NovelToon NovelToon
Malam Pertama Untuk Istriku

Malam Pertama Untuk Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Penyesalan Suami / Menikah dengan Musuhku / Trauma masa lalu
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Mamicel Cio

Reyhan menikahi Miranda, wanita yang dulu menghancurkan hidupnya, entah secara langsung atau tidak. Reyhan menikahinya bukan karena cinta, tetapi karena ingin membalas dendam dengan cara yang paling menyakitkan.

Kini, Miranda telah menjadi istrinya, terikat dalam pernikahan yang tidak pernah ia inginkan.

Malam pertama mereka seharusnya menjadi awal dari penderitaan Mira, awal dari pembalasan yang selama ini ia rencanakan.

Mira tidak pernah mengira pernikahannya akan berubah menjadi neraka. Reyhan bukan hanya suami yang dingin, dia adalah pria yang penuh kebencian, seseorang yang ingin menghancurkannya perlahan. Tapi di balik kata-kata tajam dan tatapan penuh amarah, ada sesuatu dalam diri Reyhan yang Mira tidak mengerti.

Semakin mereka terjebak dalam pernikahan ini, semakin besar rahasia yang terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamicel Cio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dingin yang Membunuh

Miranda duduk di tepi ranjang yang luas dan dingin, matanya menatap kosong pada bayangan dirinya di cermin besar di depan tempat tidur. Gaun tidurnya yang tipis hampir tak memberi kehangatan, sama seperti pernikahan yang kini ia jalani.

Reyhan, suaminya, berdiri di dekat jendela dengan punggung menghadapnya, satu tangan memainkan gelas berisi wine kesukaannya, sementara yang lain menggenggam ponsel. Suara notifikasi terdengar, lalu sebuah senyum samar muncul di wajah pria itu.

Miranda tahu, senyum itu bukan untuknya.

"Reyhan," panggilnya pelan, nyaris berbisik.

Pria itu tidak menoleh. Hanya hembusan napas berat yang keluar dari bibirnya, seakan mendengar suara Miranda saja sudah cukup mengganggu.

"Bisakah kita bicara?" tanyanya lagi, kali ini suaranya bergetar.

Reyhan akhirnya menoleh, tatapan matanya kosong dan dingin. "Apa lagi yang mau dibicarakan?"

Miranda mengatupkan bibirnya. Ada banyak yang ingin ia katakan, tentang bagaimana ia merasa kesepian dalam pernikahan ini, tentang bagaimana suaminya memperlakukannya seolah ia tak ada, tentang bagaimana setiap malam ia harus tidur sendirian di ranjang yang seharusnya mereka bagi bersama.

"Aku istrimu, Reyhan. Aku hanya ingin tahu... apa aku benar-benar berarti untukmu?" ujarnya dengan suara nyaris patah.

Reyhan tertawa kecil, sinis. "Kamu sendiri tahu jawabannya."

Setelah mengatakan itu, pria itu meraih jasnya dan berjalan menuju pintu. Miranda terdiam, tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya.

"Kalau kamu ingin mengeluh, lakukanlah sendiri. Aku tidak punya waktu untuk drama semacam ini."

"Ta-tapi..."

"Bahkan... Aku ingin sekali kamu MATI."

Brak!

Pintu kamar tertutup, meninggalkan Miranda sendirian dalam ruangan yang terasa semakin sunyi. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh, membasahi pipinya.

Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju kamar mandi. Lampu otomatis menyala, menerangi ruangan mewah dengan dinding marmer dan bathup besar di tengahnya. Miranda meraih keran dan memutarnya, membiarkan air hangat memenuhi bathup perlahan.

Pandangannya kosong saat ia melepas gaun tidurnya, membiarkan kain itu jatuh ke lantai. Ia melangkah masuk ke dalam air yang semakin meninggi, merasakan sensasi hangat membungkus tubuhnya, ironis, karena hatinya tetap membeku.

Air mencapai bahunya, lalu dagunya. Matanya terpejam, pikirannya mulai melayang.

Mungkin, jika ia menghilang, Reyhan akan sedikit peduli.

Atau mungkin, dia bahkan takkan menyadari kepergiannya.

"Aku akan pergi selamanya dari hidupmu, Reyhan." Lalu, dengan satu tarikan napas panjang, Miranda membiarkan tubuhnya tenggelam sepenuhnya.

Dua tahun lalu...

Di dalam aula megah yang dipenuhi tamu undangan, Miranda berdiri anggun dalam balutan gaun putih yang indah. Tangannya gemetar di balik sarung tangan satin yang ia kenakan, tapi senyumnya tetap merekah.

Hari ini adalah hari yang paling ia impikan. Hari di mana ia resmi menjadi istri Reyhan, pria yang selama ini diam-diam ia kagumi.

Tapi di seberangnya, berdiri Reyhan dengan ekspresi yang sulit dibaca. Pakaian pengantin pria melekat sempurna di tubuhnya, tetapi bukan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.

Saat pendeta mengucapkan kata-kata sakral, Miranda melirik pria di sampingnya, berharap melihat secercah kebahagiaan di matanya. Namun yang ia temukan hanyalah tatapan dingin, hampir tak beremosi.

"Reyhan Pratama, bersediakah kamu menerima Miranda Sindu sebagai istrimu, dalam suka dan duka, hingga maut memisahkan?"

