Embun adalah gadis yang baik dan juga penurut, saking penurutnya embun harus rela menjadi penebus hutang.
Embun tidak bisa menolak karena embun tidak memiliki pilihan lain selain menerima pernikahan tanpa dasar cinta ini.
Setelah menikah Afkar selalu bersikap dingin, acuh dan bahkan tidak pernah menganggap embun sebagai istrinya.
Walaupun begitu embun selalu berusaha untuk tetap bersikap baik dan sopan, embun tidak ingin menjadi seorang istri yang durhaka.
Bagaimana kelanjutan kisah embun? yuk simak ceritanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 BERTEMU KARIN.
" Apa kamu paham dengan apa yang papah katakan kemarin? Jika paham putuskan segera. Jika tidak. Maka kamu akan kehilangan orang yang sangat berharga dalam hidupmu " Ucap papah dengan tegas.
" Papah tidak ingin kamu salah pilih wanita, kamu tau wanita mana yang pantas mendampingi kamu. dan kamu juga tau wanita mana yang benar-benar tulus kepadamu "
" Sudah cukup dulu kamu mengabaikan embun. Jangan kira papah tidak tau bagaimana perlakuan kamu kepada embun "
Itulah yang di katakan oleh papah. ucapan papah sedikit menampar afkar karena apa yang di katakan papah memang ada benarnya.
Kenapa afkar terus mempertahankan wanita yang jelas-jelas hanya menginginkan harta. Apa karena Karin adalah cinta pertama? makanya afkar mempertahankan Karin.
Setelah semalaman berfikir akhirnya afkar memutuskan untuk bertemu Karin, istri ke duanya di sebuah restoran yang menyediakan ruangan pribadi.
Di sinilah afkar saat ini. Afkar melihat istri keduanya dengan tatapan yang sulit di artikan.
" Beb.. Tumben kamu mengajak aku makan siang di restoran? " Tanya Karin dengan nada centilnya " Apa kamu merindukan masa-masa kita saat itu "
Karin meraih tangan afkar " Aku juga merindukan masa kita dulu beb. Masa-masa dimana kita sering makan siang, kemana-mana berdua " Karin tersenyum " Kamu sangat romantis saat itu, namun sekarang. kamu sudah banyak berubah " Lirih Karin dengan wajah sedihnya.
" Bukan aku yang berubah tapi kamu. Karin " Ucap afkar
" Sudahlah jangan bahas masa yang sudah lewat, aku tau masa itu sangatlah indah untuk kita berdua saking indahnya. Aku sampai melakukan hal bodoh untukmu "
" Kamu masih ingat itu hehehe. . "
" Itu masalalu, dan sekarang masa depan. Karin "
" Iya beb "
Satu tangan Karin yang berada di bawah meja mengepal, Karin takut jika apa yang ada di pikirannya itu benar.
" Maafkan aku. Aku tidak bisa terus bersama kamu, kamu boleh menyalahkan aku dan aku juga akan memberikan kompensasi untuk kamu "
Karin tersenyum getir. Apa yang ia takutkan ternyata terjadi juga. Karin pikir afkar masih memiliki perasaan kepadanya sehingga Karin bisa tetap stay namun ternyata..
" Aku pikir hanya papah dan mamah yang tidak menginginkan aku, ternyata kamu pun sama afkar. Apa karena wanita itu? " Tanya Karin dengan nada dingin.
" Jangan bawa-bawa embun, karin. embun adalah korban " Sanggah afkar " Tidak perlu aku jelaskan lagi bagaimana embun bisa berada di tengah-tengah kita "
" Hahhaha...korban? korban yang pada akhirnya menjadi pemenang "
Afkar membuang nafasnya " Kamu boleh menyalahkan aku, kamu juga boleh membenci aku, Itu hak kamu " Kata afkar
Karin membuang wajah lalu menatap afkar dengan lekat " Baik. jika itu mau kamu, kalo begitu aku mau uang " Akhirnya Karin pun mengungkapkan apa yang ia mau.
Afkar menganggukkan kepalanya " Bilal akan mengurusnya " jawab afkar
Karin berdiri " Percuma juga aku masih tetap bersama kamu, toh kamu tidak bisa memuaskan hasratku " Ucap Karin yang langsung pergi meninggalkan ruang makan.
Apa yang di katakan oleh Karin membuat afkar semakin sadar jika sedari awal yang di butuhkan Karin adalah uang dan juga kepuasan.
Penyesalan menang selalu datang terlambat. Jika penyesalan datang lebih awal itu tandanya pendaftaran.
Afkar langsung pergi dan kembali ke rumah sakit, hari ini embun sudah di perbolehkan pulang. Tidak mungkin afkar tidak menjemput embun di rumah sakit apa lagi afkar ingin membuka lembaran baru dengan embun.