Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Keesokan harinya, Robi sudah mengantarkan Samudra kembali ke rumah Nanda. Robi tengah di sibukan dengan pekerjaannya sebelum ia pensiun dari perusahaan milik Nanda saat Cean yang akan mengambil alih perusahannya nanti.
"Kak, masuklah dulu." Ajak Nanda saat menerima Samudra di depan pintu rumahnya.
"Aku harus segera ke perusahaan, banyak yang harus aku selesaikan sebelum pensiun."
Nanda hanya menghela nafas, sudah enam tahun ini Robi menjaga jarak dengannya, hubungan tali peesaudaraan bagai kakak beradik itupun hancur akibat ulan Cean.
"Oma..." Panggil Samudra membuyarkan lamunan Nanda. Sedari tadi Robi sudah meninggalkannya dan Nanda hanya diam saja.
"Iya sayang.."
"Sam lapar, Sam belum sarapan karena ingin sarapan di rumah Oma." Ucap Samudra yang sudah berbicara dengan fasih karena beberapa bulan lagi akan mendaftar ke sekolah dasar.
Nanda tersenyum, Samudra memang sangat menyukai omlet telur yang di taburi oleh keju buatan Nanda.
"Ayo masuk, Oma sudah buatkan untuk Sam." Ucap Nanda.
Samudra duduk di sebelah Nanda, Pras yang melihatnya begitu bahagia melihat cucunya tumbuh berkembang sesuai harapan.
Cean datang untuk ikut bersarapan. "Mom aku ingin omlet keju buatan Mommy." Kata Cean sambil menarik kursi di sebrang Nanda.
"Mommy hanya buat omlet keju satu dan ini untuk Sam." Jawab Nanda.
Mata Cean melihat ke arah Samudra yang juga tengah menatapnya. Namun tiba tiba saja Samudra mendorong piringnya ke arah Cean. "Ini untuk Uncle saja."
Deggg...
Perasaan Cean kembali tak karuan saat Samudra berinteraksi dengannya.
"Ambilah, Cean. Sam memberikan omletnya untukmu." Kata Pras dengan nada dingin.
"Tidak, untukmu saja." Balas Cean mencoba menolak.
"Uncle tidak mau?" Tanya Samudra yang kini berwajah cemberut lalu mencoba menarik kembali piringnya.
"Kenapa kamu ingin memberikannya padaku?" Tanya Cean yang membuat Samudra kembali menatapnya.
"Karena Mommy bilang, kita harus berbagi dengan siapapun." Jawab Samudra.
"Termasuk makananmu?"
Sam mengangguk cepat. "Aku juga suka berbagi makanan dengan temanku di sekolah." Sahutnya lagi.
"Kamu tidak akan kekurangan dengan berbagi?" Tanya Cean dan tanpa Cean sadari hal itu menarik perhatian Pras dan Nanda.
Samudra menggelengkan kepalanya, "Tidak, karena kata Mommy semakin kita memberi semakin banyak kita akan menerima."
"Jadi kamu memberi karena berharap menerima lebih?"
"Ocean!!" Panggil Pras dengan tegas. "Posisikan dirimu karena lawan bicaramu adalah anak yang bahkan belum genap berusia enam tahun." Geram Pras.
"Tidak apa, Opa." Samudra tersenyum melihat ke arah Pras. "Opa jangan marahi Uncle." Ucapnya lagi yang membuat Pras menahan amarahnya.
"Uncle." Panggil Samudra yang kini menatap wajah Cean. "Berbagi itu tanpa syarat, tapi jika kita diberi lebih dari yang kita beri, itu namanya bonus karena kemurahan hati kita."
Samudra berbicara layaknya anak yang sudah mengerti, Samudra memang cerdas dan dewasa sebelum waktunya, hal itu terjadi karena Samudra tumbuh untuk selalu mengerti posisi sang Mommy yang bekerja dan harus menitipkan Samudra di rumah Omanya. Samudra pun perlahan mengerti jika Dirga bukanlah ayah kandungnya karena Dirga dan Nadlyn tidak tinggal di satu rumah.
"Sam, habiskan sarapanmu. Opa akan mengantarmu ke sekolah dan nanti Oma yang akan menjemputmu." Kata Pras dan Samudra mengangguk.
"Oma, biar omlet keju ini untuk Uncle itu. Sam mau sarapan nasi goreng saja seperti Opa." Kata Samudra.
Nanda memindahkan Piring Samudra untuk Cean dan mengambilkan piring baru untuk Samudra berisikan nasi goreng.
Dengan perasaan tidak enak, Cean memakan Omlet keju milik Samudra. Sesekali matanya menatap ke arah wajah Samudra yang terlihat tenang, percis seperti saat melihat Nadlyn.
