Kasih, perempuan muda berusia dua puluh tahun terpaksa menggantikan Mia anak sang kepala desa lebih tepatnya tetangga Kasih sendiri untuk menikah dengan Rangga. Karena pada saat hari H, Mia kabur untuk menghindari pernikahannya.
Mia menolak menikah dengan Rangga meskipun Rangga kaya raya bahkan satu-satunya pewaris dari semua kekayaan keluarganya. Penolakan Mia di karenakan ia tidak suka melihat penampilan Rangga yang cupu dan terlihat seperti orang dungu.
Kasih yang di ancam oleh kepala desanya mau tak mau harus menggantikan Mia. Semua Kasih lakukan demi ketentraman hidup ia dan ibunya yang sudah sepuluh tahun menjanda. Lalu, apakah Kasih dan Rangga akan jatuh cinta? Apakah pernikahan Kasih dan Rangga akan bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
"Masih ngambek?" Tanya Rangga.
"Udah enggak," jawab Kasih singkat.
"Mandi gih, mas mau ngajak kamu ke suatu tempat." Titah Rangga.
"Kemana?" Tanya Kasih penasaran.
"Kalau di kasih tahu, gak seru namanya!"
"Gitu aja main rahasia segala." Kasih menggerutu.
Rangga mengelus rambut istrinya, "cepatlah sayang!"
"Iya, ini juga mau mandi."
Kasih bergegas pergi ke kamar mandi. Rangga hanya bisa memandang punggung istrinya yang telah hilang di telan pintu kamar mandi.
"Bentuk tubuhnya itu loh. Eeeh,....bikin gemes. Malam ini aaaah.....!!" Rangga tersenyum licik. "Meskipun malam pertama kita begitu kaku, akan ku buat malam kedua kita panas!" Rangga senyum-senyum sendiri membayang sesuatu.
Sore telah berganti malam, Kasih yang baru saja selesai merias diri langsung menghampiri suaminya yang menunggu di sofa dekat pintu.
Rangga terpesona saat melihat istri yang begitu cantik.
"Aduh mas, gaun yang kamu kasih ke aku membuat ku risih. Mana pernah aku mengenakan gaun seperti ini."
"Kamu cantik loh sayang," puji Rangga membuat Kasih malu-malu.
"Mas juga genteng!" balas Kasih.
"Kok genteng?" Protes Rangga dengan memuncungkan bibirnya.
"Maksudnya ganteng. Gitu aja gak paham."
"Ya udah, ayo berangkat. Nanti kemaleman!"
Entahlah, Kasih tidak tahu kemana Rangga akan mengajaknya.
"Mas, kita mau kemana sih?" Tanya Kasih penasaran.
"Makan malam," jawab Rangga.
"Makan malam kok heboh gini, pakai jas dan gaun segala."
"Biar romantis. Kamu bisa foto-foto terus pamerin tuh ke orang kampung. Tapi jangan foto sama mas dulu ya...!!"
"Kenapa?"
"Udah, nurut aja!"
Kasih mengiyakan, mereka tak saling bicara karena mobil sudah berhenti. Rangga dan Kasih turun, mereka masuk ke dalam restoran mewah yang hanya ada beberapa orang saja di dalam sana.
"Orang kaya emang beda ya tempat mainnya. Kalau aku mah biasa main di pinggir sawah!"
Rangga tertawa mendengar ucapan istrinya.
"Dari kecil sampai sekarang kamu tidak pernah berubah. Masih suka ceplas ceplos," ujar Rangga.
"Maunya mas aku berubah jadi ultrawati gitu?"
"Jangan dong.....!!"
Rangga mempersilakan istrinya duduk, Kasih yang sebenarnya masih merasa kurang pantas untuk Rangga sebisa mungkin bersikap biasa saja.
Mereka makan malam romantis, suasana hening hanya ada alunan melodi sebagai pengisi.
"Mas punya sesuatu buat kamu," ujar Rangga yang menyembunyikan tangannya di belakang.
"Apa?" Tanya Kasih singkat. "Bukan kecoa kan?"
"Hidiiih,...kamu ini. Masa mas memberi istri tercinta kecoa sih?"
"Lah, nyatanya kemarin mas kasih aku ikan lele dan kebun cabe." Ujar Kasih mengingatkan.
"Itu kemarin gak sengaja loh. Biar kamu gak curiga!"
"Menyebalkan!"
"Tutup mata dulu saya...!" Titah Rangga.
Kasih yang menurut langsung menutup matanya. Rangga tersenyum lalu beranjak dari duduknya kemudian berpindah ke belakang istrinya.
Rangga mengalungkan sebuah kalung berlian dengan liontin bentuk bulan. Kasih membuka matanya, ia melihat kalung pemberian suaminya.
"Mas, kalungnya bagus banget." Ucap Kasih yang bahagia.
"Sebenarnya kalung ini udah lama mas persiapan untuk calon istri mas. Mas beli ini di luar negeri."
