NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat

Pewaris Terhebat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Datang sebagai menantu tanpa kekayaan dan kedudukan, Xander hanya dianggap sampah di keluarga istrinya. Hinaan dan perlakuan tidak menyenangkan senantiasa ia dapatkan sepanjang waktu. Selama tiga tahun lamanya ia bertahan di tengah status menantu tidak berguna yang diberikan padanya. Semua itu dilakukan karena Xander sangat mencintai istrinya, Evelyn. Namun, saat Evelyn meminta mengakhiri hubungan pernikahan mereka, ia tidak lagi memiliki alasan untuk tetap tinggal di keluarga Voss. Sebagai seorang pria yang tidak kaya dan juga tidak berkuasa dia terpaksa menuruti perkataan istrinya itu.

Xander dipandang rendah oleh semua orang... Siapa sangka, dia sebenarnya adalah miliarder terselubung...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Siapa dia?

Mason terus tertawa keras, mendekat ke arah Xander yang berdiri diam. Dengan kedua tangannya bertengger di pinggang, Mason menatap pria di hadapannya seperti seorang raja yang memandang rakyat jelata.

"Bagaimana mungkin sampah keluarga Voss itu bisa memasuki gedung ini?" pikirnya, rasa heran bercampur jijik jelas tergambar di wajahnya.

“Bagaimana kau bisa berada di tempat ini? Apa kau sedang mengemis di sini?” tanya Mason dengan suara keras, cukup lantang untuk memastikan orang-orang di sekitar mendengarnya.

Tawa Mason pecah lagi, kali ini lebih keras dan penuh ejekan. Kerumunan mulai terbentuk, orang-orang memperhatikan pertunjukan kecil yang tiba-tiba muncul. Tatapan mereka tertuju pada Xander, seorang pria yang pakaiannya lusuh dan jauh dari kesan mewah yang biasanya menghiasi gedung ini.

“Kau benar-benar membuat gedung ini menjadi sedikit kumuh,” lanjut Mason.

Malam kemarin, Mason masih melihat Xander di Skyline City. Kini, di siang hari yang cerah ini, pria yang sama muncul di Royaltown. Jarak kedua tempat itu cukup jauh, dan Mason tahu pasti bahwa Xander hanya memiliki kendaraan listrik tua yang tidak mungkin bisa membawa seseorang sejauh ini dengan cepat. "Jadi, bagaimana bisa pria seperti dia berada di sini?"

Bisikan-bisikan kecil mulai terdengar dari kerumunan.

"Siapa dia?"

"Apa dia tersesat?"

"Pakaian itu... jelas bukan sesuatu yang biasa terlihat di Phoenix Vanguard."

Xander tetap diam, wajahnya tenang meskipun kerumunan orang mulai mengelilingi mereka. Sorot matanya perlahan memperhatikan keadaan sekitar. Dia tahu persis apa yang Mason coba lakukan—mempermalukannya di hadapan banyak orang. Tapi Xander bukan tipe orang yang bereaksi impulsif.

Dalam satu isyarat, ia bisa memanggil tiga pengawalnya yang kini berdiri tidak jauh darinya. Ketiganya sudah siaga, menunggu perintah untuk bergerak dan mengurus Mason, putra keluarga Dagger yang terlalu berani ini. Bahkan, jika mau, Xander sendiri bisa menghentikan hinaan Mason hanya dalam hitungan detik. Kekuasaan ada di tangannya saat ini.

Namun, Xander memilih untuk menunggu. Dia ingin tahu sejauh mana Mason akan bertindak sebelum semuanya berubah arah.

Dengan gerakan santai, Xander turun dari motornya, lalu melambaikan tangannya ke arah pengawalnya, memberi tanda untuk tidak mendekat.

“Aku datang atas undangan seorang teman,” ujarnya datar.

Mason mendengus, lalu tertawa sinis. “Apa kau tidak pernah bercermin siapa dan apa posisimu saat ini?” katanya dengan nada mencemooh. “Kau hanyalah menantu tidak berguna keluarga Voss. Malam kemarin, mereka resmi mengusirmu dari rumah tanpa memberikan apa pun kecuali penghinaan. Bahkan, istrimu juga memutuskan hubungan denganmu.”

