Olivia baru pertama kali berpergian tanpa pantauan kedua orang tuanya yang sangat posesif. karna rasa penasaran akan seperti apa dunia malam membuat Olivia masuk dalam penjara tawanan gairah pemuda impoten, Keenan Pradipta.
Percintaan panas yang terjadi satu malam menjadi alasan kuat Keen untuk menjadikan Olivia sebagai istrinya.
“Gairahku hanya ada padamu, cantik. Lalu kenapa aku harus melepaskanmu?” tanya Keen dengan tangan yang melingkar mesra dipinggang Olivia.
“Gairah-gairahmu kenapa juga aku yang menderita, ha? dasar pria gila impoten lagi!” umpat Olivia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCPI 18
Tidak munafik sudah pasti Oliv merindukan kedua orang tuanya, sangat rindu bahkan. Sungguh pertanyaan Keen tidak ada gunanya, pertanyaan yang sangat aneh. Bahkan setelah menanyakan hal itu Keen tidak melakukan apapun kecuali terus mencium aroma tubuh Oliv yang duduk di pangkuannya.
“Sampai kapan hubungan kita terus seperti ini, Kak?” tanya Oliv, membuat aktivitas Keen yang sedang mencium lehernya menjadi terhenti.
Keen melihat kearah Oliv yang memainkan kancing kemejanya. Hal yang selalu Oliv lakukan kala duduk dipangkuan Keen, kalau tidak main kancing ya mainkan dasi yang Keen pakai.
Setelah semua hal yang aku urus selesai.. Maka aku akan segera menunjukkan pernikahan ini di hadapan Ayah dan Mamaku,” jawab Keen atas pertanyaan Oliv.
“Itu tidak jawaban, Kak. Aku menanyakan titik akhir dari kapan semua hal yang kau lakukan itu selesai. Jawabanmu sama dengan tidak akan ada akhir dari semua yang kau lakukan itu,” ujar Oliv yang mana membuat Keen membeku sempurna.
Bahkan senyuman manis di wajah Keen tadi tergantikan dengan ekspresi serius. Keen menjauhkan wajahnya dari tubuh Oliv, memikirkan semua arti kata perkataan Oliv yang sangat mengena hatinya.
“Kau tidak pernah memberitahuku, apa yang sedang kau lakukan. Hingga harus menyembunyikan pernikahan kita,” ucap Oliv lagi. “Katanya aku pasanganmu.. Orang yang sangat kau cintai bukan? Tapi, kau tidak pernah berbagi masalah hidupmu denganku,” sambung Oliv lagi.
Timbul senyuman manis di wajah Keen. “Karna aku tidak mau menambah pikiranmu, hanya masalah kecil diantara aku dan Ayah saja. Jadi, tidak terlalu mengkhawatirkan, Sayang. Tenanglah..” kata Keen.
Untuk menghindar dari pertanyaan macam-macam Oliv lagi, Keen harus memikirkan cara mengalihkan pikiran sang kekasih. Keen dapat merasakan jika Oliv masih mau protes dan mengoceh lagi.
“Aku dengar.. Ada berbagai tas branded yang baru saja masuk, sayangku ini mau beli tidak?” tanya Keen sembari bangkit.
Oliv berdiri di hadapan Keen, rambutnya disisir oleh pria itu dengan sangat telaten. Bagaikan seorang anak gadis dengan Ayahnya, itulah cara Keen memperlakukan istrinya.
“Tas branded?” Tentu saja Oliv tergiur, karna memang ia penyuka benda seperti itu.
Jangan tanya berapa banyak koleksi tas mahal di Mansion Daddy Danu di Singapura milik Oliv. Sudah pasti memiliki ruangan khusus karna memang sangat banyak, Daddy Danu bahkan sakit kepala melihat koleksi tas mahal Oliv itu.
“Ayo, Kak.. Buruan!” Oliv malah menjadi tidak sabar sekarang.
“Tas branded.. Welcome to Mama!” teriak Oliv disertai tawa bahagia dengan posisi masih diurus oleh Keen untuk lebih rapih lagi.
Bahkan Oliv yang terus bergerak kesana-kemari tidak membuat Keen kesulitan sama sekali untuk mengucir rambut Oliv bagaikan ekor kuda.
•
Memang benar kalau Keen membawa Oliv menuju Mall untuk mencari Tas branded itu, hanya saja tidak seperti ini penampilan Oliv. Seperti orang yang menyamar, memakai jaket berukuran besar dan jangan tanya. Sudah pasti memakai kacamata hitam serta masker andalan, sungguh Oliv sangat tidak nyaman.
