Menceritakan perjalanan raja iblis tak terkalahkan yang dulu pernah mengguncang kestabilan tiga alam serta membuat porak-poranda Kekaisaran Surgawi, namun setelah di segel oleh semesta dan mengetahui siapa dia sebenarnya perlahan sosoknya nya menjadi lebih baik. Setelah itu dia membuat Negara di mana semua ras dapat hidup berdampingan dan di cintai rakyat nya.
Selain raja iblis, cerita juga menceritakan perjuangan sosok Ethan Valkrey, pemuda 19 tahun sekaligus pangeran kerajaan Havana yang terlahir tanpa skill namun sangat bijaksana serta jenius, hidup dengan perlakukan berbeda dari ayahnya dan di anggap anak gagal. Meskipun begitu tekadnya untuk menjadi pahlawan terhebat sepanjang masa tak pernah hilang, hingga pada akhirnya dia berhasil membangkitkan skill nya, skill paling mengerikan yang pernah di miliki entitas langit dengan kultivasi tingkat tertinggi.
Keduanya lalu di pertemukan dan sejak saat itu hubungan antara bangsa iblis dan ras dunia semakin damai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAJIL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Sebelum cerita semakin jauh, izinkan narator menjelaskan sedikit tentang kekuatan Brock yang kini tak lagi sehebat dahulu, serta siapa sebenarnya Leo, sahabat baru yang kini menjadi rekan perjuangannya.
Brock, yang dulu dikenal sebagai naga superior dengan kekuatan setara legenda, adalah salah satu pewaris darah murni dari kaum naga agung (superior). Kekuatannya yang menggelegar memungkinkan ia tidak hanya menguasai elemen api, tetapi juga dapat berubah menjadi wujud manusia dengan tampilan yang mempesona. Namun, keangkuhan dan kelalaiannya di masa muda memancing kemurkaan ayahnya.
Kecerobohan Brock menjadi bumerang. Pesonanya dalam wujud manusia membuatnya sering menjadi pusat perhatian, terutama di kalangan para Elf, yang memujanya seperti seorang dewa. Bukannya menjalankan tugas, ia malah menghabiskan waktu bersenang-senang bersama para Elf yang memiliki kecantikan dan badan bohay hingga lupa waktu.
Ayahnya lali menghapus sebagian besar kekuatannya menggunakan segel. Kini, Brock tak lagi mampu berubah ke wujud manusia. Ia harus menerima nasibnya tetap dalam bentuk naga besar yang meski masih gagah, kini hanya menjadi bayangan dari kejayaannya dahulu.
Bagaimana gak di segel, kelalaiannya itu tidak hanya membuat ayahnya murka, tetapi juga menyebabkan bencana sangat mengerikan di wilayah tersebut. Sebagai hukuman, itulah sebabnya mengapa kekuatan sejati Brock disegel oleh ayahnya dengan sihir tingkat tinggi.
Segel itu hanya bisa dilepaskan perlahan seiring dengan Brock menjalankan tugasnya dengan benar. Sejak saat itu, rasa penyesalan diam-diam tersimpan dalam hatinya, mendorongnya untuk terus menebus dosa-dosanya dengan menjaga Hutan Kematian semampunya, meskipun tanpa kekuatan penuh seperti sebelumnya.
Sudah seratus tahun berlalu. Rutinitas menjaga hutan membuat Brock mulai dilanda rasa bosan. Kesunyian yang terus menemani hari-harinya seakan menjadi beban yang tidak kunjung sirna. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Leo lima belas tahun lalu.
Leo adalah seorang kurcaci muda dengan rambut coklat tua, mengenakan pakaian bergaya Brotherhood. Sebuah pedang tajam menggantung di pinggang kirinya, dan ia memakai sepatu besar berwarna hitam. Desa Leo telah dihancurkan oleh ras Goblin yang terus mengganggu kestabilan Hutan Kematian bagian timur.
"Jadi namamu Leo, ya? Menarik! Perkenalkan, aku adalah sang naga api Dragneel! Ha-ha-ha!" Brock memperkenalkan diri dengan penuh percaya diri, melontarkan semburan api besar ke udara. Namun, suasana berubah kacau ketika semburan api itu justru membakar sebagian hutan.
Keduanya berjuang mati-matian memadamkan kobaran api yang terus meluas hingga nyaris mencapai perkampungan ras lain di sekitar hutan. Meski bencana itu sempat membuat mereka panik, kejadian tersebut justru menjadi awal hubungan pertemanan yang erat antara Brock dan Leo.
