NovelToon NovelToon
MENJADI PELAYAN PANGERAN IBLIS JAHAT

MENJADI PELAYAN PANGERAN IBLIS JAHAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Laura adalah seorang wanita karir yang menjomblo selama 28 tahun. Laura sungguh lelah dengan kehidupannya yang membosankan. Hingga suatu ketika saat dia sedang lembur, badai menerpa kotanya dan dia harus tewas karena tersengat listrik komputer.

Laura fikir itu adalah mimpi. Namun, ini kenyataan. Jiwanya terlempar pada novel romasa dewasa yang sedang bomming di kantornya. Dia menyadarinya, setelah melihat Antagonis mesum yang merupakan Pangeran Iblis dari novel itu.

"Sialan.... apa yang harus ku lakukan???"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ARMAROS

Diam-diam, Ratu Benerick melancarkan rencana miliknya, setelah menyadari kegagalan Edith. Dia membuat pertemuan dengan Lima orang dengan jubah yang menutupi sekujur tubuh mereka. Jubah yang mereka gunakan, berbeda-beda setiap orang. Merah, silver, biru tua, kuning keemasan, dan hitam. Mereka bertemu di tempat yang tersembunyi Di Mansion Istana. Benerick.

"Iblis itu harus segera bangkit. Saint Eirlys harus segera menandatangani kontrak untuk menjadi pihak yang diimprit oleh Iblis itu" Ucap Ratu Benerick sambil melihat semua tamunya perlahan dibalik renda hitam tudung wajahnya.

"Itu tidak mudah yang mulia" Suara Pria terdengar dari seseorang yang berhubungan silver itu.

"Saya mendengar siur burung, jika Pangeran Ash dekat dengan seorang Pelayan, mantan Keluarga Count" Ucapnya.

Senyum seringai licik, terlihat jelas dari bibir Ratu Benerick. "Haha, mudah bagiku menyingkirkan seseorang yang sudah kehilangan garis keluarganya. Yang patut kita waspadai bukanlah Pelayan itu, melainkan Pengawal gilanya yang enggan menyentuh perintahku. Tuan Akhtar* Aku ingin Anda mengurus kontrak dengan keluarga Saint yang Anda sembunyikan"

* Akhtar adalah Nama samaran dari pria berjubah silver yang menghadiri pertemuan itu.

Dia tersenyum dibalik tudung jubah yang menutup hingga di bagian hidungnya. "Tentu, Baginda" Jawabnya.

"Ya, aku percayakan padamu. Kemudian, bagaimana perkembangan ramuan Armaros, Nona Omira?"

Armaros adalah obat-obatan terkutuk yang dikembangkan oleh orang-orang Ratu Benerick untuk mempercepat kebangkitan Iblis di dalam tubuh Ash. Dan tentunya, ramuan itu pernah diuji-cobakan kepada Putra kandungnya sendiri, Putra Mahkota Belial Benerick. Akibat dari ramuan yang gagal karena Belial bukanlah wadah yang cocok dengan Iblis, dia harus mengalami kecacatan seumur hidupnya.

Seseorang dengan jubah kuning keemasan itu bergerak. Mengeluarkan botol bening yang berisi ramuan berwarna kuning cerah dan bening. "Masih dalam tahap uji coba. Saya menggunakan objek ke-38 dan obat ini cukup ampuh untuk membuat jiwa Iblis di dalam wadah manusia keluar, meski hanya bertahan tidak lebih dari 15 menit" Sosok di balik jubah kuning keemasan itu, memiliki suara yang kecil dan halus.

"Baiklah, bisakah Anda mengesktraknya menjadi serbuk untuk malam ini? Tentunya, jangan sampai meninggalkan sihir sedikitpun. Ash sangat sensitif dengan sihir. Dia pasti akan menyadari jika Anda sembrono" Ucap Ratu Benerick.

"Baik, Yang Mulia"

Pertemuan itu sungguh panjang dan menghabiskan waktu yang tidak sebentar.