Detik-detik berlalu terasa begitu lambat. Miranda menahan napas, menunggu jawaban yang akan mengubah hidupnya.

Reyhan mengalihkan pandangannya ke arah Miranda, lalu dengan suara datar, ia berkata, "Ya, saya bersedia."

Miranda tersenyum lega. Ia tak menyadari bagaimana rahang Reyhan menegang setelah mengucapkan sumpah itu.

Malam itu, di kamar pengantin yang mewah, Miranda duduk di tepi ranjang dengan hati berdebar. Gaun pengantinnya telah ia lepaskan, digantikan dengan baju tidur sutra yang Reyhan pilihkan untuknya.

Tapi pria itu tidak juga mendekat.

Sebaliknya, Reyhan berdiri di dekat jendela, memandang keluar dengan tangan diselipkan ke dalam saku celananya.

"Reyhan..." panggil Miranda ragu.

Reyhan menoleh, matanya tajam. "Apa?"

Miranda tertegun. Sejak awal hari ini, Reyhan nyaris tak bicara padanya. Ia berharap setelah ini semuanya akan lebih baik.

"Kamu... tidak ingin duduk di sini bersamaku?" tanyanya, mencoba tersenyum.

Reyhan tertawa kecil, namun ada kepahitan di dalamnya. "Kenapa? Kamu ingin kita pura-pura seperti pasangan yang saling mencintai?"

Miranda menegang. "Maksudmu?"

Pria itu berjalan mendekat, menatapnya lurus. "Dengar, Mira. Kamu mungkin berpikir aku menikahimu karena cinta, tapi kenyataannya, aku menikahimu untuk satu alasan saja."

Miranda mengernyit, jantungnya berdetak lebih cepat. "Reyhan, kamu bicara apa?"

Reyhan menunduk, menatapnya dengan tatapan tajam yang membuatnya merasa kecil. "Ini balas dendam, Miranda. Aku tidak mencintaimu, dan aku tidak akan pernah mencintaimu."

Darah di wajah Miranda seakan surut. "B-balas dendam? Tapi... kenapa?"

"Tanyakan pada ayahmu." Reyhan tertawa, tetapi matanya penuh kebencian.

Miranda terbelalak. Ayahnya? Apa hubungannya dengan ini?

"Ayahmu telah menghancurkan keluargaku, Miranda. Dan sekarang, aku menghancurkan kebahagiaanmu."

Miranda merasa tubuhnya melemas. Dadanya sesak, seakan ada sesuatu yang menekan hingga sulit bernapas.

Hari ini seharusnya menjadi hari terindah dalam hidupnya. Tapi kenyataannya, ia baru saja menikahi seorang pria yang tidak hanya tidak mencintainya, tetapi juga ingin melihatnya menderita.

 

Mira duduk di depan laptopnya, menatap layar kosong dengan hati yang penuh pertanyaan. Sejak sikap Reyhan semakin dingin, dia tahu ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar masalah dalam pernikahan mereka. Suaminya bukan hanya berubah, dia seperti orang lain.

Dan semua berawal dari satu hal: kebencian Reyhan yang tak bisa ia mengerti.

Mira menarik napas panjang, lalu mulai mengetik nama ayahnya di mesin pencari. Ario Sindu. Seorang pengusaha sukses, terhormat, dan dihormati banyak orang. Tapi jika semua itu benar, kenapa Reyhan membencinya sampai ke tulang sumsum?

Beberapa artikel berita muncul, sebagian besar tentang kesuksesan bisnis ayahnya. Mira menggulirkan halaman, mencari sesuatu yang lebih… gelap. Dan di sanalah dia menemukannya.

"Kasus Kebangkrutan Keluarga Pratama: Bisnis Konstruksi Hancur dalam Satu Malam"

Mata Mira membelalak. Pratama? Nama belakang Reyhan.

Dengan tangan gemetar, dia mengklik artikel itu dan mulai membaca.

"Lima belas tahun yang lalu, keluarga Pratama mengalami kehancuran finansial setelah proyek besar mereka diambil alih oleh perusahaan Ario Sindu. Dugaan permainan kotor dalam tender menyebabkan Pratama Group kehilangan hak mereka atas proyek tersebut, membuat perusahaan bangkrut dalam waktu singkat. Tidak hanya kehilangan bisnis, keluarga Pratama juga kehilangan rumah mereka dan terlilit utang. Beberapa anggota keluarga mereka dikabarkan mengalami depresi berat akibat kejadian ini."

Dunia Mira berputar.

Tangannya menutupi mulutnya saat rasa mual naik ke tenggorokannya.

Ayahnya… yang selama ini dia hormati… telah menghancurkan keluarga Reyhan?

Mira terus membaca, sampai dia menemukan satu paragraf yang membuatnya semakin terpukul.

"Tragedi ini mencapai puncaknya ketika kepala keluarga Pratama, Hartono Pratama, mengalami serangan jantung setelah mendapat kabar bahwa mereka harus angkat kaki dari rumah yang telah mereka tempati puluhan tahun. Putranya, Reyhan Pratama, saat itu masih remaja, harus menyaksikan sendiri bagaimana keluarganya kehilangan segalanya dalam sekejap mata."

Mira membekap mulutnya.

Jadi ini alasan Reyhan menikahinya?

Bukan karena cinta.

Bukan karena takdir.

Tapi karena balas dendam.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!