NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kedua Om Komandan

Menjadi Istri Kedua Om Komandan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Adinda Aisyah Zakirah adalah gadis berusia 19 tahun.

"Kakak Adinda menikahlah dengan papaku,"

tak ada angin tak ada hujan permintaan dari anak SMA yang kerapkali membeli barang jualannya membuatnya kebingungan sekaligus ingin tertawa karena menganggap itu adalah sebuah lelucon.

Tetapi, Kejadian yang tak terduga mengharuskannya mempertimbangkan permintaan Nadhira untuk menikah dengan papanya yang berusia 40 tahun.

Adinda dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Apakah Adinda menerima dengan mudah lamarannya ataukah Adinda akan menolak mentah-mentah keinginannya Nadhira untuk menikah dengan papanya yang seorang duda itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 13

Malam harinya, Adinda duduk di teras rumah warga yang dipilih sebagai rumah mereka untuk beberapa hari kedepan selama di desa tersebut.

Suara hewan yang khusus berkeliaran di malam hari seperti jangkrik, suara burung hantu, burung gagak serta suara anjing menggonggong membuat suasana kampung itu sedikit menyeramkan. Tetapi tidak menyurutkan semangat Adinda untuk menikmati malam hari yang begitu indah.

Adinda menatap ke arah langit yang terdapat bulan purnama dan bertaburan bintang-bintang yang semakin mempercantik indahnya malam ini.

Baruna datang membawa sepiring gorengan dan dua buah minuman wedang jahe. Baruna menyimpan nampang tersebut ke atas meja kemudian memakaikan baju hangat untuk Adinda.

“Kamu gak dingin berlama-lama di luar tanpa memakai jaket? hemph!”

Adinda tersenyum karena diperhatikan oleh pria yang berstatus sebagai suaminya itu.

“Makasih banyak Om, tadi buru-buru ke depan soalnya banyak kunang-kunang aku lihat, tapi pas ke depan kunang-kunangnya pada kabur, ada juga yang ngumpet,” keluhnya Adinda.

“Mungkin takut lihat cewek cantik kali makanya mereka kabur,” candanya Baruna yang tidak secara langsung memuji kecantikan istrinya.

“Kalau aku cantik mana mungkin mereka kabur Om! Pasti karena memang aku jelek,” lirihnya Adinda yang kembali insecure dengan penampilannya.

“Minumlah agar tubuhmu lebih hangat, gak usah persoalkan masalah kunang-kunangnya,” pintanya Baruna sambil menyodorkan sebuah gelas yang cukup tinggi ke tangannya Adinda.

“Makasih banyak Om, besok balik ke kota atau lusa?” Tanyanya sambil meneguk minumannya yang masih hangat.

“Kenapa? Apa Kamu tidak menyukai perjalanan bareng suamimu ini?” Baruna menelisik raut wajahnya Adinda.

Baruna bersandar ke pagar kayu pembatas teras rumah milik Pak sekdes itu.

“Nggak kok, malahan aku senang karena ini pengalaman pertama sekaligus baru aku alamin dalam hidupku, hanya saja aku kangen sama Nadhira, Om,” sanggahnya Adinda.

Baruna mencicipi gorengan khas jajanan pasar itu sebelum menanggapi ucapannya Adinda.

“Kamu kan punya hp, kenapa ga kamu telpon langsung saja kalau kamu kangen dengan putri kita,” balasnya Baruna.

Adinda terdiam sejenak memikirkan ucapannya Baruna yang mengatakan putri kita.

“Apa aku sudah diakui oleh Om Baruna sebagai ibu sambungnya Nadhira?” Batinnya Adinda.

“Apa kuota kamu sudah habis? Kalau habis pakai hpnya Om saja,” usulnya Baruna.

“Alhamdulillah masih banyak kok Om, aku telpon Nadhira kalau begitu,” pamitnya Adinda.

Baruna menatap intens kepergian istri kecilnya itu,” baru beberapa hari bersamamu tapi entah kenapa aku nyaman bersamamu seperti yang aku rasakan dengan almarhumah mamanya Nadhira dulu.”

Beberapa hari kemudian…

Baruna dan Adinda sudah balik ke kota tempat tinggal mereka. Perjalanan dinas keluar daerah yang mereka jalani sungguh menyisakan banyak cerita indah yang tercipta oleh keduanya.

Sudah seminggu mereka menjalani pernikahan mereka. Hari ini, Briana dan Bu Riska harus kembali ke ibu kota Jakarta.

Hubungan pernikahan mereka masih seperti sebelumnya belum belah duren tapi kedekatan kekompakan dan kebersamaan mereka lebih akrab dari sebelumnya.

Meskipun banyak dilakukan oleh Baruna sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang suami, karena tidak ingin ada orang yang mengetahui hubungan pernikahan mereka yang sebenarnya.

