windu pamungkas adalah seorang pria yang menanggung kutukan akibat kesalahan leluhur nya.
dalam perjalan nya, dia akan menghadapi beberapa tokoh hebat di dunia persilatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopugho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Aliran putih 1
“Terima kasih, pendekar dan nini pendekar, atas bantuan nya kami bisa selamat “ ujar sang saudagar.
“sama – sama paman, sudah sewajar nya kami lakukan ini paman” jawab dewi es.
“ha ha ha, nini pendekar dan tuan pendekar hendak kemana. Oh iya nama saya kundana” tanya sang saudagar yang bernama kundana tersebut.
“saya akan ke selatan” jawab windu dan dewi es serentak.
Lantas mereka berdua pun terdiam dan saling pandang, tak lama kemudian terdengar tawa geli dari sang saudagar.
“he he he, maaf saya pikir tuan dan nini pendekar tadi adalah teman satu perjalanan”
“ah, tidak paman” jawab windu.
“Baiklah, kalau begitu saya minta izin untuk melanjutkan perjalanan” ujar sang saudagar.
“silahkan paman” jawab dewi es.
Tak lama kemudian sang saudagar dan sisa pengawal yang ada melanjutkan perjalanan, sedangkan para pengawal yang tewas sudak di kubur di lokasi tersebut. Selepas para pengawal pergi, tiba – tiba dewi es menyerang windu.
Serangan hebat yang di keluarkan dewi es membuat windu kelabakan, sebisa mungkin dia menghindar dan berkelit dari serangan itu.
“tahan nona,” ujar windu sambil menghindar sabetan pedang dari dewi es.
Dewi es segera menghentikan serangan nya dengan nafas sedikit terbur dan mata melotot membesar memandang windu.
“apa maksudmu menyerangku secara ganas seperti itu” ujar windu sedikit kesal.
“kau dari tadi mengikuti ku, dari warung makan sampai di sini, apa tujuan mu. Hmmm, ku yakin kau sama saja dengan lelaki hidung belang lain nya.” Dengus dewi es
“maaf nona, aku memang baru turun gung dan tujuan ku hanya ke arah selatan, kebetulan arah ku sama dengan mu, tidak ada maksud untuk mengikuti mu” jawab windu.
“alasan mu, apa yang kau tuju di selatan” tanya dewi es.
“aku akan ke perguruan camar es, disana ada bibi ku” jawab windu.
“huh kau pikir aku percaya, sudah banyak orang yang mengaku sebagai kerabat dari perguruan camar es, karena pada saat ini perguruan itu adalah perguruan terkuat golongan putih saat ini” bantah dewi es.
“ku harap kau tidak macam –macam dengan ku, atau aku tidak segan untuk menghabisi mu” tandas dewi es.
Setelah itu, tanpa pamit dewi es langsung melompat kuda nya, dan menggebah kuda nya ke arah selatan. Windu yang melihat itu hanya menggeleng kepala. Dan hembuskan nafas kasar. Setelah itu windu langsung menggebah kuda nya ke arah yang sama sambil menggerutu.
“gadis aneh, arah sudah jelas sama, bagaimana cara nya aku tidak mengikuti, hufft” gerutu windu.
Setelah beberapa hari perjalanan, windudari jauh melihat garis pantai dan perkampungan nelayan. Windu juga melihat beberapa pendekar kelihatan sedang menuju ke arah pantai.
Setelah mencari warung makan dan duduk sambil menunggu peasanan. Windu mendengar kasak – kusuk nelayan yang makan di dekat nya.
“kang, ada apa ya kok banyak pendekar yang datang ke kampung kita ini” tanya nelayan yang sedikit lebih muda.
“dengar – dengar, di peeruruan camar es akan diadakan pertemuan antara golongan putih, untuk menentukan ketua aliran putih, Cuma itu yang ku tahu karyo” jawab nelayan yang lebih tua.
“ooo.. begitu.. “jawab karyo sambil manggut – manggut.
Windu yang mendengar kabar itu menjadi antusias untuk melihat langsung pertemuan itu, dia menggenggam erat sebuah lencana perak berbentuk burung camar pemberian ibu nya sebagai akses untuk masuk perguruan camar laut.