Tengah malam, saat Adler berjaga sendirian. Dia duduk di lantai, bersandar di dinding dekat dengan pintu kamar Ash. Dia memikirkan apa yang harus dia lakukan ke depannya. Dia yang menjadi wadah Iblis itu dan pergi dari Ash, atau dia tetap berada disekitar Ash, tentunya dia akan melihat banyak penderitaan yang akan Ash pikul seorang diri.

"Aku tidak memiliki tujuan selain melindungi Pangeran. Jika aku pergi, dia pasti akan baik-baik saja. Tentu dia akan baik-baik saja, setelah aku membunuh Ratu dan anteknya. Sampai sekarang, aku masih belum bisa mengetahui siapa anteknya yang berada diantara Pengawal Pangeran" "KREEEKKK...." Suara pintu kamar terbuka, menyadarkan Adler dari lamunannya.

Dia segera berdiri begitu melihat Ash muncul dari pintu itu. "Pangeran, Anda belum tidur?" Tanya Adler membungkuk dihadapan Ash.

Pheromon Ash tercium sangat kuat di hidung Adler. Meski aroma pheromon itu sangat menganggunya, karena aroma itu berasal dari hunter dan Adler adalah keturunan Iblis murni, dia masih bisa mengendalikan nalurinya yang terus memaksa menganggap Ash sebagai ancaman dan musuh.

"Aku kesulitan untuk tidur. Tolong panggilkan Edith diam-diam. Bisakan?"

"Ya, dalam kondisi seperti ini hunter sekelas S pun, tidak akan bisa menenangkan dirinya jika tidak dibantu oleh Healer atau Saint"

"Baik. Bisakah Anda menunggu 5 menit lagi? Arozt sedang membeli makanan. Saya tidak bisa meninggalkan Anda sendirian" Ucap Adler.

Ash terdiam sejenak, dia melihat ke arah Adler yang memang berjaga sendiri saat ini. "Um, baiklah. Aku akan menjemputnya dengan sihirku saja. PATSH!" Itulah Ash, dia memang tidak bisa disuruh untuk menunggu. Dia menggunakan sihir teleportasinya menuju tempat Edith.

Adler melihat ke arah jendela di sisi kirinya. Di luar sana sangat gelap. Bahkan, suara angin tidak terdengar sedikitpun, begitu juga dengan suara binatang atau serangga malam. "Ini buruk" Adler memiliki firasat yang kuat. "Apa lagi yang akan terjadi setelah ini...."

...♤♠︎♤...

CKLAK!

Suara jendela terbuka terdengar di kamar Edith. Edith terbangun dari tidurnya karena suara itu. Dia melihat ke arah kanannya. Rekan sekamarnya tidak ada di sana. "Lilith?" Lilith nama panggilan yang Edith berikan pada rekan sekamarnya yang pernah menemukan ular besar di taman.

Edith melihat jendela itu yang terbuka. Namun, tirainya masih menutup. Edith bergidik. Dia berfikir jika itu pencuri yang akan masuk ke dalam kamarnya. Dia mengambil sapu yang ada di dekat pintu saat melihat siluet pria di balik tirai itu. Edith sudah mengangkat sapunya tinggi-tinggi. Dia sudah hampir melayangkan sapunya itu. Beruntung karena tirai itu terbuka karena angin. Dia melihat Ash di balik tirai itu.

"Tuan muda?"

"Shhhssh.... jangan berisik okey?" Mata Ash tertuju dengan sapu yang diangkat oleh Edith. "Tunggu, kenapa dengan sapu itu?" Ash menunjuk sapu yang ada di tangan Edith dan segera dia lemparkan dengan cepat.

"Bukan apa-apa. Kenapa Anda kemari?" Edith mendekat ke arah Ash satu langkah.

"Aku kesulitan untuk tidur. Bisakah kamu membantuku? Hanya duduk di sebelahku sambil memegang tanganku sampai aku tertidur" Ash mengulurkan tangannya pada Edith.