Leo memiliki tekad yang kuat untuk menjadi lebih hebat. Kebenciannya pada ras Goblin mendorongnya untuk terus berlatih, demi membalas dendam atas kehancuran desanya di hutan kematian bagian timur. Selain itu, di dalam hatinya yang terdalam, Leo juga ingin melindungi ras-ras lemah lainnya, agar tidak ada yang mengalami nasib seburuk dirinya.
Mulai saat pertemuan itu, Brock dan Leo berjuang bersama untuk menjaga kedamaian di wilayah selatan Hutan Kematian. Mereka membasmi para penjahat, monster, dan roh-roh jahat yang berkeliaran menebar teror bahkan iblis. Dua sosok dengan latar belakang berbeda ini bersatu untuk tujuan yang sama: melindungi kehidupan yang ada di sekitar mereka.
19 Tahun yang Lalu di Kerajaan Havana
Kerajaan Havana, salah satu dari lima kerajaan besar, dilanda kepanikan massal yang sulit dikendalikan. Raja Havana, dengan suara tegas dan otoritasnya, menyerukan kepada seluruh rakyatnya untuk tetap tenang menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Cahaya terang benderang tiba-tiba muncul, menyinari seluruh wilayah kerajaan Havana hingga ke kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya. Pancaran itu begitu memukau, seperti sebuah keajaiban yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Selama sepuluh menit penuh, cahaya itu melingkupi langit, membanjiri dunia dengan keindahan yang luar biasa.
“Tanda itu telah muncul! Binasalah kalian, wahai iblis-iblis dan monster biadab!” teriak seorang pendeta dengan penuh keyakinan.
“Kesejahteraan umat manusia sudah datang!” seru yang lain, suaranya bercampur antara harapan dan kegembiraan.
“Mari kita bergembira! Ini adalah kemenangan kita, para umat manusia!”
Seluruh penduduk, dari anak-anak hingga orang tua, tumpah ruah di jalanan. Mereka menari penuh sukacita, memenuhi sudut-sudut kota dan desa dengan teriakan kegembiraan. Pekerjaan mereka dilupakan begitu saja demi merayakan momen yang begitu istimewa—momen yang hanya terjadi setiap 1000 tahun sekali.
Namun, kegembiraan itu berubah menjadi kericuhan. Antusiasme yang meluap-luap membuat segalanya tidak terkendali. Perayaan yang semula hanya sebatas luapan kebahagiaan mulai memicu kekacauan. Cahaya itu, yang menjadi pusat perhatian mereka, adalah sinyal kedatangan tujuh anugerah skill kekaisaran, hadiah dari langit yang telah lama dinantikan.
Sebelum cerita berlanjut lebih jauh lagi, narator akan menjelaskan sedikit tentang konsep skill yang ada di dunia ini.
Seperti yang sudah di sebutkan di awal, tidak semua manusia memiliki skill; hanya mereka yang beruntung dan berbakatlah yang dapat memilikinya. Skill di dunia ini terbagi menjadi dua jenis: skill umum dan skill unik.
Skill umum adalah kemampuan sihir berbasis elemen yang dimiliki oleh sebagian besar mereka yang di anugerahi skill . Kemampuan ini sering kali berkaitan dengan elemen dasar seperti api, air, angin, petir, dan tanah.
Di sisi lain, skill unik adalah kemampuan yang berdiri sendiri, tidak terikat oleh elemen apa pun. Skill ini memiliki berbagai tipe yang memberikan kekuatan luar biasa kepada penggunanya. Beberapa tipe skill unik yang diketahui adalah:
Skill Unik Hewani: Mengubah pengguna menjadi hewan atau manusia setengah hewan, sekaligus memberikan kekuatan besar yang menyerupai hewan tersebut.
Skill Unik Ganda: Memberikan pengguna kemampuan untuk menguasai dua elemen sekaligus atau lebih.
Skill Unik Keterampilan: Memberikan pengguna kemampuan khusus, seperti seni pedang atau teknik bertahan serta sejenisnya.
Skill Unik Spesial: Memberikan kemampuan unik yang tidak sangat sepesial sulit di mengerti nalar manusia dan para mahluk dunia lainnya.
Skill Unik Suci: Memberikan kekuatan untuk memanggil lima makhluk roh agung sebagai pelindung sekaligus penyerang.