Kerumunan semakin riuh. Bisikan-bisikan berubah menjadi cibiran yang tajam, beberapa orang bahkan mulai tertawa kecil, seolah menikmati drama yang sedang terjadi.

“Lalu bagaimana mungkin kau bisa berada di gedung Phoenix Vanguard saat ini?” lanjut Mason, suaranya semakin keras. “Dan apa yang kau katakan tadi? Kau datang atas undangan seorang? Kau pasti bercanda. Bahkan keluarga terpandang pun tidak bisa begitu saja masuk ke sini tanpa undangan resmi!”

Xander mengepalkan tangannya erat. Emosi bergejolak dalam dirinya, tapi dia menahannya. Tinju yang gatal untuk mendarat di wajah Mason tertahan oleh keinginannya, tapi permainan tidak akan bertambah seru jika ia langsung mengungkapkan siapa dirinya sebenarnya.

Senyum tipis muncul di wajah Xander, dia berkata. “Lalu apa yang kau lakukan di sini, Mason? Mengemis pada Phoenix Vanguard untuk tidak membatalkan kontrak kerja sama keluargamu?”

Tawa Mason tiba-tiba terhenti. Wajahnya berubah tegang, mata penuh kebencian kini menatap Xander dengan tatapan tajam. "Bagaimana mungkin sampah ini tahu?" pikirnya.

Orang-orang di sekitar mereka terdiam, bingung dengan pergantian suasana. Mason menoleh ke kerumunan, berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Namun, wajahnya memerah, dan semburat amarah mulai muncul.

Pikiran Mason melayang kembali ke malam sebelumnya. Sesampainya di rumah, dia langsung menerima tamparan keras dari ayahnya. Keluarga Dagger murka besar karena Phoenix Vanguard membatalkan kontrak kerja sama secara sepihak, dengan alasan bahwa Mason telah menyinggung salah satu anggota keluarga Ashcroft.

Mason bersumpah bahwa dia tidak pernah bertemu keluarga Ashcroft—hal itu hampir mustahil baginya. Tapi ingatannya kembali pada malam itu. Satu-satunya orang yang dia hina dan cemooh hanyalah Xander.

Mason mencoba mengusir pikiran itu, tapi semuanya terasa masuk akal. Kini pria yang dia hina semalam berdiri di depan matanya, di tempat yang seharusnya mustahil dia datangi. Apakah Xander memiliki hubungan dengan Phoenix Vanguard? Apakah mungkin Xander adalah orang yang disebut-sebut keluarga Ashcroft?

Namun, bagaimana mungkin? Xander hanyalah menantu yang diusir dari keluarga Voss, pria tanpa kekuasaan atau kekayaan apa pun.

"Mengemis katamu? Jangan pernah berani menyamakanku denganmu, sampah tak berguna!Aku datang ke tempat ini sebagai perwakilan keluarga Dagger untuk menemui Nona Sophia, direktur utama Phoenix Vanguard. Kami akan membahas proyek kerjasama dalam berbagai bidang bisnis siang ini." Mason terkekeh pelan, menunjuk Xander.

“Wah, itu benar-benar luar biasa.” ucap salah seorang.

“Pria itu sungguh hebat,” bisik salah satu orang di kerumunan.

"Tidak mudah menjalin kerjasama dengan Phoenix Vanguard," tambah yang lain, menatap Mason dengan rasa kagum.

"Tidak sembarang orang bisa bertemu dengan Nona Sophia," suara lainnya bergabung, semakin menambah pujian untuk Mason.

Mason merasa puas, senyum lebar muncul di wajahnya, menikmati perhatian yang didapat. Di satu sisi, kebohongannya memang memberinya sedikit pelarian dari kenyataan yang menegangkan. Tetapi di sisi lain, rasa takut masih menggerogoti hatinya karena belum bisa menemui Sophia. Meskipun demikian, kebohongannya berhasil mengalihkan perhatian dari situasi buruk yang sedang dihadapinya.

