"Dua kali lipat usaha, sepuluh kali lipat keuntungan!"
"Kamu sudah ketinggalan zaman. Angkatan Laut baru saja memperbarui sistem mereka ke 200 kali lipat!"
"Apa?! Jadi kalau kru bekerja dua kali lebih keras, kaptennya mendapat keuntungan sepuluh kali lipat?"
"Tidak masalah! Seperti yang kita semua tahu, Sistem Kapten adalah sistem terbaik, dan aku—Lion D Andi—juga kapten yang hebat!"
---
Andi terbangun di dunia bajak laut dan tanpa sengaja membangkitkan Sistem Kapten. Dengan sistem ini, usaha para krunya berlipat ganda, sementara keuntungannya melesat hingga ke langit!
Dari perairan Lautan Timur hingga Samudra Dunia Baru...
Dari seorang Pahlawan hingga menjadi Raja Bajak Laut
Dari buronan dengan hadiah 8 juta hingga menjadi legenda bernilai 10 miliar Bailey...
Saat Andi menoleh ke belakang, lautan telah dipenuhi mayat para bajak laut. Dan di sisinya, berdiri kru yang telah menjadi legenda:
Thief Cat, Shura, Black Foot, Dan Lain - lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Kekalahan Kapten Kuro
Hanya suara deru ombak dan jeritan sisa-sisa pertarungan yang terdengar di udara.
Anggota Bajak Laut Kucing Hitam yang masih bertahan mulai kehilangan harapan.
Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana rekan-rekan mereka roboh satu per satu tanpa sempat melawan.
Mayat-mayat berserakan di dek, darah mengalir di antara papan kayu kapal yang kini diwarnai merah pekat.
Sebagian dari mereka mulai kehilangan akal sehat, Mereka memilih mundur, bahkan ada yang nekat melompat ke laut demi menyelamatkan diri.
“Sam, pergi dari sini!” teriak salah satu bajak laut dengan wajah pucat.
“Kapten sudah mengeluarkan jurus itu… ini sudah ladangnya! Tak ada yang bisa selamat!”
“Kalau tetap di sini, kita hanya akan jadi mangsa cakarnya!”
Namun, bahkan sebelum mereka bisa berlari lebih jauh, suara tajam membelah udara.
SWOOSH!
Darah muncrat dari bahu seorang bajak laut yang baru saja mencoba kabur. Dia meringis kesakitan, tangannya refleks menutupi luka yang dalam itu. Nafasnya memburu, wajahnya dipenuhi ketakutan yang tak mampu ia sembunyikan.
Teknik ‘Sendok’ milik Kuro bukan hanya cepat—tetapi mematikan.
Di dek, pemandangan mengerikan tersaji.
Tubuh-tubuh berserakan, beberapa terpenggal, yang lain tertancap oleh luka fatal. Bau anyir darah memenuhi udara, bercampur dengan aroma garam dari lautan. Dalam sepuluh detik—tidak ada yang tersisa di geladak kapal.
Kecuali satu orang.
Andi.
Dia berdiri tegak di tengah lautan mayat, tanpa sedikit pun ekspresi gentar di wajahnya.
Di hadapannya, Kuro, sang kapten Bajak Laut Kucing Hitam, berdiri dengan cakar yang meneteskan darah, Sorot matanya tajam, penuh keganasan, namun juga diselimuti oleh gairah bertarung yang membara.
“Begitu teknik ini diaktifkan, aku hanya bisa mengontrol arahnya.” Kuro berbicara, suaranya bergema di udara yang mencekam. “Tapi siapa yang akan mati? Itu hanya soal keberuntungan saja.”
Aura haus darahnya menekan udara, membuat suasana semakin menyesakkan.
Namun, Andi tetap tenang.
Matanya yang tajam mengikuti pergerakan Kuro, menganalisis setiap langkahnya, setiap tarikan napasnya.
Perlahan, dia mulai menangkap pola dari serangan Kuro.
Dia menarik napas.
Lalu, dia tersenyum tipis.
“Aku ingin merekrutmu, Kuro. Jadilah tangan kananku.”
Kuro terhenti.
Mata pria itu melebar dalam keterkejutan.
Hening.
Lalu
Tawa dingin terdengar dari mulutnya.
“Jangan bercanda!” suara Kuro kini lebih tajam, penuh amarah. “Kau dalam posisi yang tidak menguntungkan, dan masih sempat memikirkan hal semacam itu?!”
Tanpa membuang waktu, dia melesat maju.
Cakarnya terbuka lebar, mengincar leher Andi dengan satu tebasan maut.
Bagi Kuro, kemenangan ini sudah mutlak, Dia bisa membayangkan tubuh Andi terbelah, darah menyembur ke udara, dan nyawa pria itu lenyap dalam sekejap.
Namun
KLANG!!!
Sebuah dentuman keras menggema.
Tubuh Kuro mendadak terhenti di udara.
Matanya melebar.
Dada terasa sesak, seolah palu raksasa menghantamnya. Udara sulit masuk ke paru-parunya.
Dia terbatuk.
Begitu penglihatannya kembali fokus, dia terkejut bukan main.
Pedang Andi… tertancap di dadanya.
Darah mengalir dari luka itu, membuat bajunya basah, Rasa sakit menjalar seketika ke seluruh tubuhnya.
Dia membuka mulut, tetapi hanya suara serak yang keluar.
“Ka… kau bisa melihatnya…?!”
Suaranya gemetar, Bukan karena takut tetapi karena tidak percaya.
Tidak ada yang bisa melihat teknik ‘Sendok’ nya dan Tidak yang bisa bereaksi terhadap kecepatannya tekniknya semalam ini.
Namun Andi berhasil
Dia menatap Kuro ekspresinya tetap tenang, lali dengan nada datar dia menjawab
"Ya aku bisa melihat pergerakan mu Kuro"