Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14 TWINS A
Setelah dua jam berlalu, akhirnya teman Zuma berpamitan untuk pulang. Sedangkan Kezia, masih tetap disana menunggu Daffa pulang.
"Kenapa Daffa lama sekali ya, Tante?" tanya Kezia resah.
"Sabar, Sayang. Sebentar lagi dia pasti pulang." Zuma mengelus pundak Kezia, Anindira yang menyaksikan itu semua dari lantai atas, hanya mampu menggeleng.
Deru mobil terdengar di halaman rumah, sosok Daffa pun muncul membuat Kezia kegirangan. Wanita itu langsung menghampiri Daffa dan memeluknya.
"Aku sudah menunggumu dari tadi." ucap Kezia dengan manja.
"Maafkan aku, tadi ada kendala dijalan." Daffa mengelus kepala Kezia.
'Kenapa Daffa dekat sekali dengan wanita itu? Apa dia lupa, kalau dia itu sudah menikah?' batin Anindira hanya mampu diam.
Daffa melirik ke atas, matanya menangkap Anindira yang sedang memperhatikan mereka. Dirinya mengurai pelukan dan mengajak Kezia untuk duduk di sofa.
"Anin!" teriak Daffa, Anindira berjalan cepat menghampiri suaminya.
"Kau memanggilku? Apa kau butuh sesuatu?" tanya Anindira menatap Daffa.
"Buatkan aku kopi." ujarnya, Anindira pun mengangguk, dia bergegas pergi ke dapur.
"Dia itu siapa, Daf? Pembantu baru?" Kezia merasa penasaran.
"Ceritanya panjang, Zi. Intinya dia itu adalah istriku."
Kezia tercengang, wajahnya di tekuk. "Jadi sekarang kau sudah menikah?"
"Walaupun Daffa sudah menikah, tapi cintanya tetap untukmu, Kezia." sahut Zuma mencoba mencairkan suasana.
"Jika memang dia mencintaiku, tidak mungkin dia menikahi wanita lain, Tante! Aku kecewa." Kezia melirik Daffa dengan tajam.
"Aku akan menjelaskannya nanti padamu." Daffa mencubit pipi Kezia dengan gurauan.
Anindira datang membawa segelas kopi, dan entah sengaja atau tidak, kopi itu tumpah di celana Daffa.
"Kau—" Daffa sontak berdiri dan mengusap pahanya yang terasa panas.
"Maaf, aku benar-benar tidak sengaja, maafkan aku." Anindira terlihat gugup dan takut.
Daffa mencengkram tangan Anindira yang hendak menyentuhnya, dia menarik paksa wanita itu, menaiki anak tangga.
"Ikut aku! Kau sepertinya harus diberikan pelajaran, agar kejadian itu tidak terulang lagi." ucap Daffa, dia sangat kesal dan marah dengan kecerobohan Anindira.
Mereka telah sampai di kamar, Daffa menghempaskan tubuh Anindira di ranjang. Perlahan tangannya terulur membuka ikat pinggang. Dia menatap Anindira dengan mata memerah.
"Kau mau apa, Daffa?" Anindira mencoba kabur.
Daffa dengan cepat mengayunkan ikat pinggangnya dan mendarat tepat di bagian lengan Anindira.
"Argh! Sakit!" teriak Anindira
Plak
Pukulan kedua mengenai paha Anindira.
"Pertama, untuk tanganmu, agar kau tidak melakukan hal ceroboh lagi seperti tadi. Dan yang kedua, untuk pahamu, supaya kau merasakan apa yang ku rasakan." ucap Daffa melempar ikat pinggangnya ke sembarang arah.
Anindira menangis terisak, dia sangat ketakutan dan merasa trauma. Dia memeluk tubuhnya sendiri, luka memar pasti sudah membekas disana.
"Hiks... Papa, Mama, Dira mau pulang." rintih Anindira bercampur dengan tangisan.
Daffa kembali menghampiri Kezia dan sang Mama.
"Pelajaran apa yang kau berikan padanya, Daffa?"
"Yang pasti dia tidak akan melupakannya dan mengulangi hal yang sama lagi." jawab Daffa duduk di sebelah Kezia.
"Kapan kita bisa pergi berkencan? Aku sangat merindukanmu, Daffa. Aku ingin jalan-jalan bersama denganmu, menonton bioskop, dan dinner seperti dulu lagi."
Daffa terdiam, dia memikirkan keadaan Anindira. Di satu dirinya sangat mengasihani wanita itu, tapi disisi lain, Daffa merasa emosi dan kesal dengan perbuatan Anindira.
"Daf? Kau tidak mendengarkan ku?" Kezia menggoyangkan lengan Daffa, pria itu pun akhirnya sadar dari lamunannya.
"Kau bilang apa tadi?"
Kezia menarik napas, menatap Daffa dengan wajah datar.
BERSAMBUNG
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya