Shanum adalah seorang gadis desa yang di besarkan di keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai seorang OB di sebuah perusahaan terbesar di kota Metropolitan. Karena kecerdasan yang di miliki Shanum ia selalu mendapatkan beasiswa hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayang semua yang ia dapat tidaklah cuma-cuma. Di balik Beasiswa yang di dapat Shanum ternyata ada niat terselubung dari sang Donatur. Yaitu ingin menjodohkan sang Putra dengan Shanum padahal Putranya sudah memiliki Istri. Apakah Shanum bersiap menerima perjodohan itu! Dan Apakah Shanum akan bahagia jika dia di poligami??? Ikuti terus ceritanya.... Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Sementara itu, setelah kepergian Bundanya, Shanum pun beranjak dari kamar untuk mencari angin di teras rumah. Rasa sesak yang mengganjal di hatinya membutuhkan udara segar untuk menetralkan perasaannya. Shanum duduk termenung di teras rumah. Dia berusaha mencerna percakapannya dengan Bunda Lasmi tentang pernikahan yang diaturkan untuknya. Hatinya campur aduk antara kekhawatiran dan bimbang atas keputusan yang akan ia ambil nantinya.
Dalam hati, Shanum berdoa agar segala keputusan yang diambil akan membawa kebaikan bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Dia merenungkan betapa pentingnya menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab dan kesabaran, meskipun jalan yang harus dilaluinya tidak selalu mudah.
Dengan langkah lembut, Shanum memasuki kamar kecilnya. Dia merapikan selimut dan bantal sebelum akhirnya berbaring di tempat tidur. Pikirannya masih dipenuhi dengan berbagai pertimbangan dan harapan akan masa depan yang belum terungkap sepenuhnya.
Di tengah malam yang sunyi, Shanum terus merenungkan segala yang terjadi dalam hidupnya. Dia mencoba untuk menerima dengan lapang dada segala keputusan yang akan diambil nantinya, sambil mencoba mempertahankan keyakinannya. Sesekali ia melihat keluar jendela dan membiarkan angin malam menyentuh wajahnya, memberikan sedikit ketenangan di tengah kegelisahan yang melanda pikirannya. Pukul dua belas dini hari Shanum baru bisa memejamkan mata.
Shanum beranjak keluar dari kamar setelah melaksanakan sholat subuh. Dan langsung menuju ke dapur. Dengan telaten Shanum memasak untuk sarapan keluarga kecilnya. Shanum mulai meracik bumbu untuk membuat nasi goreng.
"Assalamu'alaikum, " terdengar suara Lasmi menyapa Putrinya yang sedang sibuk dengan aktivitasnya.
"Wa'alaikumsalam Bunda. " jawab Shanum dengan senyum ramahnya.
"Kamu jam segini kok sudah di dapur ndok? " tanya Lasmi ketika melihat Shanum yang sedang sibuk dengan masakannya.
"Iya bun tadi habis sholat subuh aku langsung ke sini. "
"Bagaimana tidurnya tadi malam? " tanya Lasmi yang melihat lingkaran hitam di bawah mata Shanum. "Pasti kamu tidak bisa tidur ya? " tanya Lasmi sambil mengelus lengan Shanum.
Shanum hanya tersenyum mengangguk, tandanya ia membenarkan ucapan Lasmi. Shanum tidak bisa berbohong pada Bu Lasmi, karena Bu Lasmi faham dengan sifat Shanum.
"Maaf, Bun hari ini Shanum tidak bisa bantu ibu jualan nasi, karena hari ini adalah hari pertama Shanum masuk kerja. Jadi Shanum akan berangkat lebih awal. "
"Gak apa-apa ndok, kamu siap-siap aja dulu sana gih. Biar semuanya Bunda yang beresin. " perintah Lasmi
Pagi ini terasa begitu berwarna bagi Shanum. Pagi-pagi sekali Shanum sudah bersiap-siap untuk pergi ke Rumah Sakit. Karena ia tidak ingin terlambat di hari pertamanya bekerja.
"Kamu sudah siap Num, " tanya Rihana menghampiri Shanum.
"Sudah mbak. " ucap Shanum yang sedang duduk di teras Rumah sambil menunggu Rihana menjemputnya.
"Ayo kita berangkat, hari ini ke Rumah Sakitnya pake taxi online aja ya Num, motor mbak lagi di bengkel. Tadi malam tiba-tiba mogok. " ujar Rihana cengar-cengir.
"Gak papa kok mbak, aku yang gak enk sama mbak, bisanya cuma nebeng. " ungkap Shanum yang tak enak hati.
Shanum dan Rihana segera berangkat ketika taxi pesanan mereka tiba. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, karena jalanan sudah mulai tampak macet. Karena waktu di mana semua orang sedang berlomba-lomba untuk cepat sampai di tempat mereka mengais rezeki demi kelangsungan hidupnya.