Masih banyak tipe skill unik lainnya, tetapi tidak semuanya dapat dijelaskan secara rinci dan tingkat kekuatan skill unik berbeda-beda. Ada yang kuat serta ada juga yang sangat kuat seperti halnya skill unik type suci maupun type kuno, butuh beberapa chapter lagi agar semakin jelas dan bisa di terima pembaca.
Dan alasan mengapa hari ini di sebut sebagai hari sepesial adalah karena tepat hari ini, hari dimana langit menurunkan tujuh skill Kekaisaran. Skill yang konon memilki kemampuan di luar imajinasi dan sangat hebat sehingga mampu membuat monster dan iblis tak berkutik melawan skill ini.
Tujuh anugerah skill kekaisaran tidak terikat oleh pembagian skill umum atau unik di atas. Mereka adalah bentuk kekuatan sejati semesta, diturunkan setiap 1000 tahun sekali dan di takdirkan untuk membasmi iblis dan makhluk-makhluk jahat tanpa ampun.
Kedatangan anugerah skill ini selalu menjadi momen penuh kebahagiaan bagi umat dunia terkhusus manusia. Tidak heran, peristiwa tersebut menciptakan kegembiraan besar, hingga memicu kericuhan di mana-mana. Skill kekaisaran adalah harapan dan keajaiban yang ditunggu-tunggu, simbol kemenangan umat manusia atas kegelapan.
Itulah alasan mengapa momen tersebut begitu istimewa dan dirayakan dengan antusiasme yang luar biasa.
Cerita lalu membawa kita ke sebuah tempat rawat inap sepesial di dalam laboratorium besar kerajaan Havana. Atau bisa di sebut sebagai biro penelitian terpadu dan terorganisir paling di rahasiakan.
"Bagaimana? Apa ritual penyerapan skill kekaisaran berhasil?" tanya Raja Havana dengan suara penuh wibawa, namun ada nada harapan yang terselip di sana.
"Berhasil, Yang Mulia... tapi ada satu masalah yang membuat kami kebingungan!" jawab petugas laboratorium dengan nada cemas.
"Ada apa? Katakan saja!" desak sang raja, langkahnya mendekati dinding kaca tempat tiga putranya yang baru saja lahir.
Di balik kaca itu, sang permaisuri tampak memangku ketiga bayi kembar yang baru saja lahir. Ia tersenyum lembut meskipun tubuhnya lemah setelah perjuangan berat mengandung selama 16 bulan.
Sebagai ibu, ia telah memberikan segalanya. Namun, rasa cinta dan kasih sayang yang terpancar dari wajahnya mengalahkan semua rasa sakit yang pernah ia rasakan. Air mata kebahagiaan jatuh dari matanya.
Bunyi pintu terbuka membuyarkan momen sejenak. Seorang gadis kecil berumur delapan tahun berlari masuk, memeluk permaisuri dengan erat.
"Ibu... apakah ibu baik-baik saja?" tanya gadis kecil itu penuh kekhawatiran, suaranya nyaris bergetar.
Permaisuri tersenyum lemah dan mengelus kepala anak gadisnya. "Syukurlah, ibu baik-baik saja," jawabnya lembut.
Gadis kecil itu memandang ketiga adiknya dengan tatapan haru. Perlahan air mata mengalir dari matanya, sebuah campuran antara rasa bahagia dan tanggung jawab besar yang baru ia sadari.
"Kau anak yang baik," bisik permaisuri, mengelus rambut gadis kecilnya. "Jika suatu saat ibu sudah tiada, kau harus menjadi kakak yang baik dan menjadi sosok ibu bagi adik-adikmu."
"Jangan berkata seperti itu, Ibu. Aku tidak ingin Ibu meninggalkan kami," jawab gadis kecil itu dengan suara gemetar. Kekhawatirannya semakin kuat melihat keadaan ibunya yang tampak sangat lemah.
"Ibu tidak akan pernah pergi ke mana pun," permaisuri menenangkan, tangannya lembut menyentuh dada putrinya. "Ibu akan selalu ada di hati kalian, di sini... dan lebih dalam lagi."
Sementara itu, Raja Havana masi tetap berdiri di samping petugas laboratorium, kembali fokus pada pembicaraan mengenai hasil ritual penyerapan skill kekaisaran yang barusan mereka lakukan. Sembari tatapannya tetap memandang sang permaisuri dari kejauhan.
