Menikah dengan pria idaman adalah dambaan tiap wanita. Adelia menikah dengan kekasihnya bernama Adrian. Di mata Adelia Adrian adalah laki-laki yang baik, taat beragama, perhatian sekaligus mapan. Namun ternyata, setelah suaminya mapan justru selingkuh dengan sekretarisnya. Apakah Adelia mampu bertahan atau justru melangkah pergi meninggalkan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi Bengong
"Kamu kenapa bengong, Mas?" tanya Salsa. Semenjak pulang dari perjalanannya tadi Adrian cenderung suka berdiam diri.
"Kamu tidak kesambet kan, Mas?" tanya Salsa lagi.
Adrian masih saja diam, ia masih memikirkan perkataan Mbak resepsionist tadi siang. Rasanya ia masih tidak percaya. Mana mungkin Adelia sekarang seorang Bos? Pikiran negatifnya mulai kemana-mana.
'Apa mungkin Arga memberikan satu perusahaannya pada Adelia?' batin Adrian.
'Tapi, untuk menjalankan sebuah perusahaan tidaklah mudah. Apalagi, tadi dengan jelas ia mendengar Adelia mau memimpin rapat dengan para penanam saham? Dan itu bukan kemampuan anak kemarin sore?' batin Adrian semakin berkecamuk. Bertempur dengan pendapatnya sendiri-sendiri. Antara percaya dan tidak percaya.
'Tapi, tadi aku tidak tuli... kata resepsionist tadi, Adelia adalah pemilik perusahaannya?'
'Tunggu, jika perusahaan itu benar-benar resmi pasti ada di internet siapa nama pemiliknya,' batin Adrian.
Ia mengambil ponselnya lalu mulai berselancar ke dunia maya. Adrian masih ingat dengan jelas nama perusahaannya. Ia lalu mengetik kata kuncinya.
Tambah lemas tubuhnya, di sana tertera dengan jelas bahwa Adelia adalah pemilik sah dan pemilik satu-satunya dari awal perusahaan itu berdiri. Di sana juga di terangkan bila dulu usahanya mulai dari kecil-kecilan hingga semakin besar.
Terdapat foto-foto cantik Adelia yang menghiasi internet. Saat pemotongan pita peresmian, dan pertemuan Adelia dengan beberapa orang penting. Adrian makin lemas hingga hpnya terjatuh.
Salsa yang melihat suaminya menjatuhkan ponselnya lamgsung mengomel.
"Kamu ya Mas, udah tahu harga ponsel mahal kok malah di jatuhin. Kalau beli lagi, kita enggak ada duit untuk beli yang baru," omel Salsa sembari memungut ponsel Adrian.
Namun, tiba-tiba ia tercengang kaget saat melihat gambar-gambar Adelia memenuhi internet sebagai salah satu pengusaha muda yang sukses. Ada foto perusahaan besar Adelia dan foto-foto lainnya yang menunjukkan Adelia sukses di bidangnya.
"Maaas!"
"I ... ini bener Adelia?" tanya Salsa gugup.
"Iya," jawab Adrian lirih.
"Kok bisa sih dia sukses kayak gitu, perasaan baru berapa bulan keluar dari rumah ini. Masa langsung bisa punya perusahaan besar?" cerocos Salsa.
"Ahay ... aku yakin, pasti di jdi simpenan orang kaya. Dan di kasih hadiah perusahaan," tebak Salsa.
"Awalnya, aku juga berpikiran begitu. Tapi coba kamu baca sejarah pendiriannya dan lihat foto-fotonya yang dulu, waktu usahanya masih kecil-kecilan dan ngontrak. Adelia juga ada di sana," terang Adrian.
Salsa membaca semua detil yang di terangkan oleh mbah gogling. Ia melongo tak percaya, ganti ia terduduk lemas. Tak mungkin rivalnya bisa sesukses itu. Satu persatu ingatannya mulai muncul, dimana ia pernah bertemu dengan Adelia waktu membeli gelang emas yang harganya mahal. Dulu, ia memang sempat curiga dia menjadi simpanan om-om, tapi sekarang dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Harusnya kamu belajar dari dia, tidak manja. Bisa nyari duit sendiri," timpal Adrian tiba-tiba.
"Loh, kok jadi bandingin aku sama Adelia sih!" ketus Salsa.
"Bukan membandingkan, tiap hari kamu kerjaannya hanya ngomel terus tentang duit-duit," imbuh Adrian.
"Aku enggak suka ya Mas, kamu banding-bandingin aku sama Adeliamu itu! Aku tidak mau kerja, lagian buat apa tugas suami kalau tidak menafkahi istrinya," sindir Salsa.
