko sama ya wi ayah ku juga ada di ruangan nomor 22 juga loh wi.!" Anita terkejut saat Dewi mengatakan kalau ruangan yang di tempati ayah nya sama dengan ayah Anita juga.
Tak lama suara bel dari lift pun terdengar menandakan kalau mereka telah sampai di lantai dua," Dewi dengan langkah tergesa gesa, tergambar jelas ke khawatiran dari raut wajahnya saat keluar dari lift.
Derap langkah Arya dan ke empat wanita cantik berjalan menelusuri lorong koridor rumah sakit mencari nomor kamar ayah nya Dewi maupun Anita." Wajah kedua nya tampak tegang, banyak pertanyaan dalam benak keduanya,
"Dewi,Anita itu kamar nya.!" Suara Dian memecah keheningan di antara mereka berlima." tanpa berkata apa-apa lagi, Dewi dan Anita pun berlari kecil ke arah pintu kamar rawat sang ayah dengan tangan gemetar Dewi perlahan mendorong daun pintu saat Dewi lebih dulu sampai di depan pintu," Langkah kakinya terasa berat saat berada di ambang pintu yang terbuka.
"Ma mamah." Dengan suara terbata Dewi menghampiri ibunda nya yang sedang duduk bersama dengan kedua lelaki di samping ranjang tempat ayah nya terbaring lemah, Terlihat jelas alat alat yang menempel di tubuh ayahnya dari hiding terdapat selang oksigen dan ada juga kabel monitor jantung dan lain nya, "Nak." ucap sang ibu singkat langsung berdiri memeluk anak perempuan nya itu.
"Papah, Riko." Ucap Anita dari belakang Dewi kedua mata nya melihat ayah serta adik nya sedang duduk berbicara dengan ibunya Dewi di ruangan itu, Anita langsung menghampiri ayahnya." Jadi ayah tidak apa-apa.?" Dengan wajah bingung dan terkejut nya Anita langsung bertanya pada ayah nya.
"Ayah nggak apa-apa Anita," Pak Iwan ini teman papah Anita," Kebetulan saat terjadinya kecelakaan itu papah sedang membeli buah buahan yang berada di seberang jalan tidak jauh dari tempat kejadian." Ayah Anita menceritakan kejadian yang di alami oleh teman nya itu secara mendetail pada Anita.
Jadi ini pak Anwar anak perempuan bapak.? Tanya ibunya Dewi, Pada pak Anwar sahabat suami nya itu, Anita pun langsung mendekati ibu nya Dewi dan menjulurkan tangannya menyalami wanita setengah baya itu, "Saya Anita tante." Tante yang sabar ya semoga om cepat sembuh ya tante.!"
"Eh mas, mba Dian ,mba Nenden." Ucap ayah nya Anita yang baru menyadari kehadiran Arya, Dian dan juga Nenden yang hanya diam tanpa bersuara menyaksikan interaksi, Dewi dan Anita pada orang tua mereka." Iya pak sengaja kita ikut karena khawatir pada mereka berdua pak.!" Ucap Arya pada ayah nya Anita.
"Nah ini lah bu orang yang saya ceritakan itu bu.!" Mas Arya ini lah yang telah menyembuhkan saya dari kelumpuhan yang saya derita bu.!" Ayah Anita pun mengenalkan Arya pada ibunya Dewi." Betul apa yang ayah ucapkan tante, Tante pasti tahu kan bagai mana kondisi ayah saya satu bulan yang lalu masih duduk di kursi roda.!" Anita menambahkan ucapan ayah nya dan menceritakan kondisi yang di alami ayah nya itu.
Aaaah mba Anita, pak Anwar terlalu berlebihan, saya hanya manusia biasa pak saya hanya perantara, yang bisa menyembuhkan itu hanya tuhan yang mahakuasa pak." Arya menepis segala pujian dari pak Anwar dan juga Anita pada nya."
Dari kata kata Arya yang selalu rendah hati membuat hati Anita semakin mengagumi Arya." Mmmmmh pantas saja Dian maupun Nenden begitu mencintai dirinya, jarang sekali di jaman sekarang menemukan pemuda yang memiliki kemampuan tapi selalu rendah hati nya." Gumam Anita mata nya tak berkedip memandang Arya, Tanpa Anita sadari perasaan nya pada arya yang semula hanya rasa kagum semata, perlahan tumbuh menjadi rasa suka."
"Tolong mas Arya bantu obati sahabat ku ini mas.?" Dengan wajah yang penuh harap pak Anwar meminta tolong pada Arya untuk coba mengobati sahabat nya yang saat ini terbaring lemah