Untuk mencapai perguruan camar laut, para pendekar harus menyewa perahu, memang pulau tempat perguruan camar laut berada tidak terlalu jauh dari daratan pulau jawa dwipa. Lamunan windu terusik dengan keributan antara seorang pendekar dengan seorang perwira kerajaan jayang kara pimpinan songgo geni.
“kalian jangan membuat keributan ditempat ini, atas perintah yang mulia raja, kami harus mengawasi pertemuan yang diadakan oleh aliran putih. Agar tidak ada hal – hal yang tidak kami inginkan di wilayah kerajaan ini” ujar sang pria ketika pertama kali didengar oleh windu.
“tuan perwira, kami golongan putih tidak pernah melakukan hal – hal yang merugikan kerajaan, selama ini kami selalu patuh pada kerajaan, kenapa kalian tidak memberi kami muka sedikitpun” jawab orang tua berbaju kuning dan bertongkat kayu.
“Pendekar tongkat kayu, saya sebagai abdi kerajaan memang harus melakukan pengawasan kepada setiap orang yang melakukan pertemuan, agar tidak ada yang berniat memberontak” ujar sang panglima.
“jangan asal menuduh tanpa bukti perwira, kami tidak memberontak, kalau pihak kerajaan ingin mengikuti pertemuan tersebut, juga harus seizin pimpinan acara yaitu ketua perguruan camar sakti” bantah laki – laki tua tersebut.
“hmmmm, jikalau di pertemuan nanti ada gelagat tidak baik, saya pastikan kalian semua di sana saya habisi tanpa ampun” jawab perwira tersebut pongah.
Tak lama kemudian, sang perwira berlalu dengan anggota nya berjumlah lima puluh orang. Dan dia langsung menyewa penginapan yang ada di dekat pantai.
---
Sementara itu di pulau camar, kesibukan luar biasa terjadi di sana, persiapan pertemuan antara tokoh golongan putih memang mebuat anggota perguruan camar es sibuk luar biasa. Di sana terlihat wanita paruh baya yang dari wajah nya kelihatan guratan kecantikan di masa muda nya, berdiri sambil melihat persiapan pertemuan.
Di kening nya kelihatan sedikit kerutan, memang dua hari sebelum nya, dia mendapat pesan rahasia bahwa pertemuan kali ini akan di susupi oleh golongan hitam, dan ketua perguruan camar es diminta untuk waspada. Dan dia juga mendapatkan pesan bahwa keponakan nya putri dari adik seperguruan nya ayu galuh akan juga suwon keperguruan ini. Dia jadi tak sabar ingin melihat keponakan nya itu, yang dikatakan oleh orang yang menyampaikan pesan tersebut dia di didik langsung oleh pedang malaikat.
Setelah lama termenung, dia mendengar suara seorang wanita muda anggota perguruan nya datang melapor.
“permisi ketua, dinda ayu kinasih sudah kembali, dia ada di ruangan pribadi ketua.” Sampai sang murid.
“hmm”
Ketua perguruan camar es hanya menggumam dan mengangguk. Dia langsung berjalan kearah samping kanan, kearah ruangan pribadi nya. Sesampai nya di ruangan pribadi nya, dia terkejut karena yang hadir di situ tak Cuma murid nya ayu kinasih tapi juga orang tua berpakaian serba putih.
“hormat hamba pendekar malaikat, maaf saya tidak mengetahui kedatangan anda, tunggu sebentar tetua, biarkan saya meminta anggota saya melayani anda dulu, kinasih.. tolong minta sukowati untuk menyediakan mkanan dan minuman untuk tetua pedang malaikat”.. ujar ketua perguruan camar es.
“he he he, jangan sungkan purwati,” sanggah pedang malaikat.
“tetua, ada angin apa sampai – sampai tetua repot mengunjungi perguruan kecil saya ini?” tanya ketua perguruan camar es yang bernama asli purwati itu.
“ he he he, saat ini saya memang menugaskan diri sendiri untuk mencari orang – orang yang akan menjadi benteng bagi nusantara ini” jawab ki gundala.