Wajah Samudra memang begitu mirip dengan Cean, namun segala sikapnya begitu sama dengan Nadlyn.
Samudra menghabiskan sarapannya dan segera berganti pakaian menggunakan seragam sekolahnya.
"Oma, apa seragamku jadi dipindahkan?" Tanya Samudra.
"Maaf, Sayang. Oma belum sempat memindahkannya. Kamu ganti baju dulu di kamar biasa yang kamu tempati dulu ya." Jawab Nanda sambil mengusap kepala Samudra.
"Tidak apa, Oma." Jawab Samudra lalu beranjak ke kamar Cean yang selama ini jadi tempat untuk beristirahat dan menaruh barang barang pribadi Samudra.
Cean pun selesai dengan sarapannya.
"Cean, kapan kau akan mengambil alih perusahaan, Uncle Robi sudah akan pensiun." Kata Nanda mencoba menahan Cean yang akan beranjak dari kursi meja makan.
Cean terdiam, ia baru mengingat jika harus menghadapi Robi baik itu untuk urusan pekerjaan maupun hal pribadi.
"Robi tetap akan pensiun, Sayang?" Sahut Pras bertanya pada istrinya itu.
Nanda mengangguk. "Kak Robi sudah bilang ingin pensiun jika Cean sudah mengambil alih perusahaan." Jawab Nanda tak bersemangat.
"Hemm sayang sekali. Itu tandanya kita akan jarang bertemu dengan Samudra?" Tanya Pras yang diam diam menarik perhatian Cean.
"Itu sudah pasti, Dad. Jika Kak Robi Pensiun, Kak Robi yang akan mengasuh Samudra dan itu tandanya Samudra tidak akan di titipkan lagi pada kita. Kita akan jarang bertemu dengan Samudra."
Pras mengangguk, "Setidaknya kita masih bisa mengunjungi Samudra, bukankah Robi tidak akan membatasi kita sebagai Opa dan Oma nya untuk mengunjungi Sam nanti?"
"Ya, tapi aku tetap saja berat, Dad. Selama ini Samudra selalu bersama kita."
Pras menggengam tangan istrinya itu.
Lagi lagi perasaan asing itu menelusup memasuki hati Cean, entah mengapa Cean seperti tengah berat jika pria kecil yang berada di rumahnya pergi dan tidak kembali.
Cean berdiri dari duduknya dan segera ke kamarnya, ia melihat Samudra tengah memakai kaus kaki nya seorang diri.
"Kamu terbiasa melakukan seperti ini sendiri?" Tanya Cean tiba tiba.
Samudra mengangguk, "Mommy mengajarkanku untuk menjadi mandiri dan tidak menyusahkan orang lain." Jawab Samudra.
"Dimana Mommy mu?" Tanya Cean yang sangat penasaran karena ia tidak menanyakan hal ini pada orang tuanya.
"Mommy sedang bekerja ke luar kota, dan akan pulang hari ini."
"Mommy mu bekerja?" Tanya Cean.
Samudra mengangguk, "Mommy bekerja, Mommy bilang Mommy bekerja untuk masa depanku."
Degg..
Jantung Cean berdegup sangat kencang. "Mungkinkah Nadlyn sudah menyiapkan diri untuk berpisah dengannya?" Batin Cean.
"Apa Dirga selalu menjemputmu kemari?" Tanya Cean tanpa menyebut panggilan Papi untuk Dirga.
Samudra mengangguk, ia sangat mengetahui jika Orang yang biasa di panggil Papi olehnya bernama Dirga. "Jika Papi tidak banyak pekerjaan, Papi akan menjemputku. Jika Papi sibuk, Mommy yang akan menjemput, atau Kakek."
"Kenapa kamu tidak tinggal disini saja?" Tanya Cean mencoba mencari tau lebih dalam.
"Mommy tidak suka tinggal disini. Mommy akan menangis jika tinggal disini."
"Menangis, katamu?"
Samudra berdiri dan mendongakan kepalanya sambil menatap wajah Cean. "Waktu itu aku tidak mau pulang, dan Mommy menginap disini untuk menemaniku, tetapi malam hari aku melihat Mommy menangis, aku tanya kenapa Mommy menangis dan Mommy hanya menjawab Mommy tidak suka kamar ini."
Degg.. Degg.. Deggg
Hati Cean merasakan sesak, entah mengapa setiap kata yang dilontarkan oleh Samudra mampu membuat dirinya berada dalam kesalahan terbesar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Makasih ya untuk yang kemarin kasih aku bunga, like dan seneng rasanya lihat Vote untuk novel ini bertambah. 🤗
Jujur, smua itu bikin aku tambah semangat 🥰
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .