Rendra bisa menempuh pendidikan kedokteran lewat jalur beasiswa. Di kampus dia diremehkan karena miskin dan culun. Tak jarang Rendra bahkan dibully.
Namun dibalik itu semua, Rendra adalah orang yang jenius. Di usianya yang masih 22 tahun, dia sudah bisa menghafal berbagai jenis anatomi manusia dan buku tebal tentang ilmu bedah. Gilanya Rendra juga piawai mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Akibat kejeniusannya, seseorang menawarkan Rendra untuk menjadi dokter di sebuah rumah bordil. Di sana dia mengobati wanita malam, pecandu, orang yang tertusuk atau tertembak, dan lain-lain. Masalah besar muncul ketika Rendra tak sengaja berurusan dengan seorang ketua mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 - Tukang Adu
Rendra berusaha tenang sebisa mungkin. Itu dia lakukan agar tangannya tidak gemetaran. Karena jika gemetar, maka akan membuat satu kesalahan kecil.
Dengan bantuan Gilang serta perawat berpengalaman, Rendra berusaha mencari titik rusak aorta. Semuanya tentu tidak bisa dilakukan dengan mudah. Rendra juga harus berhati-hati karena letak pembuluh aorta sangat dekat dengan jantung.
Kulit pasien bernama Suherman Damarwangsa itu terlihat terbuka dan menampakkan darah serta organ-organ tubuh. Jantung juga terpampang nyata di sana, berdetak-detak bak benda hidup.
Setelah mencari dengan hati-hati, akhirnya Rendra berhasil menemukan kerusakannya.
Pyar!
Darah mendadak muncrat tak terkendali. Hingga membasahi wajah dan pakaian Rendra.
"Aaarkh!" Vino, Elena, dan Gilang reflek berteriak. Meski sudah beberapa kali melihat operasi, ini adalah operasi paling menegangkan yang mereka alami. Mengingat orang yang memimpin operasi bukanlah seorang spesialis.
"Sial! Apa yang kau lakukan?! Kau ini bisa atau tidak?!" timpal Vino, mengomeli Rendra.
Rendra hanya diam. Ia memilih fokus dan mengabaikan Vino.
"Aku kira kau bisa, ternyata tidak! Sebaiknya aku hubungi dokter spesialis bedah. Mungkin ada beberapa dari mereka yang sudah selesai operasi!" kata Vino sembari melangkah keluar dari ruang operasi.
Bertepatan dengan itu, Rendra melakukan pengangkatan bagian aorta yang rusak. Perawat Dina yang paham, sigap menyodorkan katup buatan pada Rendra.
Gilang dan Elena yang tadinya panik, langsung terdiam. Meski operasi belum sepenuhnya berhasil, namun tindakan Rendra sekarang sudah berada di tahap 50% akan berhasil.
...***...
Saat keluar ruang operasi, Vino disambut oleh beberapa pria berbadan kekar yang langsung menghampirinya.
Sontak Vino kaget. Para pria itu terkesan seperti ingin menghajarnya.
"Bagaimana keadaan bos kami, Dok?" tanya salah satu pria yang rambutnya tampak dikuncir kuda. Ia sering disapa Ibar.
"Bbb-bos?" Vino tergagap. Dia sempat linglung. Namun segera menyimpulkan kalau pasien yang sedang di operasi Rendra kemungkinan adalah bos segerombolan pria ini.
"Iya! Namanya Suherman Damarwangsa!" ujar Ibar.
"Em... A-anu. Bos kalian masih menjalani operasi. Jadi ditunggu saja," ungkap Vino ciut.
"Lalu kenapa kau keluar, Dok?" tanya Jamal, si pria bertubuh paling besar.
"Tidak apa-apa. Karena aku bukan dokter yang bertugas mengoperasi. Ya sudah. Permisi!" Karena takut, Vino bergegas beranjak pergi. Para bawahan Suherman kini hanya bisa menatap heran pada punggungnya yang kian menjauh.
Vino berlari ke ruang operasi yang lain. Dimana dia akan bertemu dengan dokter spesialis bedah di sana.
Kebetulan sekali operasi sudah selesai. Dokter yang memimpin operasi di ruangan tersebut adalah Dokter Hakim.
Vino menghampiri Dokter Hakim dengan nafas ngos-ngosan. Dokter Hakim lantas mengerutkan dahi heran.
"Kau kenapa?" tanya Dokter Hakim.
"Anu... Itu, Dok. Ada dokter koas yang nekat mengoperasi pasien!" ungkap Vino mengadu.
"Apa?! Dimana mereka?" Dokter terlihat kaget sekali. Ia bergegas melepas jubah operasinya.
"Di ruang operasi paling ujung, Dok!" kata Vino sambil menunjuk ke arah yang dirinya maksud.
Tanpa basa-basi, Dokter Hakim pergi ke ruang operasi yang disebut Vino. Sedangkan Vino ikut berlari dari belakang.
"Bagaimana ini bisa terjadi, hah?!" tanya Dokter Hakim cemas.
"Tadi dokter spesialis sibuk semua! Jadi dokter koas itu nekat melakukan operasi. Aku mengenalnya, dia memang sok pintar. Namanya Rendra!" jawab Vino. Ia menyamakan langkahnya dengan Dokter Hakim.
maaf thor,apa beneran umur mister man dan rendra gak beda jauh 🤭mister man kan pria paruh baya