Alysa seorang gadis muda, cantik serta penuh talenta yang kini tengah menempuh studynya di bangku kuliah. Namun, selama dua semester ia memutuskan untuk cuti, demi bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tengah bangkrut.
Dalam perjalananya, Alysa harus mendapatkan uang sebanyak 300 juta dalam semalam untuk biaya operasi jantung orang tuanya. Dalam keadaan mendesak, Alysa memutuskan menjadi wanita panggilan. Mengikuti saran sahabatnya, Tika.
Sialnya, pelanggan pertamanya adalah dosen ia sendiri. Hal itu membuat Alysa malu, kesal sekaligus bingung bagaimana harus melayani sang Dosen. Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? serta bagaimana hubungan Alysa dengan kekasihnya, Rian. Akankah setelah mengetahui fakta sebenarnya ia akan tetap bersama Alysa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By.dyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bicara (Saya punya pacar)
Berlomba renang dengan Dosen mudanya, berdekatan seolah tidak ada jarak, bersama Reyhan sekarang, sama sekali tidak pernah ada dalam bayangan Alysa.
"Ayo lomba, siapa yang sampai duluan. Dia yang menang," kata Reyhan.
"Imbalannya?" tanya Alysa.
"Terserah yang menang," sahut Reyhan.
Alysa tampak ragu dengan tawaran Reyhan. Walaupun begitu, Alysa tetap berpikir permintaan apa yang dapat menguntungkan dirinya. Satu-satunya yang ada di isi otak kepala Alysa adalah soal hutang.
Ya, Alysa sudah mendapat solusi atas hutangnya itu. "Sepakat." Alysa mengulurkan tangan. Reyhan segera menjabat tangan Alysa.
"Sepakat."
Kini, keduanya sudah berada diujung kolam renang. Alysa bersiap memberikan aba-aba pada perlombaan.
"Satu."
"Dua."
"Tiga."
Keduanya kini sudah melaju bersama-sama. Posisi pertama Alysa memimpin perlombaan. Ia sudah begitu semangat untuk mengalahkan Reyhan. Namun, entah bagaimana, ketika akan kembali ketempat semula, mendadak laju renang Reyhan lebih cepat.
Reyhan berenang sudah seperti atlet saja, tanpa pelampung, tanpa gemericik air, serta tanpa tidak terlihat beban kalau Reyhan kesulitan dengan pernapasan di dalam air. Berbeda dengan Alysa, di tengah-tengah kolam ia harus berenti untuk mengambil nafas sebentar, yang mana karna hal itu menjadi salah satu faktor kalau ia berenang lambat, sehingga yang memenangkan perlombaan adalah Reyhan.
"Ish..." keluh Alysa kala keluar dari dalam air.
Reyhan sudah berdiri sambil tubuhnya ia sandarkan pada sisi tembok kolam renang.
"Pak Reyhan curang ya," protes Alysa.
"Curang gimana? Kamu liat sendiri saya gak pakai apapun, gimana mau curang?!"
Bibir Alysa cemberut tidak terima. Sebaliknya, Reyhan terkekeh memandang wajah Alysa yang cepat sekali berubah ekspresinya.
"Jadi?" tanya Reyhan.
"Jadi?" ulang Alysa.
"Imbalan saya. Kita udah sepakat siapa yang menang, dia berhak meminta apapun yang dia mau."
Mata Alysa berjengkit memandang waspada pada Reyhan. "Bapak jangan minta macem-macem ya," ancam Alysa.
Reyhan terkekeh. "Memangnya saya mau lakuin apa? Jangan suka menuduh," tegur Reyhan.
"Saya gak nuduh, tapi faktanya Pak Reyhan emang tukang macem-macem," ungkit Alysa, semakin membuat kepala Reyhan menggeleng.
"Kalau begitu, biarkan saya menujukkan fakta itu, biarkan saya berbuat macam-macam." Tubuh Reyhan cepat menyudutkan tubuh Alysa pada sisi kolam renang. Tubuh Reyhan menghimpit Alysa, sehingga kulit keduanya yang sama-sama banyak terbuka dibeberapa bagian terutama Reyhan, dengan mudahnya bersentuhan.
