karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja
Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.
Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kutukan di desa shafira
Tiba-tiba, Galang datang tanpa basa-basi. Galang menampar keenam siswa tersebut.
"Plak! Plak! Plak! Plak! Plak! Plak!" bunyi tamparan Galang.
"Akkhh!" rintih para siswa.
"Siapa lo?" tanya siswa paling tengah sambil menahan sakit di pipinya.
"GW PACARNYA!" bentak galang.
Tanty, yang mendengar ucapan Galang, melongo. Mulutnya membentuk huruf "O".
"Oh, jadi lu cowoknya?"
Keenam siswa saling pandang dan mengangguk. "Serang!" teriak siswa paling depan.
Galang geleng-geleng melihat para siswa yang menyerangnya. Galang kembali menampar keenam siswa, tetapi Galang menampar lebih keras. "Akkhh!" rintih keenam siswa tersebut.
"Kalian mau pergi atau gue tampol lagi?" ucap Galang.
Keenam siswa langsung pergi, lari terbirit-birit.
"Kamu ga papa, Nty?" tanya Galang.
"Ga papa. Maksud kamu tadi ngomong gitu apa?" tanya Tanty.
"Maaf, yah, Nty. Tadi ga serius, ko. Cuma keceplosan," ucap Galang.
"Oh," ucap Tanty sambil memutar bola mata, malas, dan pergi.
"Kirain beneran," ucap Tanty dalam hati.
Galang kembali mengikuti Tanty.
"Nty, kamu mau kemana?" tanya Galang.
"Beli minum."
Galang terlalu memperhatikan Tanty hingga tak sadar dia menabrak seseorang.
"Eh, maaf, yah," ucap Galang.
"Lu punya mata ga?" bentak Elsa sambil pergi.
"Lah, gitu doang marah."
Singkat cerita, mereka sampai di kelas setelah Tanty selesai membeli minum.
"Nty, kamu nanti malem ke rumah Shafira, diantar ayah kamu, apa kamu kesana sendiri?"
"Aku kesana sendiri, ayahku sibuk kerja."
"Gimana kalau bareng?" tanya Galang.
"Aku sendiri aja."
"Ga bareng, nanti kamu di-culik lagi," ucap Galang.
Sementara Tanty mendengar itu, tersenyum tipis.
Singkat cerita, hari sudah malam. Saat ini, Galang sedang bersiap-siap menjemput Tanty.
"Mau kemana, Lang? Tumben, jam segini udah rapih. Biasanya molor," tanya Bu Sari.
"Mau ke rumah temen, Bu. Kerja kelompok."
"Ya udah, hati-hati. Bawa motornya juga, hati-hati."
"Siap, Bu."
waktu berjalan cepat malam pun tiba.
Berikut teks dengan tanda baca yang telah ditambahkan:
Galang menjalankan motornya ke rumah Tanty. Beberapa menit kemudian, Galang sampai di rumah Tanty.
"Om, sapa?" ucap Galang.
"Iya. Kamu jagain Tanty, yah, Lang. Jangan sampai dia di-culik," ucap Alex.
"Siap, Om."
Tanty pun naik motor Galang; mereka berdua boncengan. Galang menggas motor, membuat Tanty mengeratkan pegangannya.
"Kapan lagi bisa gini?" ucap Galang dalam hati.
"Ahhhh, pengen banget aku teriak!" ucap Tanty dalam hati.
Beberapa menit perjalanan, akhirnya Galang sampai di gapura desa Shafira. "Desa Medi" nama desa tersebut.
"Nama desanya serem banget, Lang," ucap Tanty.
"Tenang aja, ada aku," ucap Galang.
Masuk ke desa tersebut, dari balik kaca helmnya, Galang bisa melihat banyak hantu di sini. Tetapi Galang berpura-pura tidak tahu.
"Rumah Shafira di mana, Nty? Tadi aku nge-chat Shafira, ada perempatan, belok kanan," ucap Galang.
"Oke," ucap Tanty.
Galang melihat perempatan dan belok kanan; nampak ada lapangan bola, dan Shafira sedang duduk di pinggir lapangan. Galang melihat di belakang Shafira ada nenek-nenek bungkuk yang melototinya.
"Ngapain diem, Lang? Ayo, samperin Shafira!" ucap Tanty.
"Oke," ucap Galang.
"Eh, Lang, Nty, ayo cepet!" ucap Shafira sambil ke arah rumahnya.
"Jalan santai aja, Fir," ucap Tanty.
"Udah, cepetan!"
Galang melirik nenek-nenek tersebut, mengikuti Shafira. "Ada apa sama Shafira dan desa ini? Kenapa banyak hantu di sini?" tanya Galang dalam hati.