Taxi online yang di tumpangi Shanum dan Rihana akhirnya sampai di Rumah Sakit. Setelah membayar taxi online tersebut. Mereka turun dari taksi dan berjalan menuju gedung yang ada di hadapannya. Shanum memandang gedung megah dengan penuh rasa kagum. Bekerja di Rumah Sakit ini merupakan impiannya. Rumah Sakit tempatnya bekerja merupakan Rumah Sakit terbesar dan terbaik yang ada di kota ini. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Shanum dan Rihana berjalan menuju ke tempat tugas masing-masing. Shanum yang di tugaskan di Ruang UGD langsung menuju ke Ruang UGD. Sedangkan Rihana yang seorang Asisten Dokter langsung masuk keruangannya.
Karena Shanum yang sengaja berangkat begitu pagi sehingga suasana Rumah sakit masih terlihat sepi. Yang ada hanya para pekerja Shift malam yang akan berakhir jam kerjanya. Shanum ingin langsung masuk merasa sungkan karena pegawai yang lain masih belum datang.
Shanum pun memilih untuk menunggu di ruang tunggu, saat baru akan duduk tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya.
"Kamu pegawai baru yang ada di Rumah sakit ini ya. Tanya seorang wanita mendekati Shanum.
" Iya mbak, "Jawab Shanum. Saat Shanum menoleh ke arah orang yang menyapanya. Ia cukup terkejut saat melihat wanita yang berada di depannya. " Mbak Lia, " teriak Shanum.
"Lho ternyata kamu Num, aku pikir siapa tadi, kamu ngapain disini? " ucap Lia antusias.
"Aku keterima kerja di sini mbak, kemarin aku lulus tes wawancara dan hari ini adalah hari pertamaku bekerja. "terang Shanum.
" Alhamdulillah, kalo gitu berarti kita satu Shift dong. Ya udah kalo gitu ayo masuk. " ajak Lia.
*****
PROV Shanum
Hari ini adalah hari pertama aku bekerja di rumah sakit ini. Baru pertama kali masuk, aku sudah di suguhan banyaknya pasien yang masuk UGD. terutama pasien anak-anak. Jadi pekerjaan ku lumayan padat, kebetulan aku di tempatkan di bagian UGD, banyaknya spasien yang masuk, karena memang lagi musim DBD.
Aku pulang pukul sembilan malam, aku pun segera memesan taxi online.
"Nunggu taxi Num, "tanya mbak Lia yang sudah ada di depan kemudi, ku anggukkan kepala.
"Masuk aku antar pulang yuk. "
"Gak usah mbak, aku udah pesan taxi online kok. "
"Udah gak usah nolak deh! "
Aku pun tak bisa menolaknya. Akhirnya mbak Lia mengantarkan ku pulang dengan mobil Avanza yang baru saja dia lunas dari kredit.
Di perjalanan pulang kami bercerita banyak hal, tak terkecuali tentang lamaran ku yang akan di jadikan istri ke dua. Mbak Lia tersulut emosi ketika aku akan di poligami.
"Shanum kalo kamu gak kuat gak usah di paksa ya, mbak gak mau kamu tersiksa. " Pesan Mbak Lia sebelum ia pergi.
"Tenang aja mbak. " jawab ku tersenyum.
Pukul sepuluh aku sampai di rumah, suasana rumah terlihat begitu sepi. Dan aku yakin pasti Ayah dan kedua adik ku sudah berada di alam mimpi mereka masing-masing.
"Assalamu'alaikum, "
"Wa'alaikumsalam, "Bunda membukakan pintu untuk ku.
" lho Bun kok belum tidur? "Tanya ku setelah Bunda menutup pintu.
" Iya ndok, Bunda lagi nonton TV sambil nungguin kamu pulang, takutnya nanti kalo Bunda ketiduran tidak ada yang bukain pintu buat kamu. "
"Bunda gak usah terlalu di porsir tenaganya, kasihan Bunda kalo kecapean. Lagian aku juga mau dah bawa kunci serep kok. " aku sedikit mengkhawatirkan kondisi Bunda. Karena menang usianya yang sudah semakin tua.
"Nggak kok ndok. Nanti kalo Bunda sakit kan ada kamu yang siap ngobatin. " jawab Bunda Sambil tersenyum.
"Bunda Bisa aja. " jawab ku dengan nada manja sambil menggandeng lengan Bunda kami masuk ke dalam rumah.
"Makan dulu ndok, Bunda panasin dulu ya makanannya. "Tawar Bunda.
"Iya Bun, tapi aku bersih-bersih dulu ya, badan ku rasanya gerah banget. " Aku pun segera masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dapur, untuk membersihkan diri. Dan menggantikan pakaian ku dengan daster tidur.
" Hari pertama kamu bekerja gimana ndok? Lancar? " tanya Bunda yang sedang menemani ku makan malam.
"Alhamdulillah lancar Bun. " jawab ku, aku makan begitu lahap karena kerjaan Hari ini cukup menguras tenaga. tadi juga di Rumah sakit aku benar-benar tidak sempat makan saking banyaknya pasien.
Selesai makan langsung ku kemasi bekas makanku, kemudian aku pamit ke kamar. Rasanya sudah tak sabar ingin merebahkan tubuhku di atas kasur.
"Bun aku mau kekamar dulu ya. Udah ngantuk banget nih, soalnya besok harus berangkat pagi. " pamitku.