"Salah satu dari putra Anda gagal mendapatkan skill kekaisaran, Yang Mulia!" ungkap nya dengan nada gelisah. "Kami telah mencoba berkali-kali, tetapi setiap kali skill itu masuk ke dalam jiwanya, tiba-tiba skill itu terlempar kembali keluar."
Raja mengernyit, wajahnya berubah serius. "Jadi begitu, ya... Sayang sekali! Andaikan ketiga putraku mendapatkan skill kekaisaran itu, tidak ada satu pun dari empat kerajaan besar yang berani macam-macam dengan Havana," ucapnya penuh penyesalan bercampur keinginan kuat.
"Anda benar, Yang Mulia. Tapi meskipun begitu, kita harus tetap bersyukur atas hasil ini," sahut petugas laboratorium, mencoba menenangkan suasana.
Sang raja mengangguk perlahan, menenangkan dirinya. "Aku tidak melupakan itu. Sekarang aku akan pergi melihat kondisi istri dan anak-anakku."
Walaupun selama ini raja terkesan cuek terhadap keluarganya, kenyataannya tidak demikian. Ia sangat mencintai mereka. Namun sebagai raja, tanggung jawab terhadap kerajaannya sering kali harus ia prioritaskan, meskipun itu berarti mengorbankan perasaan orang-orang terkasihnya.
Ia lantas berjalan pelan lalu berdiri diam di depan pintu ruang kaca persalinan, melihat permaisuri yang tengah bercanda ringan dengan putri sulungnya, sembari menggendong ketiga bayi mereka. Kebahagiaan yang terpancar dari dalam ruangan itu terasa menampar hatinya.
"Maafkan aku, Mutia," batin sang raja. "Aku tidak pernah bermaksud membuatmu menderita seperti ini. Tapi, demi kerajaan Havana, aku tidak punya pilihan lain."
Dia mencoba menahan air mata, tetapi rasa bersalah menghimpit dadanya. Ia tahu permaisuri telah melalui banyak penderitaan akibat ambisi kekaisaran untuk memperkuat kedudukan mereka.
"Maafkan aku!" ucap sang raja akhirnya, pelan namun penuh beban.
Mutia, yang seakan bisa membaca hati suaminya, menoleh ke arahnya dengan senyum lembut. "Tidak apa-apa," jawabnya dengan suara tenang. "Aku tahu, semua yang kau lakukan adalah demi kebaikan kerajaan ini. Kau tidak perlu bersedih hati."
Kata-kata itu terasa seperti penawar luka bagi sang raja. Ia tahu, cinta dan pengorbanan Mutia adalah pilar yang menguatkan dirinya selama ini. Di balik kelembutannya, Mutia adalah wanita yang paling tegar yang pernah ia temui.
Tak lama kemudian, kita di perlihatkan sang petugas Laboratorium penelitian menemui sosok kakek tua yang merupakan pemimpinnya di sebuah tempat kuil penuh ketenangan. Kakek tua juga di buat kebingungan mengenai kasus ini, padahal jika di analisis keberhasilan penyerapan skill Kekaisaran harusnya 100%.
"Zona waktu seakan-akan mempermainkan kami, Guru," ucap petugas laboratorium itu, suaranya bergetar penuh kebingungan yang tak bisa diungkapkan. "Saat proses berlangsung, jiwa kami dipermainkan seperti burung dalam sangkar yang di bolak-balik."
Guru itu menatapnya dengan tatapan serius, semakin bingung. "Zona waktu mempermainkan kalian? Apa maksudnya? Aku semakin tidak mengerti." Suaranya mengandung keheranan yang sama, mengintensifkan kegelisahan di ruangan itu.
Petugas itu menghela napas, wajahnya tampak cemas, lalu melanjutkan, "Saat kami hampir selesai, tiba-tiba roda waktu seolah-olah berputar maju mundur. Kami merasa seolah-olah berada di luar kendali, hampir tak sadarkan diri di tengah proses penyerapan skill. Semua terasa berputar, membingungkan, dan tak terkendali."
Guru itu merenung sejenak, mengatur pikirannya. "Jadi... itu sebabnya kalian gagal," ucapnya pelan, menyadari betapa kompleksnya situasi yang dihadapi. Ia berhenti, mata tajamnya menelusuri ruang dengan penuh keheranan sebelum melanjutkan, "Ini benar-benar membingungkan... Sepertinya ada yang bermain-main dengan kita, entah siapa atau apa itu."