NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Pengasuh / Chicklit
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

"Aku ingin kau menjadi orang yang menyusuinya."

Sienna menatap pria di hadapannya dengan mata membelalak, yakin bahwa ia pasti salah dengar. “Maaf, apa?”

Arsen Ludwig, pria yang baru diperkenalkan sebagai sponsor klub ice skatingnya, menatapnya tanpa ekspresi, seolah yang baru saja ia katakan adalah hal paling wajar di dunia.
“Anakku, Nathan. Dia menolak dot bayi. Satu-satunya cara agar dia mau minum susu adalah langsung dari sumbernya.”

Jantung Sienna berdebar kencang.
“Aku bukan seorang ibu. Aku bahkan belum pernah hamil. Bagaimana bisa—”

“Aku tahu,” potong Arsen cepat. “Tapi kau hanya perlu memberikan dadamu. Bukan menyusuinya secara alami, hanya membiarkan dia merasa nyaman.”

Ini adalah permintaan paling aneh yang pernah ia terima. Namun, mengapa ia tidak langsung menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

...****************...

"Ponselku nggak rusak, kan?"

Aku menatap layar ponsel yang masih hitam, nggak ada notifikasi sama sekali. Biasanya, kalau bukan Arsen yang nelpon, setidaknya ada pesan dari pelatih soal latihan atau temanku yang ngajak keluar. Tapi hari ini? Sepi banget.

Aku menghela napas panjang, lalu membanting tubuh ke sofa. "Kenapa aku malah kepikiran?" gumamku sambil menutup wajah dengan bantal.

Harusnya aku senang. Bisa menikmati hari tanpa gangguan, nggak ada drama tengah malam, dan bisa tidur nyenyak tanpa ada orang yang tiba-tiba datang bawa bayi nangis.

Tapi…

Aku melirik ponsel lagi. Tetap nggak ada pesan.

"Apa anak itu baik-baik aja?" gumamku tanpa sadar.

Aku buru-buru menggeleng. "Hei, Sienna! Fokus! Kau bukan ibunya! Nggak perlu mikirin mereka!"

Dengan cepat, aku meraih remote TV dan mulai mengganti-ganti saluran, berharap bisa menemukan sesuatu yang menarik. Tapi anehnya, semua acara terasa membosankan. Aku bahkan nggak bisa menikmati serial favoritku sendiri.

Aku menghembuskan napas kasar, bangkit, lalu berjalan ke dapur buat mengambil minum.

"Lagian, kenapa juga aku harus khawatir? Arsen pasti bisa ngurus anaknya sendiri. Tanpa aku pun mereka bakal baik-baik aja."

Tapi kalau memang begitu… kenapa aku masih gelisah?

...****************...

"Aku diblokir, ya?" gumamku sambil melotot ke layar ponsel.

Sudah dua hari. Dua hari! Dan nggak ada satu pun kabar dari Arsen. Biasanya, minimal dia bakal nelpon buat minta tolong atau sekadar ngeluh kalau Nathan rewel. Tapi sekarang? Sepi.

Aku mengerutkan kening. Jangan-jangan sesuatu terjadi?

"Tapi, ya udah sih. Itu bukan urusanku," ujarku sendiri sambil melempar ponsel ke sofa.

Masalahnya, selama dua hari ini aku juga libur latihan! Harusnya aku senang, kan? Bisa leha-leha di apartemen, nonton film sepuasnya, atau belanja barang yang nggak penting.

Tapi nyatanya… aku malah nggak tenang.

Aku menghela napas panjang.

"Oke, Sienna. Kau cuma kebiasaan diganggu sama mereka. Ini bukan karena kau peduli. Iya, bukan. Sama sekali nggak peduli."

Dengan langkah malas, aku beranjak ke dapur, membuka kulkas, dan mendapati isinya yang hampir kosong. Aku mengerang kesal.

"Ya ampun, aku sampai lupa belanja gara-gara terlalu fokus nggak peduli sama mereka!"

Aku menyambar jaket, meraih tas, dan langsung keluar apartemen. Belanja bisa jadi distraksi yang bagus, kan? Setidaknya, aku nggak bakal kepikiran soal satu anak kecil dan satu duda yang tiba-tiba hilang dari peredaran.

Aku memasukkan ponsel ke dalam tas, berusaha keras nggak ngecek kalau-kalau ada pesan masuk. Ya ampun, kenapa aku jadi begini?!