Bu Riska memeluk hangat tubuh anak menantunya itu,” maafkan Mama yang belum bisa berlama-lama bersama kalian di sini soalnya perusahaan papa gak ada yang ngurus kalau mama lama cutinya.”

“Makasih banyak Mah sudah merestui dan menerima Adinda sebagai menantunya Mama,” balas Adinda yang awalnya berfikir kalau bakal mendapatkan mertua yang seperti di sinetron ikan terbang.

Bu Riska membelai lembut kepalanya Adinda, “Kamu pantas menjadi menantunya Mama selain kamu cantik kamu juga baik dan masih muda lagi. Mama berharap kamu bisa hidup bahagia dengan anakmu dan suamimu meskipun kalian berbeda usia tapi mama berharap itu tidak menjadi masalah serius dalam rumah tangga kalian.”

“Alhamdulillah, insha Allah kami pasti bahagia berkat doa restunya Mama,”

“Mama titip cucunya Mama, Nadhira dan putra sulungnya Mama, kamu lah sekarang yang bertugas menjaga mereka menggantikan mama. Kapan-kapan kalian ada waktu ke Jakarta yah, Mama tunggu,” ujarnya Bu Riska.

“Insha Allah Mah,”

Bu Riksa berjalan ke arah Baruna anak pertamanya itu,” kapan kamu berikan mama cucu kedua?”

Der..

Jeder…

Adinda sampai keselek air liurnya sendiri ketika mendengar pertanyaan dari ibu mertuanya itu yang ditujukan khusus untuk Baruna.

“Astaganaga gimana kami mau punya anak! Aku belum siap masih muda juga sedangkan Om Baruna belum mencintaiku jadi please! Mah buang-buang jauh keinginan dan permintaannya itu,” monolognya Adinda.

Bu Riska mencebikkan bibirnya,” Apa harus menunggu sampai sepuluh tahun kemudian! Bisa-bisa anakmu bukan lagi memanggil kamu sebagai papa tapi malah kakek karena sudah ketuaan dan keriput.” ejeknya.

Baruna melirik ke arah Adinda yang tertunduk, “Insha Allah Mah doakan saja secepatnya dan sedapatnya lagian Adinda berencana untuk melanjutkan pendidikannya jadi mungkin kami menunda beberapa tahun dulu.”

“Mama mau kuliah? Alhamdulillah semoga sukses yah mah,” ucapnya antusias Nadhira.

“Semoga bisa meraih cita-citanya, aku titip abangku dan keponakanku yah Mbak,” sahutnya Briana yang ikut memeluk Adinda sang kakak ipar.

“Amin ya rabbal alamin,”

Keduanya segera berjalan ke arah dalam ruangan keberangkatan setelah berpamitan dengan anak-anaknya.

“Sampai jumpa lagi nenek cantik, da da Aunty manis,” ucapnya Nadhira melepas kepergian nenek dan tantenya.

Mereka segera pulang ke rumahnya, hanya ada beberapa orang yang tinggal bersamanya di rumah pribadinya Baruna.

Ada art tiga orang dan dua orang tukang kebun merangkap menjadi security dan seorang supir pribadi.

Adinda belajar cara berpakaian, merias diri sendiri dan sesekali ke salon kecantikan melakukan perawatan bersama dengan anaknya.

Keduanya kerap kali dianggap kembar setiap kali jalan berdua. Karena kemanapun mereka bersama sering hangout bareng. Shoping time, nonton film di bioskop pun mereka banyak menghabiskan waktu bersama.

Satu bulan kemudian…

Adinda membuat kopi khusus untuk suaminya malam itu karena sedang begadang mengerjakan pekerjaannya.

“Ini kopi khusus untuk orang spesial,” ujarnya sambil menaruh ke atas meja dan sepiring puding coklat kesukaannya Baruna.

Baruna yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya menghentikan sejenak kegiatannya.

“Baik banget deh, pasti ada maunya,” tebaknya Baruna yang menatap ke arah Adinda.

Adinda terkekeh mendengar perkataan suaminya,” besok aku minta ijin mau mendaftar di kampus X.”

“Kamu sudah melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan kan?”

Adinda duduk di depan Baruna,”Alhamdulillah sudah Om, cuma..”

Ucapannya Adinda sengaja dipotongnya dan dia menunggu reaksinya Baruna.

“Cuma apa?” Baruna juga menunggu ucapan selanjutnya Adinda.

Adinda memainkan ujung hijabnya, “Cuma bisa gak aku minta tolong dibelikan motor Om, soalnya kalau pakai taxi online agak boros jadi lebih baik pakai motor sendiri.”

“Kenapa gak pakai mobil sekalian, ada beberapa mobilnya Om kamu bisa memilih mana yang kamu sukai,” usulnya Baruna.

“Kalau pake mobil nanti musim hujan saja Om, untuk sementara pakai motor saja takutnya juga mahasiswa di kampus nganggep aku pamer kekayaan suamiku lagi,” tolaknya secara halus Adinda.