“Tas seperti apa yang kau mau?” tanya Keen disaat jejeran tas mahal itu sudah tersusun rapi di hadapan mereka.
Tangan Oliv bersedekap didada, dibalik kacamata hitam itu ia menatap tajam Keen yang malah menatapnya serius.
“Sayang, kenapa kau diam saja? Apa tas ini tidak ada yang menarik untukmu?” tanya Keen, ia malah kelihatan khawatir.
“Bagaimana aku bisa melihat dengan baik para anak-anakku itu, Sayang? Kau lihat, mataku saja kau pakaikan kacamata hitam..” ucap Oliv menahan emosi yang memuncak di hati.
Keen baru tersadar, ia tertawa kecil. Tidak lama membuka kacamata hitam itu, sungguh Keen terkejut kala melihat tatapan tajam serta mematikan dari Oliv.
“Astaga!” Keen terkejut sebenarnya, tapi segera mengganti ekspresi wajah menjadi tertawa.
Bagaimana tidak tertawa karna Oliv sangat menggemaskan, wanita itu menatapnya kesal ya meskipun masih memakai masker.
“Maaf, sayangku. Emm.. Begini saja, pilih berapapun yang kau suka. Aku akan membayarnya untukmu,” ucap Keen dengan senyuman manisnya.
Mendengar itu membuat Oliv sangat senang, ia langsung bangkit memilih satu persatu jenis Tas yang sangat ia sukai. Tidak memikirkan harga karna ia yakin jika Keen memiliki uang yang sangat banyak.
“Sekali-kali habiskan uang suami, hahahaha..” Oliv tertawa jahat didalam hati.
Dan disaat pembayaran Keen tidak terkejut sama sekali dengan jumlah hasil belanja Oliv. Terlihat tenang mengeluarkan kartu hitam itu, dengan ekspresi tersenyum manis dengan Oliv.
“Kok nggak marah, Kak? Hampir 200 juta loh itu,” Oliv berusaha menyadarkan Keen.
“Lalu kalau 200 juta?”
“Iya itu mahal buanget, Kak. 200 juta hanya untuk tas tas tidak berguna seperti ini, ya kan?”
“Oliv..” Tangan Keen mendarat pada bahu Oliv. “Aku selalu bekerja keras untuk kebahagiaanmu, jadi tidak usah hiraukan apapun. Pikirkan saja bagaimana cara untuk menghabiskan uangku lagi,” ucap Keen dengan senyuman manisnya.
Keen mengecup ujung mata Oliv karna posisi bibir yang tertutup masker. Oliv tidak bisa berkata apapun, ia tidak menyangka kalau ternyata memang Keen sekaya itu. Mengeluarkan uang sejumlah 200 juta tanpa beban sedikitpun, malah terlihat santai dan bahagia.
“Suami sudah kaya.. Sayangnya belum bisa dibawa nyata,” gumam Oliv didalam hati. Padahal maksud sebenarnya Oliv seakan memborong seperti ini adalah agar Keen sakit kepala melihat ulahnya.
“Sudah, ayo kita makan malam,” ajak Keen, ia meraih tangan Oliv untuk berjalan beriringan. Sebelum itu Keen memasangkan kacamata hitam itu kembali, semata-mata untuk keamanan Oliv.
Sepanjang perjalanan menuju tempat makan yang dikatakan Keen, Oliv terus memperhatikan Keen yang memang tidak ada memandang para wanita yang terus menatapnya penuh kagum. Wajar karna memang Keen sangat tampan dan menggoda, sayangnya hanya Oliv yang bisa merasakan tubuh Keen.
Dibalik kacamata hitam itu Oliv melirik tajam wanita yang sedang cari perhatian dengan Keen. Padahal sudah jelas kalau Keen tidak menghiraukan sama sekali, hanya saja berhasil membuat hati Oliv membara sendiri.
“Jadi, begini alasan Kakak memakaikan aku masker serta kacamata hitam?” tanya Oliv yang membuat Keen langsung melihat kearahnya.
Karena Keen masih memilih menu yang sangat enak untuk mereka makan. Keen sengaja memilih ruangan VVIP yang mana hanya ada mereka berdua saja, jadi Oliv bisa bebas selama makan tanpa penyamaran apapun.
“Maksudmu apa, Honey?” tanya Keen yang kembali mengembalikan fokus membaca buku menu.
Disaat itu Oliv menatap tajam Keen, pria itu memang sangat tampan. Lengan kekar serta tatapan tajam itulah yang membuat para wanita tidak berdaya.
“Kenapa suhu kota Jakarta jadi sepanas ini sekarang?” Tiada henti Oliv mengibaskan rambut terikatnya karena mulai merasakan gerah.