MENINGGALKAN NODA Pada ADIKKU

Alina mengerjapkan matanya perlahan dan mulai merasakan cahaya masuk ke dalam indera penglihatannya itu.

“Zach!” teriak Alina karena ia langsung teringat pada putranya.

“Kamu sudah sadar?”

Alina langsung menoleh ke arah asal suara dan melihat sosok seorang pria yang pernah ia lihat.

“A-anda? di mana putraku?” tanya Alina.

“Louis!” panggil Martin.

Louis masuk ke dalam ruangan dengan Zach yang masih berada dalam gendongannya.

“Zach!” Alina langsung mendekat dan mengambil Zach dari tangan Louis.

“Siapa kamu dan apa yang kalian inginkan?” mata Alina tampak menelisik ke arah dua pria di hadapannya. Ia melangkah mundur, menjauh dari keduanya.

“Maaf, anak buahku melakukan kesalahan padamu. Sebenarnya aku meminta mereka untuk membawamu datang menemuiku. Tapi ntah mengapa mereka malah membiusmu,” kata Martin.

“Untuk apa kamu memintaku ke sini?” tanya Alina.

Martin meminta Louis untuk keluar dari ruangan tersebut karena ia ingin berbicara berdua saja dengan Alina.

Martin menghela nafasnya pelan kemudian melangkah mendekati sebuah lemari. Ia mengambil sebuah album foto lalu kembali melangkah mendekati Alina. Alina yang melihat Martin mendekat pun kembali memundurkan langkahnya.

“Jangan mundur lagi, nanti kamu jatuh.”

Martin duduk di atas tempat tidur, kemudian menepuk tempat kosong di sampingnya, “duduklah, aku ingin memperlihatkan sesuatu padamu.”

Dari cara Martin berbicara dan bersikap, Alina yakin bahwa pria itu adalah orang yang berpendidikan dan bukan orang jahat. Akhirnya Alina duduk di samping Martin sambil menggendong Zach, tapi tetap memberikan jarak.

Martin membuka album foto tersebut kemudian memperlihatkannya pada Alina.

“Siapa dia?” tanya Alina saat Martin memperlihatkan foto seorang bayi.

“Adikku,” jawab Martin.

“Adik?”

“Hmm … ia masih bayi saat ia diculik. Kami berhasil menangkap pengasuh yang membawanya pergi, tapi sayang kami tak bisa menemukannya. Pengasuh itu tak pernah mengatakan di mana ia meletakkan adikku atau memberikannya pada siapa,” kata Martin.

“Lalu? Apa hubungan semua itu denganku?” tanya Alina.

“Aku tidak tahu, tapi saat pertama kali aku melihatmu, aku merasa kamu sangat mirip dengan Grandma Noa. Sebentar,” Martin kembali bangkit lalu mengambil album foto yang lain kemudian membukanya.

“Lihatlah.”

Alina mengambil album foto tersebut dan memperhatikan dengan seksama. Mirip? Ya memang mirip, bahkan sangat mirip.

“Ini siapa?”

“Grandma Noa. Itu foto saat Grandma masih muda. Rumah yang kamu tempati saat ini, adalah miliknya. Ia tinggal bersama dengan Grandpa Luke.”

“Tapi mirip belum tentu aku ada hubungannya,” kata Alina.

“Ya, memang belum tentu, tapi aku yakin. Maaf juga sebelumnya karena aku mengambil beberapa helai rambutmu untuk test DNA,” kata Martin.

“Ntah mengapa aku yakin bahwa kamu adalah adikku, tanpa harus melakukan test DNA. Tapi aku terpaksa melakukannya karena aku ingin kamu percaya padaku,” lanjut Martin.

“Tak mungkin! Aku tak mungkin adikmu. Aku memiliki seorang Mommy, ia adalah Mom Flo. Ia yang melahirkan dan membesarkanku,” kata Alina.

“Kalau begitu kita tunggu hasil test DNA itu saja terlebih dulu. Aku juga ingin mempertemukanmu dengan Dad dan Mom. Mereka pasti akan senang karena aku berhasil menemukanmu,” kata Martin.

**

“Arghhh!!!” Logan menggeram kesal karena Sebastian tak bisa menemukan keberadaan Alina. Ia kembali kehilangan Alina, padahal ia baru saja menemukannya.