"Kalau Adelia kan wajar, dia memang harus menafkahi dirinya sendiri," bantah Salsa. Ia sebal karena Adrian merasa lebih bangga dengan Adelia.
"Tapi, Adelia tidak pernah mengeluh ketika aku susah. Dia malah sering mendukungku. Dan ketika aku sukses dia juga tidak menghambur-hamburkan uangku," imhuh Adrian.
"Adelia ... Adelia terus!"
"Enek aku dengernya," balas Salsa. Ia marah dan benci karena Adrian secara tidak langsung membandingkannya dengan Adelia.
"Ya, karena Adelia memang pantas mendapatkan pujian itu. Kau tidak pantas marah," imbuh Adrian.
"Mas, kamu ini pernah mikir enggak sih. Kalau kata-katamu itu menyakitkan buatku? Aku itu bukan Adelia... jadi jangan banding-bandingin dong," balas Salsa. Ia masih saja tidak terima Adrian selalu saja memuji mantan istrinya.
"Aku tidak membandingkan, aku hanya memotivasi kamu agar tidak terlalu manja dan mau berusaha agar bisa sukses juga," kata Adrian.
"Maas!"
"Sudah cukup ceramahmu, harusnya kamu juga usaha dong. Cari kerja lagi. Kalau anak ini lahir mau di kasih makan apa?"
"Aneh kamu ini, orang hamil malah di suruh kerja."
"Dah, konslet otakmu, Mas!" tandas Salsa. Ia terus saja membantah semua perkataan Adrian. Tak ingin mengalah dan tak ingin di kalahkan. Mereka terus saja berdebat.
Lain halnya dengan Adelia, ia masih sibuk dengan pekerjaannya di laptop. Usai rapat, masih ada saja yang di kerjakan. Kartika sampai tidak tega melihat bosnya terlalu menyibukkan dirinya dengan pekerjaan untuk melupakan masalahnya.
"Tadi, Adrian kesini mencarimu. Kamu tahu?" tanya Kartika.
"Ya, aku tahu. Sekretarisku yang mengatakannya," balas Adelia sembari jari-jari lentiknya mengetikkan sesuatu di keyboardnya.
"Lalu? Kau menemuinya?" tanya Kartika lagi.
"Tidak, buat apa. Semua sudah berakhir, kami sudah bercerai. Jadi, tak ada yang perlu kubahas dengannya." Tanpa menoleh Adelia menjawab pertanyaan Kartika yang berdiri di depan meja kerjanya.
"Hanya saja, aku heran darimana dia mendapatkan alamat kantorku?" tamya Adelia.
"Berarti selama menikah dengannya, kau tidak pernah sekalipun memberitahukan tentang usahamu ini?" tanya Kartika.
Adelia menggeleng.
"Hebat, bisa-bisanya kau merahasiakannya begitu rapat," puji Kartika.
"Waktu aku masih bersamanya, dia tidak pernah mengijinkanku bekerja," terang Adelia.
"Aku yakin, bila dia tahu kamu sukses seperti sekarang. Pasti dia akan mengejarmu lagi," kata Kartika.
"Percuma, aku sudah menutup hatiku untuk pria manapun," jawab Adelia.
"Termasuk Arga Dwinata?" selidik Kartika.
Adelia terdiam sejenak. Arga memang pria menarik, cerdas, sukses dan berbeda dengan Adrian mantan suaminya. Tapi, Adelia belum siap untuk menerima pria lain di hatinya. Ia belum berani untuk membuka pintu hatinya.
"Termasuk dia."
"Kartika, aku belum siap. Aku ingin mengobati lukaku dulu hingga sembuh. Terus terang, aku tidak percaya pada mereka kaum laki-laki. Di sini rasanya masih membekas rasa sakitnya," kata Adelia menunjuk dadanya sendiri.
"Iya, tenang saja. Aku yakin jodoh akan datang dengan sendirinya. Dan sepertinya jodohku juga sudah mendekat," kedip Kartika memberi isyarat Adelia.
"Maksudmu?" tanya Adelia tidak paham maksud Kartika.
"Kamu tahu enggak sih, pengacaramu itu kira-kira sudah punya pacar belum ya?" tanya Kartika.
"Hahaha...!"
"Adam maksudmu?"
"Jadi, kamu tertarik padanya?" goda Adelia.
"Mungkin, soalnya degup jantungku berdetak lebih cepat kalau dekat sama dia," kata Kartika malu-malu.
"Tapi...yang ku dengar dari Arga dia sudah punya calon katanya." Adelia berusaha menggoda Kartika agar kecewa.
"Oh, ya sudah kalau begitu. Enggak jadi deh," balas Kartika sedikit sebal.
"Enggak ding, hihihi."
"Ah, kamu ini bikin aku baperan deh," cubit Kartika.
--Bersambung---