Bahagia karena telah memenangkan tiket liburan di kapal pesiar mewah, Kyra berencana untuk mengajak kekasihnya liburan bersama. Namun siapa sangka di H-1 keberangkatan, Kyra justru memergoki kekasihnya berkhianat dengan sahabatnya.
Bara Elard Lazuardi, CEO tampan nan dingin, berniat untuk melamar tunangannya di kapal pesiar nan mewah. Sayangnya, beberapa hari sebelum keberangkatan itu, Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri sang tunangan ternyata mengkhianatinya dan tidur dengan lelaki lain yang merupakan sepupunya.
Dua orang yang sama-sama tersakiti, bertemu di kapal pesiar yang sama secara tak sengaja. Kesalahpahaman membuat Kyra dan Bara saling membenci sejak pertama kali mereka bertemu. Namun, siapa sangka setelah itu mereka malah terjebak di sebuah pulau asing dan harus hidup bersama sampai orang-orang menemukan mereka berdua.
Mungkinkah Bara menemukan penyembuh luka hatinya melalui kehadiran Kyra? Atau malah menambah masalah dengan perbedaan mereka berdua yang bagaikan langit dan bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Sementara itu, Bara yang masih betah melamun di atas tebing batu karang, tengah terbuai dalam pikirannya sendiri. Melihat Kyra begitu bersemangat untuk pulang, entah mengapa sedikit memberi rasa nyeri di dadanya. Inilah yang Bara takutkan selama ini, ia terbawa perasaan dan terjebak di dalamnya. Apa daya, nyatanya Bara lebih menuruti nafsu daripada akal sehatnya.
"Ini semua gara-gara kamu, Vale! Wanita jalanng, wanita brengssek!" umpat Bara penuh kebencian.
Sorot matanya yang menatap dingin pada ombak di lautan, seolah bisa membuat ombak itu mundur perlahan dan tak jadi menghempas batu karang.
"Ayo, waras, Bara! Ini hanya nafsu sesaat, kamu pasti bisa melewati ini seperti kamu meniduri wanita-wanita itu!" Sekali lagi Bara memberi sugesti pada dirinya sendiri. "Fokusmu adalah Valeria dan Edy! Bukan Kyra."
Sambil terus mengumpat, Bara menoleh pada barisan huruf yang sudah Kyra buat di tanah lapang itu. Huruf itu sudah sempurna membentuk kata S.O.S dalam ukuran yang sangat besar. Pesawat manapun yang melintas dan melihatnya pasti akan berhenti untuk menyelamatkan mereka berdua.
Bara mengedarkan pandangannya mencari sosok Kyra. Gadis itu tak ada di rumah pohon ataupun di sekitar bibir pantai. Sebersit ide kemudian muncul, Bara akan menghancurkan huruf-huruf itu agar mereka bisa lebih lama lagi berada di tempat ini. Sambil tersenyum licik, Bara bangkit dan mengayunkan langkahnya menuju barisan huruf yang terbuat dari ranting kering itu. Ia belum pernah bersemangat seperti ini selama berada di pulau, dan Bara yakin, Tuhan pasti masih ingin ia berada di sini lebih lama.
"Mau pulang, huh? Mari kita lihat, siapa yang akan mendatangi kita bila huruf-huruf ini aku hancurkan!" olok Bara sembari menyepak salah satu kayu dengan sekuat tenaga.
Tatanan kayu yang membentuk huruf S itu mulai berantakan, Bara tersenyum puas tatkala idenya yang brilian ini berjalan dengan lancar. Kyra pasti masih mandi di air terjun, jadi ia tak akan menyadari bila Bara-lah yang menghancurkan semua ini.
Masih dengan semangat yang menggebu-gebu, Bara menghampiri huruf O dan bersiap untuk menendang ranting dan kayu kering itu lagi. Namun ditengah usahanya yang hampir berhasil, suara deru mesin di kejauhan membuat Bara terpaku untuk sesaat. Suara yang sangat ia hafal itu perlahan semakin mendekat. Bara berbalik dan mendongak, helikopter terlihat terbang di atas pulau dan bersiap untuk mendarat.
Seolah tak percaya dengan pandangannya, Bara menajamkan penglihatannya untuk melihat siapa yang sedang melambaikan tangan dari dalam helikopter itu. Dan ketika perlahan capung besi itu turun secara vertikal, seseorang yang melompat dari badan helikopter membuat Bara tercengang. Morgan!
"Pak Bara!!" teriak Morgan sembari berlari kencang menuju ke arahnya.
Entah harus bahagia atau bersedih, Bara hanya mematung kaku di tempat. Pelukan Morgan yang sangat erat menyadarkan Bara bila ia tidak sedang bermimpi.
"Syukurlah kami menemukan anda, Pak!" ucap Morgan sambil menepuk punggung Boss-nya penuh syukur.
"Morgan ..."
"Iya, ini saya, Pak! Kita akan pulang, mari kita pulang!" Morgan mengurai peluknya dan mengawasi Boss-nya yang nampak lebih kurus dan tak terawat.
"Morgan, kenapa kamu kemari?!" sentak Bara kesal.
Senyum lega yang sedari tadi menghiasi wajah Morgan perlahan memudar, ia menatap Bara dengan bingung.