“Cari dia sampai dapat! Aku tak mau tahu, kamu harus menemukannya, Bas!” perintah Logan.

Vin kembali melihat Logan yang kacau, sama seperti saat ia kepergian Alina sebelumnya dan sepertinya kali ini lebih kacau dari sebelumnya.

“Kita akan menemukannya, Log. Kamu harus tenang.”

“Apa ia sengaja pergi karena mengira aku telah menemukannya? Apa ia begitu takut padaku, Vin? Cepat katakan padaku!” Logan menarik rambutnya dengan kasar.

“Ku rasa tidak, Log. Kamu mengatakan bahwa batang-barang miliknya masih berada di sana,” kata Vin.

“Hmm …”

“Itu berarti ia tak pergi karena keinginannya, Log,” kata Vin.

“Maksudmu Alina diculik?” pikiran buruk mulai merasuki kepala Logan.

“Aku tak tahu pasti dia diculik atau apa, tapi ia bukan pergi karena menghindarimu,” kata Vin lagi yang berusaha menenangkan sahabatnya.

Logan menghela nafasnya pelan, ia duduk sambil kembali memejamkan matanya. Sejak Alina pergi setelah pernikahan kedua orang tuanya, Logan merasa dirinya banyak berpikir.

“Kita kembali saja ke New York, Log.”

“Tapi …”

“Kita juga tak akan mendapatkan apa-apa jika hanya diam di sini. Sebastian pasti akan mendapatkan informasi tentang Alina. Percayalah padanya. Bukankah ia juga sudah membuktikan bahwa ia berhasil menemukan Alina?” kata Vin.

“Ya, setelah setahun lebih.”

“Tapi setidaknya ia berhasil, Log. Kita pulang, kedua orang tuamu pasti menunggumu.”

“Baiklah, tapi segera kabari aku jika kamu mendapat informasi dari Sebastian.”

“Ya, tenang saja.”

**

“Al, makan dulu,” kata Martin.

“Hmm … aku harus menidurkan Zach terlebih dahulu.”

“Berikan Zach padaku. Ia pasti akan tertidur di gendonganku. Bukankah aku adalah Uncle-nya.”

“Jangan terlalu percaya diri,” kata Alina tersenyum tipis. Alina merasa dirinya begitu cepat akrab dengan Martin. Pria itu membuatnya nyaman tinggal di sana.

“Aku bukan terlau percaya diri, tapi sangat percaya diri. Hari ini Seth akan mengambil hasil test DNA itu. Aku sangat yakin sekali hasilnya positif. Aku yakin kamu adalah adikku yang hilang, Al.”

“Bagaimana kalau aku bukanlah adikmu? Berjanjilah untuk membawaku kembali ke tempat tinggalku,” pinta Alina.

“Kamu adalah adikku, Al. Aku yakin itu, jadi jangan mengayakan kalau. Aku akan langsung membawamu dan Zach untuk menemui orang tua kita,” kata Martin.

Degggg

Tiba-tiba saja jantung Alina berdetak dengan kencang, “orang tua? mommy, daddy?”

Kemudian ia kembali teringat pada Mom Flo. Ia merasa sesuatu yang aneh menghinggapi hati dan pikirannya.

“Tak mungkin jika Mom Flo bukanlah Mommy kandungku. Tapi jika apa yang dikatakan oleh Kak Martin benar, mengapa Mom Flo menyembunyikan statusku?” gumam Alina.

“Makanlah dulu, Al. Jangan pikirkan hal-hal yang melebihi apa yang mampu kamu pikirkan. Biarkan semua berjalan sebagaimana adanya. Yakinlah bahwa apa yang terjadi adalah sesuatu yang baik,” kata Martin.

“Ehmmm … kalau begitu aku titip Zach dulu. Aku akan segera kembali,” kata Alina.

“Nikmati makananmu, biar aku menidurkan Zach. Ini adalah ‘quality time’ antara Uncle dengan keponakannya.”

Alina tersenyum saat melihat Martin menggendong Zach. Jika semua yang dikatakan Martin benar adanya, ia juga merasa sangat bahagia bisa memiliki keluarga yang utuh. Orang tua yang lengkap dan seorang kakak yang begitu menyayanginya.

Jika Keluarga Luca adalah benar keluargaku, aku harus bertemu Mom Flo untuk menanyakan semua kebenarannya. - batin Alina.

🌹🌹🌹