Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kirana mengaku cinta pada Candra
.
Hari demi hari telah berlalu.
Semenjak malam itu Kirana dan Candra tak pernah lagi saling tegur sapa satu sama lain. Bahkan keduanya jarang bertemu karena Candra selalu sibuk dengan urusannya sendiri. Sedangkan Kirana, ia mulai dilanda kesedihan. Ia merasa kecewa dengan Candra, karena setelah Candra merebut paksa ciuman pertamanya pria itu justru tidak mau bicara lagi dengannya. Terkadang, saking merasa sedihnya Kirana, ia akan menangis di dalam kamarnya seorang diri. Gadis itu benar-benar galau karena pria yang dia cintai kini telah menjauhinya tanpa alasan.
Tengah malam.
Kirana terbangun dari tidurnya karena merasa tenggorokan sangat kering dan butuh minum. Dengan segera gadis itu beranjak dari atas tempat tidurnya lalu keluar dari kamarnya itu untuk mengambil air di dapur.
Tap ...Tap ... Tap ...
Kirana melangkah menuruni tangga. Namun, seketika dia terdiam ketika ia berpapasan dengan Candra yang hendak naik ke lantai dua.
Kedua manik mata mereka saling bertemu satu sama lain. Namun, sedetik kemudian Candra langsung mengalihkan pandangannya ke sisi lain. Pria itu pun melanjutkan langkahnya, melewati Kirana yang masih terdiam kaku di tempatnya.
Deg ....
Hati Kirana semakin terasa sakit dan hancur. Candra benar-benar mengabaikan kali ini. Tanpa sadar air mata Kirana mulai menetes membasahi pipinya. Ia betul-betul tidak mengerti mengapa Candra tiba-tiba berubah.
Kirana pun melanjutkan langkahnya menuju dapur dan segera meminum air untuk menghilangkan rasa kering di tenggorokannya.
"Hikss ... Hikss ... Aku tidak mau terus-terusan seperti ini. Aku tidak mau dia mengabaikan aku. Aku harus melakukan sesuatu agar dia mau bicara padaku lagi!"
Kirana menghapus air matanya dengan kasar. Dan dengan segera gadis itu kembali melangkah menaiki anak tangga satu persatu.
Setibanya di lantai dua, Kirana tidak langsung ke kamarnya tetapi ia pergi ke kamar Candra.
Tok ... Tok ... Tok .... [Kirana mengetuk pintu kamar Candra]
CEKLEK-!
"Kirana?" Candra terlihat terkejut ketika melihat Kirana yang sedang berdiri di hadapannya.
"Aku mencintaimu!"
Deg ...
Jantung Candra seakan copot dari tempatnya ketika mendengar ucapan Kirana itu.
"Kamu bilang apa, Kirana?" Candra merasa dirinya itu salah dengar.
"Hikss ... Hikss ... Aku mencintaimu, Candra!" Tangisan Kirana kembali pecah. "Aku nggak kuat kalau kamu terus-terusan mengabaikan aku! Jadi aku ungkapin saja perasaan aku sama kamu biar kamu tahu kalau aku sangat mencintaimu! Hikss ... Hikss ... Tolong jangan jahuin aku lagi! Aku nggak kuat! Benar-benar nggak kuat!" timpal Kirana menangis terseduh-seduh.
Candra diam. Pria itu tampak sangat syok mendengar kalimat gadis kota itu. 'Aku gagal?' gumam Candra dalam hatinya.
"Tidur lah, Kirana! Sudah tengah malam. Kamu pasti ngantuk makanya kebanyakan ngawur!" ucap Candra berusaha bersikap biasa saja.
"Aku tidak ngantuk atau pun ngawur! Aku mengatakan hal ini dengan penuh kesadaran! Aku ini memang mencintaimu, Candra! Aku mohon jangan abaikan aku lagi. Aku tidak suka diabaikan!" isak Kirana semakin menangis.
Melihat Kirana menangis, muncul rasa tidak tega di hati Candra. Perlahan-lahan tangan Candra terangkat lalu mengusap puncuk kepala Kirana secara lembut.
"Memangnya siapa yang mengabaikanmu?" tanya Candra.
"Kamu!" jawab Kirana masih menangis.
"Aku tidak pernah mengabaikanmu, Kirana."
"Lalu, kenapa akhiir-akhir ini kamu tidak pernah bicara sama aku?"
"Aku sedang sibuk. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan secepat mungkin."
"Urusan apa?" Kirana mulai berhenti menangis.
"Aku tidak bisa mengatakannya."
"Tapi—"
"Pergilah tidur. Sudah larut malam, kamu harus segera tidur!"
"Tapi, Candra—"
"Kirana." Candra menatap Kirana dengan tatapan yang sangat tajam yang membuat gadis itu langsung terdiam karena takut.
"Baiklah!" Dengan penuh keterpaksaan, gadis itu pun menganggukan kepalanya dengan patuh.
Bersambung.
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.