“Baiklah besok pagi motornya sudah ada, kamu ke kampus sementara waktu Om yang antar sampai motormu datang,” imbuhnya Baruna.

Adinda sungguh bahagia karena keinginan dikabulkan oleh suaminya itu reflek Adinda berjalan ke arah Baruna dan memeluk tubuh tinggi tegap suaminya.

“Makasih banyak Om ganteng, aku pamit tidur kalau gitu. Assalamualaikum,” Adinda kemudian berjalan meninggalkan suaminya.

Baruna yang kembali panas dingin pusing kepala atas bawah hingga ada yang berdiri tapi bukan tiang listrik, ada yang tegak tapi bukan keadilan ada yang berkibar tapi bukan bendera merah putih.

Keesokan harinya…

“Assalamualaikum cantik,” sapanya Adinda sambil mengecup pipinya Nadhira.

“Waalaikum salam mamaku, ceria banget pagi ini bahkan mengalahkan keindahan sinarnya sinar matahari pagi ini,” candanya Nadhira.

“Iya dong kan hari ini mau ke kampus, aku nebeng yah di mobil kamu sayang sampai di kampus,” pintanya.

“Kenapa ga barengan papa saja?”

“Mas Baruna sepertinya buru-buru ke kantor jadi terpaksa aku nebeng kamu saja,” sahutnya Adinda sambil menyantap nasi goreng seafoodnya.

Beberapa jam kemudian…

Adinda sudah berdiri di depan pagar menjulang tinggi kampus yang sedari dulu dicita-citakan dan diimpikannya selama ini.

“Bismillahirrahmanirrahim semoga dilancarkan segalanya,” gumamnya.

Gadis berhijab merah maroon itu berjalan ke arah dalam tapi, tiba-tiba suara klakson mobil membuatnya hampir terjatuh ke atas aspal.

“Ahh!!” Teriaknya Adinda.

Mobil itu berhenti kemudian kaca jendela mobil tersebut terbuka. Seseorang menyembulkan kepalanya ke arah luar.

“Hey!! Gadis kampung! Baru kali ini yah ke kota!?” Sindirnya.

“Maaf apa kamu bicara denganku?” Tanyanya Adinda sambil menunjuk ke arah wajahnya sendiri.

“Iya siapa lagi kalau bukan kamu cewek udik! Lagian cuma kamu cewek kampungan yang berkeliaran di sini soalnya!” ejeknya lagi.

“Maaf saya lagi sibuk dan tidak punya waktu untuk meladeni omong kosong kamu!” Adinda segera meninggalkan gadis songong itu.

“Bulshit!! Dia pikir dia siapa! Kayak anak pemilik kampus saja!” Geramnya.

Adinda berjalan ke arah tempat pendaftaran tetapi langkahnya lagi-lagi terhenti karena teriakan seseorang.

“Hey!! Kamu cewek cantik yang tempo hari kan?”

Adinda mengingat-ingat dimana dia pernah bertemu dengan pria muda yang cukup ganteng itu.

“Maaf sepertinya kakak salah orang, permisi!”

Adinda segera meninggalkan mahasiswa itu,” cukup menarik! Baru kali ini ada cewek yang menolak pesonanya Zihan Rafiyan Akbar.”

1
Ai srk
sungguh bersyukur karena mendapatkan suami yang setia
Ai srk
jangan bnyak pikiran
Sry Handayani
sukses selalu untuk karyanya Thor di tnggu lanjutan nya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak sudah mampir kakak' 🥰🙏🏻 insha Allah besok dilanjut
total 1 replies
Ai srk
gak pernah asi kali yah Om 🤣🤫😂
Ai srk
manis banget si Om
Amiera Ismail
aku yakin dia itu mantan kekasih adinda
Amiera Ismail
romantisnya Om Baruna
Amiera Ismail
ya Allah ampun deh Om pikirannya ke sono mulu
Amiera Ismail
hahaha diolok-olok
Amiera Ismail
perlu beli kayaknya alat ginian
Amiera Ismail
ceritanya sangat menghibur
Chaca Lee💗
apakah dia Azriel???
Chaca Lee💗
cor juga 😂🤭
Chaca Lee💗
sudah terang-terangan mengungkapkan perasaannya
Yuliana Tunru
apa pak.pol mantan x adinda dulu ya..smoga nadhira benar2 dicintai ya bkn krn apa2 x..lanjutttt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nanti akan terjawab Akak 😚🥰🙏🏻

insha Allah besok lanjut nya 🥰🥰
total 1 replies
Abz
jangan bilang yg sekampung sama adinda , lupa nama nya 🤭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kakak pinter banget Aah nebak nya 😂🤭
total 1 replies
Fadila Bakri
Alhamdulillah mereka sudah bahagia
Masitha Hamrud💗
bahagia selalu pasutri
Farhana
lanjut kakak
Farhana
oh tentu bakal hati-hati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!