Galang, Shafira, dan Tanty sampai di rumahnya; nampak Gio sudah menunggu.
"Ayo, cepet masuk!" ucap Gio.
Galang dan Tanty hanya mengiyakan. Galang dan Tanty masuk dan duduk di sofa.
"Kenapa mesti cepet-cepet sih, Fir?" tanya Tanty.
"Udah, aku bilang, di sini banyak hantu, apalagi ini malem-malem gini," ucap Shafira.
"Tapi kamu ko berani, tadi di lapangan sendirian. Sebenarnya aku takut, tapi aku paksa berani, takut kalian kesasar," ucap Shafira.
"Emangnya kenapa desa ini? Kenapa banyak hantunya?" tanya Tanty.
"Ga tau. Udah, ayo mulai aja. Kamu sama Galang buat poster-nya aja," ucap Shafira.
"Oke," jawab Galang dan Tanty bersamaan.
Tok-tok-tok! Pintu tiba-tiba diketuk.
"Itu siapa, Fir?" tanya Tanty.
"Udah, lanjutin aja," ucap Galang.
Melirik nenek-nenek yang di belakang Tanty berpindah ke pintu dan mengetuk pintu.
"Ganggu juga, nih simbah-simbah," gumam Galang dalam hati.
Galang berdiri, bermaksud membukakan pintu, sambil menatap arah pintu. Nenek-nenek tersebut memandangi Galang, tetapi Galang berpura-pura tidak bisa melihatnya. Galang membuka pintu dan langsung menendang nenek-nenek tersebut hingga terpental sangat jauh.
Shafira, yang melihat Galang menendang nenek-nenek tersebut, membelalakan matanya.
"What?" teriak Shafira, dan membuat Tanty dan Gio bingung.
"Yah, Shafira bisa melihat hantu. Kok lu nendang angin, Lang?" tanya Gio.
"Ga, tadi nendang medi," ucap Galang, kembali duduk.
"Kamu bisa lihat hantu, Lang?" tanya Shafira.
"Bisa," ucap Galang. Sekarang paham jika Shafira juga bisa melihat hantu.
"Kamu juga bisa, Fir?" tanya Galang.
"Iya. Terus, kenapa kamu berani sendirian di lapangan tadi, padahal ada nenek-nenek yang ngikutin kami?" tanya Galang.
"Hah, nenek-nenek! Jadi bener, desa lo banyak hantunya!" tanya Gio.
"Kan aku di sekolah udah ngomong, kamu aja yang ga percaya," ucap Shafira. Tanpa terasa, air matanya mengalir.
"Lah, Kok nangis?" ucap Gio.
"Udah, kamu sekarang cerita aja sama aku, Fir. Biar aku bisa bantu buat ngusir semua hantu yang ada di sini," ucap Galang.
"Kamu yakin bisa?" tanya Shafira.
"Hmm... Kata ibuku, desa ini kena kutukan setelah para warga menghakimi dukun yang di duga menyantet warga di sini. Katanya dukun itu bersumpah mengutuk desa ini saat para warga memukulinya," ucap Shafira.
"Ihh, serem! Pulang yuk, Lang," ajak Tanty.
"Tenang aja, ada aku," ucap Galang.
Tiba-tiba, terdengar tawa mengerikan dari pintu kamar ibu Shafira.
"Hahahahahaha!"
Pintu kamar ibu Shafira terbuka dan menampakan ibunya.
Shafira menangis melihat ibunya. "Pah, tolongin ibu! Pah, teriak Shafira!" Dan Bapak Shafira langsung datang.
"Waduh, ibu kamu kesurupan lagi!" ucap Bapak Shafira.
Ibu Shafira melirik sambil menyeriangai. Galang berdiri, menghampiri ibu Shafira. Galang memegang kening ibu Shafira dan langsung menarik hantu yang merasukinya.
Seketika, ibu Shafira kembali pingsan. "Akkhh...!" rintih kuntilanak tersebut. Galang menjabak rambut kuntilanak, menyeretnya keluar, dan kembali menendangnya keluar.
"Niatnya kerja kelompok malah urusannya sama medi," ucap Galang.
"Kamu bisa ngusir hantu itu, Nak?" tanya Bapak Shafira.
"Bisa, Om. Tenang aja, Galang bakal usir semua setan yang ada di desa ini," ucap Galang, dan keluar dari rumah Shafira.
"Kamu mau kemana, Lang?" teriak Tanty.
"Bentar, kalian tunggu aja di rumah," ucap Galang.
Galang menghampiri kuntilanak tersebut. "Siapa yang menyuruh kalian buat meneror warga?" tanya Galang.
Orang-orang tidak ada yang menyadari tindakan Galang karena mereka takut keluar malam hari.