"J-jadi anda tidak mau pulang, Pak?"
"Kenapa tidak kemari besok atau minggu depan saja, huh! Kenapa harus menyelamatkan aku secepat ini, dasar bodoh!" Bara menjitak kepala Sekretarisnya itu dengan keras.
Secara reflek, Morgan melindungi kepalanya yang selalu menjadi bahan pelampiasan emosi Bara. Ia bergidik takut dan mundur beberapa langkah. Padahal tadinya ia pikir Boss-nya ini akan menangis haru kala berhasil ditemukan, nyatanya dia malah masih betah berlama-lama di pulau terpencil ini. Bila tahu begitu, Morgan harusnya tak perlu repot-repot mencari Bara dengan melibatkan banyak pihak.
"Baiklah kalo begitu saya permisi pulang, Pak. Minggu depan saya akan kembali lagi menjemput anda."
"Uuu aaaa uuu aaaa!"
Teriakan seekor monyet membuat Bara dan Morgan menoleh kaget. Seolah paham bila hal buruk sedang terjadi pada Kyra, sontak Bara berlari menghampiri monyet itu.
"Di mana Kyra?!" tanya Bara cemas.
"Uuu uuu!" Monyet jantan itu menunjuk ke dalam hutan.
Morgan yang memperhatikan interaksi Bara dan monyet itu hanya bisa terpaku penuh keterkejutan. Apa-apaan ini? Baru beberapa hari terjebak di pulau dan Boss-nya bisa berkomunikasi dengan monyet??
Tanpa mempedulikan rasa syok Morgan, Bara mengikuti monyet tadi yang mulai melompat memasuki hutan.
"Pak, tunggu!" teriak Morgan masih dengan 1001 pertanyaan.
Bara terus berlari mengikuti arah yang dibimbing oleh monyet tadi. Perasaannya mulai buruk, pasti telah terjadi sesuatu pada Kyra. Dan benar saja, ketika Bara berlari semakin masuk ke dalam hutan dan tiba di sebuah gua, Kyra nampak sedang tersengal-sengal dengan tubuh berlumuran darah.
"Astaga, Kyra!" teriak Bara panik sembari menghampiri gadis itu.
"Ba ... Ra. Aku menyelamatkan mereka!" desis Kyra dengan napas yang sesekali berbunyi pertanda asmanya sedang kambuh.
Bara mengikuti arah yang ditunjuk oleh tangan mungil Kyra, seekor monyet besar tengah menggendong bayi monyet yang sangat kecil.
"Kamu membantu monyet itu melahirkan?!" tanya Bara tak percaya.
Kyra tersenyum dan mengangguk.
"Kamu sudah gila?! Bagaimana kalo kamu digigit dan dijambak lagi, huh?! Kenapa kamu selalu berbuat hal di luar nalar manusia!"
"Pak, siapa ini?" Morgan yang baru sampai semakin dibuat gila oleh pemandangan di depannya.
Bara menoleh sekilas, namun detik berikutnya ia mengawasi Kyra yang telah memejamkan mata. Dengan cekatan, Bara mengangkat tubuh mungil itu dan menggendongnya di punggung.
"Ayo kita segera pergi, Morgan! Kita harus membawa gadis ini ke Rumah Sakit!" Bara bangkit dan berlari secepat mungkin.
"Uuu!"
Langkah Morgan terhenti ketika seekor monyet menarik celananya. Ia berbalik dan memperhatikan tangan monyet yang tengah memberikan sesuatu padanya.
"Untuk aku?" tanya Morgan kebingungan.
"Aaa aaa!" Monyet itu menunjuk Bara yang sudah berlari semakin jauh.
Morgan mengangguk meskipun ia tak paham, ia lantas segera berlari menyusul Boss-nya dan gadis itu dengan secepat kilat.
Di dalam helikopter yang membawa mereka bertiga pergi, Bara menatap pulau yang memberinya banyak pelajaran berharga dalam hidup. Pulau itu semakin kecil dan tak lagi terlihat ketika helikopter terbang semakin menjauh. Dalam diam, Bara menghembuskan napasnya sedih.
"Pak, monyet tadi memberi ini." Morgan menyerahkan sebuah benda seukuran korek api pada Bara.
Bara terbelalak melihat benda itu, in healer milik Kyra. Jadi selama ini in healer ini hilang karena dicuri oleh monyet itu? Dasar monyet sialan!
"Kyra." Bara menepuk pipi Kyra untuk membangunkannya.
Tak ada gerakan, Kyra masih memejamkan matanya.
"Apa dia mati, Morgan?" tanya Bara kebingungan karena sedari tadi Kyra tak bergerak.
Morgan meraih tangan gadis itu dan memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya.
"Masih hidup, Pak. Dia belum mati."
"Fiuh!" Bara mengusap wajahnya sembari menghembuskan napas lega. Ia lantas menatap wajah Kyra yang masih terpejam tak berdaya.
"Aku menepati janjiku, Kyra. Kita pulang."
...****************...
...Happy weekend, Bestie! Jan lupa tap-tap favorit, jempol dan vote-nya!...
gengsi aja di gedein pake ga ada cinta
di abaikan dikit udah kesel hahah
wkwkwkwwk