Edith sempat ragu, tapi dia mengingat apa yang terjadi sebelumnya dengan Ash. Dia langsung menerima uluran tangan itu. Dan "PATSH!" Ash memindahkan dirinya dan Edith dengan cepat di depan pintu kamarnya.

Di sana ada Alder yang menatap mereka berdua. Lebih tepatnya, menatap Edith yang menggunakan piyama yang waktu itu dia gunakan saat makan malam dengannya. Edith menatap balik Adler. Dia berfikir, apa yang sedang Adler lihat. Dia menundukkan kepalanya, melihat bajunya sendiri. Dia langsung menutup dadanya dengan kedua tangannya. "Jangan melihatku seperti itu!"

Di mata Alder, Edith mirip dengan chihuahua yang kecil namun memiliki emosional yang garang. "Ya, mirip sekali" Adler mengalihkan pandangannya saat Ash membawa Edith masuk ke dalam kamarnya.

Tidak lebih dari satu jam, Edith keluar dari kamar Ash. Dan tentu saja, di luar masih ada Adler dan Arozt kembali berjaga. "Pangeran sudah tidur?" Tanya Adler melemparkan jubah biru abu-abunya ke wajah Edith.

Tingkah Adler yang menyebalkan seperti itu, mudah sekali membuat Edith jengkel. Tapi, kali ini Edith memilih untuk tidak menyahuti tingkah Adler yang sering tantrum seperti itu. Dia menggunakan jubah Adler yang selalu beraroma seperti pohon ek, aroma yang kaya dan samar-samar manis.

"Ya, Tuan muda sudah tidur. Apa Tuan Muda selalu seperti itu tiap malam?" Tanya Edith melihat ke arah Adler.

Adler merasa jika dia tidak harus menjawab pertanyaan itu dari Edith, "Ya, biasanya Pangeran meminum ramuan agar dia bisa tidur" Namun, bibirnya menjawabnya dengan spontan.

Adler tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Dia melihat ke arah Edith perlahan, pheromon Ash menempel di seluruh tubuh Edith. "Sudah larut. Ayo" Ucap Adler menyuruh Edith untuk kembali ke kamarnya.

Edith merasa tidak enak jika Adler mengantarkannya ke mansion Pelayan. Sudah banyak rumor yang beredar tentang mereka berdua di golongan para Pelayan dan Prajurit di sana. "Tidak perlu repot-repot. Aku bisa kembali sendiri" Edith melihat wajah Adler yang beraut seperti orang bingung.

"Aku tidak berniat mengantarkanmu. Aku hanya ingin jubahku kembali" Jawab Adler menunjuk jubahnya yang Edith kenakan.

Edith menutup matanya rapat-rapat, mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia mendengus dan menatap Adler dengan kesal. "Sialan! Kau memang pintar sekali mencari masalah denganku! Ambil saja jubahmu. Aku bisa kembali sendiri!" Edith melemparkan jubah yang ada di bahunya ke arah Adler. Dia berjalan dengan kasar dan tidak menoleh ke belakang sedikit pun.

"Pfft...., Astaga Senior!" Arozt tertawa melihat bagaimana Adler diperlakukan seperti itu oleh seorang perempuan. "Ini sungguh pertama kalinya saya melihat Anda seperti ini. Anda sangat payah jika berurusan dengan perempuan!" Arozt tertawa sampai dia jatuh lemas.

Adler membelakangkan rambutnya dan mengambil jubahnya yang jatuh di lantai. "Aku tidak payah. Hanya dia saja yang sulit dimengerti" Ucap Adler mengibaskan jubahnya yang terkena debu lantai.

1
Airyn Choi
keren 😍 seru di khayalin. semangat menulis terus..
jeesomoody_
Fun bgt ceritanya, next thor
Pikachu Gosong
semangat buat lanjutinnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!