Xander yang mendengar semua itu hanya tersenyum mengejek. Tentu saja, semua yang Mason katakan hanyalah kebohongan belaka. Menemui Sophia untuk membicarakan proyek kerjasama? Xander tahu pasti Mason sedang bercanda.Dia adalah pembohong yang tak tahu malu.

"Semoga kau beruntung," Xander berkata pada Mason lagi. Dia kembali menaiki sepeda listriknya, seakan-akan drama ini sudah selesai.

"Hei, apa yang kau lakukan?" teriaknya, tiba-tiba meraih kerah baju Xander dengan tangan kasar. Wajahnya kini dipenuhi rasa percaya diri—dia yakin bahwa orang-orang di sekitar mereka, bahkan penjaga sekalipun, akan berada di pihaknya.

"Aku yakin kau pergi setelah mencuri sesuatu dari tempat ini. Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja!" Mason berteriak dengan senyum mengembang.

"Penjaga!" serunya, dan dalam sekejap dua penjaga yang bertugas di lobi datang mendekat, menuju kerumunan.

"Kau harus memeriksa pria miskin ini sebelum dia meninggalkan tempat ini, Aku takut dia mencuri sesuatu yang berharga. Kau tidak boleh membiarkan dia pergi begitu saja!"

Xander menatap Mason sekilas, lalu kembali turun dari kendaraan listriknya. Dengan gerakan cepat dan kasar, dia menepis tangan Mason yang mencoba menghalanginya, membuat Mason mundur beberapa langkah. Dengan sinis, Xander memberi tanda pada pengawalnya untuk tetap diam di tempat. "Aku tidak mencuri apa pun. Aku datang atas undangan seseorang."

Dua penjaga mendekat dan meminta izin untuk memeriksa Xander. Meski agak jengkel, Xander menuruti permintaan mereka.

Setelah beberapa detik pemeriksaan, salah satu penjaga akhirnya berkata, "Pria ini sama sekali tidak mencuri apa pun, Tuan, Anda tidak bisa menuduh seseorang tanpa bukti."

Mason berdecak jengkel, seolah tak bisa menerima kenyataan bahwa rencananya tidak berjalan mulus. Dia mengabaikan penjaga itu, “Katakan siapa yang mengundangmu," desaknya.

Xander mengepalkan tangannya erat-erat, mulai merasa geram dengan sikap Mason yang terus memancing masalah. “Dia temanku. Dia adalah salah satu pegawal di Phoenix Vanguard. Dia mengatakan bahwa aku bisa bekerja di tempat ini sementara waktu untuk menggantikan pekerjaan seorang pegawai yang sedang mengambil cuti,”

"Bagaimana kau bisa membuktikan bahwa ucapanmu adalah kebenaran?" Mason mencemooh, "Kau adalah pembohong ulung!"

Kerumunan kembali berbisik, semakin banyak yang berbicara tentang Xander. Mason merasakan kepuasan melihat pria itu dipermalukan. Semua amarah dan rasa kesal terhadap keluarganya seakan terobati, meskipun sesungguhnya dia tahu ini hanya untuk sementara.

Xander tak ingin terjebak lebih jauh dalam permainan Mason. Dengan santai, ia mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Aku akan menghubungi temanku."

Xander mundur, menjauh dari kerumunan, lalu segera menghubungi Sophia.

Di dalam ruang kantornya yang Sophia mendadak gugup begitu mendengar nada dering ponselnya, sebuah panggilan yang tak terduga. Begitu melihat nama yang tertera, jantungnya langsung berdegup kencang.

Dengan cepat, ia mengangkat ponsel dan menyapanya. "Tu-tuan Alexander, apa yang bisa aku lakukan untukmu?"

"Mason dari keluarga Dagger kembali membuat masalah denganku. Segera katakan pada kepala keluarga Dagger bahwa Mason kembali menyinggung salah satu keluarga Ashcroft. Jika dia tidak meminta maaf dalam waktu kurang dari satu minggu, maka keluarga Dagger akan masuk daftar hitam keluarga yang tidak boleh bekerja sama dengan seluruh perusahaan yang berada dalam naungan keluarga Ashcroft."

Sophia menelan salivanya, jantungnya makin berdebar saat mendengarnya.“Aku mengerti, Tuan,” jawabnya.