"Duh, pasti mahal. Aku jadi merasa kurang pantas."
"Jangan bicara seperti itu sayang. Mas gak suka, kamu mau apa aja ngomong sama mas. Selagi mas mampu, akan mas kabulin semua."
"Oh, masa sih?" Goda Kasih.
"Iya, mas serius!"
"Serius cinta sama istri kampungan seperti aku?"
"Jangan ngomong gitu ah. Mas cinta banget sama kamu. Kamu tuh baik, segalanya deh!"
"Kalau cinta boleh gak aku minta sesuatu," ujar Kasih yang mencoba mengetes suaminya.
"Minta apa sayang?" Tanya Rangga.
"Impian beban keluarga ini hanya satu, punya toko kue."
"Cuma itu....?"
"Udah ah, jangan di bahas. Itu hanya impian si beban keluarga ini." Ujar Kasih.
"Kami ini ada-ada aja. Cium mas dulu dong." Pinta Rangga.
Kasih menatap kesekelilingnya,meskipun sepi tapi masih ada beberapa orang di dalam restoran.
"Aku malu mas. Mana pernah aku ciuman, apa lagi di tempat umum seperti ini." Tolak Kasih yang benar-benar malu.
"Seriusan kamu gak pernah ciuman?" Tanya Rangga penasaran.
"Iya. Pacaran sama Dito aja selalu di awasi sama ibu dan Nada. Aku belum pernah ciuman apa lagi pelukan."
"Mertua ku itu memang pengertian!"
"Ngomong-ngomong, mas pasti tahu jika aku sudah memiliki pacar ya?" Tanya Kasih penasaran karena Rangga bilang ia suka memperhatikan Kasih sejak kecil.
"Tahu kok!" Jawab Rangga membuat Kasih kesal. "Kamu cinta sama dia?"
"Sebenarnya gak terlalu cinta juga. Biar gak di bilang jomblo aja!" Jawab Kasih.
"Terus, kamu ngapain nangis waktu itu?"
"Cuma merasa bersalah aja aku udah ninggalin dia nikah. Berdosa banget!"
"Tapi sekarang kesalkan sama dia?"
"Kesel banget. Pengen ku banting rasanya," ucap Kasih geram.
"Mas banting di atas ranjang mau gak?"
"Huuusss....mas. Malu di dengar orang!"
"Biarin aja. Kita suami istri, ngapain malu?"
"Mas, kamu ini kalau jujur jangan kejujuran banget. Lihat tuh, ada yang ngomongin kita."
"Malam pertama kita kurang asyik. Kurang panas dan kurang jos. Kita ulangi malam ini ya....!!"
"Mas.....!!" Kasih malu dengan ucapan suaminya yang tak di saring ini.
"Aduuh,....mas. Jangan bahas di sini dong. Malu!"
"Kita pulang yuk," ajak Rangga. "Mas pengen nih,....!!"
"Pengen apa sih?" Kasih gugup.
"Buat anak kucing!" Jawab Rangga yang langsung menarik tangan istrinya mengajak pulang.
"Mas, aduh itu makanannya belum di bayar loh."
"Itu urusan gampang. Urusin ranjang kita dulu,....!!"
"Mas,....habislah aku!"
"Cepat sedikit jalannya sayang." Titah Rangga.
"Tapi jangan matiin lampu lagi ya...!" Ujar Kiran.
"Kenapa?" Tanya Rangga yang menghentikan langkahnya.
"Nanti kamu berubah lagi mas," jawab Kasih membuat Rangga tertawa.
"Gak, gak akan berubah lagi sayang!"
Mereka akhirnya pulang, sebenarnya Rangga merasa kurang puas dengan makan malam ini karena kurang romantis karen Rangga ingin cepat-cepat melakukan goyang geboi.
Setibanya di hotel, Kasih dan Rangga hanya diam saja duduk di pinggiran ranjang. Tiba-tiba saja mereka merasa canggung satu sama lain.
"Kalungnya bagus ya di pake sama kamu. Tambah cantik," ucap Rangga yang benar-benar canggung.
"Udah berapa kali mas muji aku seperti itu. Aku malu loh mas!"
"Ya gimana lagi, istri mas benar cantik!"
"Terus, kita ngapain sekarang mas?" Tanya Kasih bingung.
"Buat kucing," jawab Rangga pelan.
"Masa kucing sih mas?, kitakan manusia." Protes Kasih.
"Kita sekarang mau ngapain sayang?" Rangga malah bertanya balik.
"Kok kita jadi begini sih mas?"
"Gak tahu juga. Mas tiba-tiba grogi...!"
"Sama, aku juga!" Sahut Kasih. "Tadi aja semangat, kok sekarang jadi gini?"
"Mamah minta cucu, buatin yuk." Ajak Rangga dengan jantung yang terus berdebar. "Yang kemarin malam itu hanya pembukaan!"
"Perih loh mas," ucap Kasih pelan.