Awal mulanya gadis desa datang ke kota untuk bekerja, siapa sangka dia akan berminat melanjutkan pendidikan di kampus islami karena sering ikut dengan kedua sepupu kembarnya ke kampus, bahkan dikira dia mahasiswi pindahan dari luar kota padahal baru tamat SMK di desa. Cinta gadis tersebut harus Pupus karena cintanya harus terpatahkan oleh takdirnya.
Penasaran dengan kisah Cita dan Cinta dari gadis desa tersebut? ayuks simak ceritanya hanya di noveltoon, jangan lupa like, kritik dan sarannya readers kuuuuu ◇◇♡♡♡◇◇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IYP 19
_happy reading_
Setibanya di kos, Nurul mendapat pesan dari kekasihnya. "[Baru pulang ini sayang, lelahnya]" pesan dari Dirman diterima, Nurul tersenyum senang.
Dia sudah sampai kos hanya belum masuk dalam kamar. Nurul justru singgah di ruang tamu yang berbentuk teras. Dia duduk di kursi panjang yang tersedia buat tamu.
"[Iya sayang, semangat kerjanya. Tapi jangan lupa skripsinya juga apalagi mau KKN]" ujar Nurul mengingatkan.
***
Kehidupan Dirman selama ini seputar mengajar dan mengajar. Dia sudah mengajukan judul untuk skripsi hanya selalu ditolak. Dia juga mulai bersikap cuek pada Nurul ~ kekasihnya.
Di dalam kamar sendirian, Dirman uring-uringan karena tugasnya belum kelar. Tapi dia memang jarang mau mengeluh pada siapa pun. Sakit pun dia tetap menyibukkan diri.
"Kamu kenapa bro?" Tanya Rahman ketika melihat sahabatnya pusing apalagi sampai menjambak rambutnya ~ frustasi.
"Eh, sejak kapan masuk kamar saya?" Bukannya menjawab, Dirman malah balik bertanya. Rahman masuk lalu duduk di atas kasur.
"Eh Bro, sejak tadi pintu kamar kamu ke buka, aku juga baru-baru kok masuknya. Emang ada apa sih?" Tanya Rahman penasaran.
"Pusing dengan judulku, belum juga keterima. Belum lagi laporan, belum selesai ku buat. Mengajar juga di pelayaran masih butuh banyak belajar." Keluh Dirman pada sabahatnya.
Tidak biasanya Dirman mengeluh tentang materi karena dia termasuk cerdas di bidang matematika. Hanya saja saat ini semua terkendala bersamaan sehingga membuatnya sakit kepala.
"Lah, kan kamu punya pacar, kenapa gak tanya saja padanya? Maksudku, sempat dia bisa bantu kerja tugas kamu sedikit-sedikit." Jawab Rahman enteng.
"Aw, kenapa kepalaku di tampol?" Tanyanya sambil meringis, Rahman memegangi kepala yang ditampol Dirman dadakan.
"Kamu bukan kasih solusi tapi bikin makin pusing." Ujar Dirman jujur. Pantang bagi Dirman minta bantuan kepada perempuan soal materi pelajaran, apalagi curhat! Big No.
Rahman hanya menghela nafas berat, dia bergumam dalam hati. "Tadi minta solusi sekalinya sudah dikasih malah bilang bikin pusing."
"Ya sudah terserah kamu saja, atau perlahan kamu kerjakan satu persatu. Memang kalau semuanya langsung diborong pasti akan bikin pusing." Celetuk Rahman setelahnya.
Dirman yang mendengar ucapan Rahman langsung menatapnya. "Iya lah, aku juga mengerjakannya dengan perlahan. Aish, sudahlah, kamu gak bakal ngerti." Ujar Dirman kesal.
"Okey." Ujar Rahman keluar dari kamar Dirman dengan perasaan kesal. "Sudahlah, biarkan saja." Gerutunya melangkah menuju kamarnya. "Ya jadi lupa kan mau pinjam flashdisk." Sambungnya sambil menepuk dahinya.
Rahman akhirnya meminjamnya di kamar lain. Dia melangkahkan kaki untuk turun ke lantai satu. "Pinjam flashdisk adakah?" Tanya Rahman asal masuk di kamar cewek.
"Eh, ada senior." Celetuk Rahman sambil nyengir kuda. Dia sudah di depan pintu karena memang pintu kamarnya terbuka lebar.
"Kamu ini, asal masuk kamar cewek saja Rahman." Sahut Helmi. Dia datang untuk menanyakan tentang tugas kuliahnya pada temannya.
"Nih." Ujar teman Helmi menyerahkan flashdisk putih pada Rahman. "Jangan lupa kembalikan ya!" Peringatnya.
"Siap senior." Ujar Rahman lalu pamit keluar menuju kamarnya. Saat lewat di depan kamar Dirman, Rahman mendengar Dirman sedang menerima telepon.
"Sama siapa tuh dia teleponan, semoga sama Nurul." Gumamnya dalam hati, lalu pergi menuju kamarnya dengan cepat. Tugasnya masih menunggu.
***
"[Halo, ada apa?]" Tanya Dirman cuek mengangkan panggilan dari Nurul.