"Tunggu, satu hal lagi," lanjut Xander, "Segera kirimkan bawahanmu ke tempat parkir untuk menjelaskan bahwa kedatanganku ke tempat ini adalah untuk menggantikan seorang pekerja yang sedang cuti."

“Aku akan melakukannya secepatnya, Tuan," Sophia tersenyum sesaat, lalu setelah itu, dia langsung menghubungi bawahannya. Wajahnya sedikit memerah, bayangan Xander yang selalu menghantuinya semakin mendalam di benaknya.

Setelah beberapa saat, Xander memutuskan panggilan telepon dan kembali mendekati kerumunan yang masih berkumpul.

"Alasan apa yang akan kau berikan pada orang-orang?" tanyanya, terkekeh sambil menatap Xander.

Namun, sebelum Xander sempat menjawab, seorang wanita tiba-tiba muncul dari arah pintu lobi. Wanita itu berjalan mendekati Xander dan memberi penegasan atas penjelasan Xander mengenai kedatangannya ke tempat ini.

Mason terkejut dan tampak marah. “Kau pasti salah. Sampah ini tidak mungkin memiliki teman ataupun kenalan di Phoenix Vanguard. Dia hanya menantu tidak berguna yang sudah terusir dari keluarga Voss.”

Mason, yang semakin gelisah, tiba-tiba meraih ponselnya yang ada di saku jasnya. Ponsel itu bergetar. Begitu ia melihat nama ayahnya tertera di layar, wajahnya seketika berubah pucat pasi. Dia tahu pasti ayahnya akan marah besar karena gagal meminta maaf dan gagal bertemu dengan Sophia, seperti yang diperintahkan.

“Ah, sial!” Mason hampir tak bisa menahan amarahnya. “Aku harus pergi,” katanya tergesa-gesa. Ia melangkah ke mobilnya dan memerintahkan sopir untuk segera meninggalkan gedung Phoenix Vanguard.

Tangan Mason bergetar hebat, dan wajahnya masih pucat saat mobil melaju menjauh dari gedung tersebut. Dia hanya memandangi ponselnya yang terus bergetar, ragu untuk menjawab panggilan ayahnya.

Setelah Mason pergi, Xander melanjutkan perjalanannya keluar dari gedung Phoenix Vanguard. Saat melewati pintu gerbang, tanpa sengaja ia berpapasan dengan sebuah mobil yang datang dari arah berlawanan. Di balik jendela mobil, ada seorang wanita yang duduk di kursi belakang yang sempat bertatapan dengannya.

Namun, ia segera memutuskan untuk mengabaikannya. Bukan waktunya untuk berpikir tentang hal itu. Xander terus mengayuh sepeda listriknya, bergerak menjelajahi Royaltown di siang hari, melintasi jalan-jalan utama dan juga sudut-sudut kumuh yang jarang dilalui.

Tiba-tiba, dari kejauhan, Xander melihat keributan di sisi jalan. Sebuah perkelahian tak seimbang terjadi. Seorang pria tampak kewalahan, melawan empat pria yang menyerangnya dengan brutal. Xander langsung memperlambat laju sepedanya dan menepikan kendaraan ke sisi jalan.

"Hei!" Xander berteriak, bergegas mendekat untuk mencoba membantu.

1
Was pray
keluarga voss keluarga yg terlalu menuhankan harta, sehingga rela menjadi anjing asal dpt harta
Was pray
cinta buta xander pd evelyn akan merendahkan martabat keluarga besarnya,bagaimana mau dpt cinta sejati dan tulus jika penampilan xander saja masih menunjukan dia anak orang kaya, dan sikap balas dendam dg cara menunjukan prestasi lebih elegan dan terhormat dimata org yg pernah merendahkannya,cari wanita yg lebih segalanya dari evelyn itu lebih bermartabat daripada balikan sama evelyn yg telah mencampakkanya
Was pray
xander terlalu ceroboh dlm bertindak, mau menyembunyikan identitas tapi ceroboh dlm bertindak
Was pray
xander terlalu PD, dua arti PD percaya diri dan pekok Dewe( bodoh sekali)
Anton Lutfiprayoga
up
Anton Lutfiprayoga
up...👌👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!