Begitu keluar dari apartemen, udara dingin langsung menyambutku. Aku mengeratkan jaket dan berjalan menuju minimarket terdekat. Niatnya sih cuma beli stok makanan. Tapi setelah masuk, aku malah mulai nyari-nyari hal lain yang sebenernya nggak perlu-perlu banget.

"Oke, kopi? Masih ada di rumah. Susu? Aku nggak minum susu. Sereal? Hmm, boleh juga..." gumamku sambil dorong keranjang belanja.

Tapi sebelum aku bisa lanjut milih, langkahku mendadak terhenti di depan rak makanan bayi.

Aku terdiam, melotot ke arah rak yang penuh dengan susu formula, bubur bayi, dan camilan sehat.

"Aku ngapain di sini?" bisikku sendiri.

Aku buru-buru melanjutkan langkah, pura-pura nggak lihat deretan produk itu. Aku nggak peduli, aku nggak peduli.

Tapi tetap aja, aku jadi kepikiran lagi.

Nathan baik-baik aja, kan? Kenapa Arsen nggak nelpon sama sekali?

Aku mengerang frustasi.

"Udah lah, bukan urusanmu, Sienna," tegurku sendiri sambil memasukkan beberapa camilan ke keranjang. Tapi kalau memang bukan urusanku, kenapa rasanya nggak enak banget?

...****************...

Di sebuah gedung tinggi dengan logo "Ludwig Empire" yang terpampang megah di puncaknya, Arsen duduk di belakang meja kerjanya. Tangannya sibuk membolak-balik dokumen kontrak, tapi pikirannya jelas nggak sepenuhnya ada di sana.

"Pak Arsen, ini konsep terbaru dari koleksi musim semi," ujar seorang wanita berpenampilan profesional, meletakkan beberapa lembar desain di mejanya.

Arsen mengangguk tanpa banyak bicara. Matanya menyapu desain-desain itu sekilas sebelum memberikan tanda tangan di beberapa halaman.

"Pastikan ini masuk ke tahap produksi dalam seminggu," katanya tegas.

Wanita itu mengangguk cepat sebelum keluar dari ruangannya.

Begitu pintu tertutup, Arsen menghela napas panjang. Matanya melirik layar ponsel di meja. Tidak ada pesan masuk. Tidak ada panggilan.

Biasanya, dalam dua hari terakhir, dia akan sibuk mengurus Nathan sampai harus bolak-balik menghubungi Sienna. Tapi sekarang?

Kenapa jadi terasa sepi?

Arsen memijat pelipisnya, berusaha nggak memikirkan hal itu. Tapi tetap aja, bayangan Sienna yang mengusap kepala Nathan dengan lembut terus terlintas di benaknya.

"Sial," gumamnya.

Tepat saat itu, pintu ruangannya diketuk. Seorang pria dengan setelan jas mahal masuk.

"Arsen, lama nggak ketemu," pria itu menyeringai. "Gimana rasanya jadi single dad?"

Arsen mendengus, menatap pria itu malas. "Langsung ke intinya aja, Leon."

Leon tertawa kecil lalu duduk di kursi depan meja Arsen. "Baiklah, aku cuma mau membahas soal event fashion di Milan bulan depan. Kau harus hadir, brand-mu lagi naik daun."

Arsen menghela napas. Milan? Bulan depan? Itu berarti dia harus pergi selama beberapa minggu. Tapi bagaimana dengan Nathan?

Dia menatap ponselnya lagi, jari-jarinya hampir saja mengetik pesan untuk Sienna, tapi dia buru-buru menepis pikirannya.

Sienna bukan pengasuh Nathan. Dia bukan siapa-siapa.

Tapi… apakah dia mau membantu lagi?

.

.

.

Next 👉🏻

1
Semangat
lanjut thor
Alen's Vy: Iyaa ntar sore yakk
total 1 replies
Alen's Vy
Bagusss
Anonymous
Yang baca juga shock ko sienna, ga kamu doang/Facepalm//Awkward/
Semangat
jahat bgt. untung putus ya thor
Alen's Vy: Iya ih, untung aja.
total 1 replies
Semangat
modus duda ini pasti.
Semangat
luar biasa
Semangat
Hahahaa Thor😭😭
Alen's Vy: Sstt🤫🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!