"[Kok tanyanya gitu! Apa kabar sayang?]" Tanya Nurul tetap lembut, dia sudah biasa dengan sikap dan tutur kata Dirman yang memang judes seperti itu.
"[Lagi pusing ini, mau bantu ya?]" Tanyanya berusaha meredam emosinya. "Gak seharusnya aku melampiaskan emosiku padanya." Gumamnya dalam hati.
"[Emang apa yang bisa aku bantu? Disitu kan lebih senior sayang]" ujarnya lagi, seolah menolak permintaan Dirman.
"[Aku hanya bercanda sayang, kamu menelfon saja sudah dapat menjadi penyemangatku]" ucapnya menggombal. Nurul tertawa ringan di seberang sana. Dirman pun tersenyum saat mendengarnya.
"[Serius juga gak apa-apa sayang, aku akan bantu sebisaku]" jawab Nurul tulus. Dia ingin membantu tapi hanya bisa memberikan semangat pada kekasihnya.
"[Aku akan kerjakan sendiri]" ujarnya kemudian setelah cukup lama diam. "[Bagaimana liburannya? Jangan lupa oleh-olehnya]" sambungnya mengalihkan pembicaraan.
"[Oleh-oleh apa ya? Aku kan gak pulang ke kampungku sendiri, disini hanya di rumah keluarga]" ujar Nurul memberikan pemahaman pada Dirman.
"[Nurul selamat sampai kosnya, supaya saya bisa bertemu lagi]" ujarnya menggombal, Nurul tertawa di seberang sana. "[Kenapa ketawa sayang?]" Tanyanya.
"[Lucu saja kalau sayangku menggombal]" ujarnya jujur. Nurul sedang berlibur di kampung Q, disana adalah kampung kak Mila dan kak Mita.
"[Salam buat kembar]" ucapnya menghentikan tawa ringan Nurul.
"[Untuk apa?]" Tanyanya penasaran.
"[Salam teman, emang boleh kalau salam rindu?]" Tanyanya serius. Nurul pura-pura tersenyum meski dalam hatinya cemburu.
"[Boleh saja, biar kak Dirman dihantam sama kedua pacar sepupuku]" jelas Nurul dan Dirman yang sekarang tertawa di seberang sana.
"[Okey sayang, aku harus melanjutkan pekerjaanku dulu ya!]" Pamit Dirman pada kekasihnya. Nurul hanya menyetujui saja lalu panggilan terputus.
Liburan telah usai, kini saatnya kembali beraktifitas seperti semula. Selama libur, Dirman telah menyelesaikan laporan PPLnya, bahkan sudah dikumpul.
Pekerjaan di sekolah pelayaran pun telah selesai, dia dapat melakukan dengan baik. Judul skripsinya juga sudah di setujui oleh ketua program studi pendidikan matematika.
"Alhamdulillah semua kelar, kini saatnya pulang kampung sebelum KKN." Ujarnya bersiap untuk pulang, dia memasukkan beberapa lembar pakaiannya untuk dibawa pulang.
Meski hanya beberapa hari Dirman di rumah atau di kampung O. Tapi rasa rindu pada bapak dan keluarganya telah terobati. Dirman adalah anak ke enam dari tujuh bersaudara.
"Gak terasa di kampung hanya sebentar sekarang sudah di kota P lagi." Gumamnya sambil membuka kunci pintu kamar kosnya. Dia masuk lalu merebahkan diri untuk sejenak beristirahat.
Saat sedang bersantai Dirman menerima telepon dari Yusuf. "Ada apa Yusuf menelfonku!" Gumamnya lalu mengangkat panggilan, karena memang ponselnya dia letakkan di samping kasurnya.
"[Halo Yusuf, ada apa?]" Tanyanya langsung.
"[Dimana bro?]" Tanya Yusuf kembali, Dirman menghela nafas berat, dia baru saja tiba, lelah masih menyelimutinya.
"[Di kos, baru tiba dari kampung. Ada apa? Tumben]" ujarnya lagi.
"[Ayo mendaki, hari Ahad. Ajak juga kekasihmu]" ucap Yusuf serius. Dirman yang mendengar langsung duduk.
"Mendaki, mengajak pacar? Apa Nurul mau?" Pikirnya sambil terdiam.
"[Dirman, kamu masih disana kan? Masih hidup kan?]" Tanya suara di seberang sana, siapa lagi kalau bukan Rahman.
"[Aish, Rahman, kenapa kamu sama Yusuf? Mana yang punya ponsel?]" Tanyanya kesal.
"[He-he-he Yusuf ke kamar mandi senior]" jawab Rahman sambil cengengesan. "[Ayo lah kita mendaki, ini khusus kita-kita saja kok. Tapi ajak pasangan masing-masing. Nanti pergi pagi, sore dah pulang kembali kok]" ujarnya merayu.
...----------------...
Terima Kasih Sudah Mampir ♥︎♡♥︎
Terima kasih yang sudah berkenan membaca, memberi like, komen, mendukung dengan subscribe, vote, dan bintang limanya, dilengkapi dengan hadiah-hadiahnya.
Sehat selalu yaaa teman-teman, semoga lancar rezekinya. /Pray/ Dukung terus karya Hani.