Tingkat sensitivitas tubuh Alysa begitu cepat bereaksi kala Reyhan menyentuh bagian pinggangnya yang terbuka. Keduanya, secara alamiah menunjukkan gelagat tidak biasa.
Dimata Reyhan, wajah Alysa yang tanpa makeup apapun, begitu menggiurkan untuk ia pandangi, apalagi ketika mata Reyhan terjatuh pada bibir mungil Alysa berwarna merah muda, seketika membuat Reyhan tidak tahan ingin mengecupnya lama pun reaksi lain pada tubuhnya. Di bawah sana, batang pribadi milik Reyhan terasa sesak memunculkan reaksi kecil.
Disisi lain, dimata Alysa, Posisi tubuh Reyhan yang tinggi dan gagah di depan matanya sangat membuat Alysa harus menelan ludah susah payah. Tenggorokan Alysa kering melihat dada Reyhan begitu dekat jaraknya dengan tubuh bagian atas miliknya.
"How do you feel, Saa?" bisik Reyhan.
Alysa menelan ludah susah payah, bibirnya mengering, tangan yang kini ditahan Reyhan semakin menujukkan kelemahannnya untuk melawan.
"I don't know, but I feel like this is all wrong."
Dan, tepat sekali perkiraan Alysa, usai mengatakan hal itu, Reyhan maju lebih dekat, wajahnya tersisa beberapa inci dari wajah Alysa. Meskipun harus sedikit tertunduk karna tubuh tinggi Alysa dibawah dagunya, tidak menghalangi Reyhan untuk melancarkan aksinya.
Jari telunjuk Reyhan terangkat didagu Alysa.
" You know what i want, Alysa." tutur Reyhan didepan bibir Alysa.
Walaupun Reyhan tidak menyatakan keinginannya secara terang-teranggan. Namun, Alysa tidak bodoh. Ia tahu apa yang diinginkan Reyhan kepada dirinya.
Dada Alysa berdebar hebat, semua buku-buku tangannya menegang didalam lingkupan tangan Reyhan, bibir Alysa tergigit kecil. Beberapa detik mata alysa tertutup, ia meminta kesadaran pada Tuhan agar tidak terbuai akan visual Reyhan.
Alysa ini perempuan normal, secara sengaja ataupun tidak Reyhan mendekatkan diri padanya, tetap saja pesona Reyhan memang tidak bisa begitu saja ditolak oleh mata.
Beruntungnya, Alysa sadar. Segera tanganya ia meminta lepas dari Reyhan kemudian mendorong tubuh Reyhan untuk menjauh.
Reyhan terkekeh. "Saya suka reaksi tubuh kamu."
Sial, berdekatan dengan Reyhan kenapa bisa sampai membuat nafas Alysa terengah-engah. Menunjukkan adanya reaksi aneh dari tubuh Alysa hanya karna Reyhan mendekatinya.
"Say... Saya... Say..." Reyhan menyela ucapan Alysa dengan pendaratan ciuman. Laki-laki itu bergerak cepat mendekat kemudian meraih wajah Alysa.
Harusnya, Alysa menolak apa yang dilakukan Reyhan. Seharusnya, Alysa tidak ikut akan permainan Reyhan dan seharusnya ciuman ini cepat selesai, bukan malah Alysa ikut menikmati pagutan bibir Reyhan pada dirinya.
Pada kenyataannya, ciuman yang datang dari Reyhan membuat seluruh saraf yang ada ditubuh Alysa kaku. Pun dengan semesta, seolah mendukung atas terjadinya situasi saat ini, semuanya terasa hening hingga membawa rasa nyaman pada kedua manusia berbeda usia ini.
Disela-sela ciumannya, Alysa bisa merasakan Reyhan tersenyum. Entah senyum kemenangan karna ia telah berhasil mendapat imbalannya dari lomba renang atau senyuman ejekkan pada Alysa karna ikut pada arus yang ada. Padahal sebelumnya, Alysa marah, tidak suka, dan tidak terima. Tapi, sekarang semuanya berubah dengan cepat tanpa menunggu waktu satu hari.
Nafas Alysa mulai tersenggal, Reyhan berenti memagut bibirnya. Alysa tidak berani membuka mata. Ia malu kalau harus matanya bertatapan langsung dengan Reyhan.
Kejadian tadi, diakui oleh Alysa terjadi karna memang keduanya memang sama-sama mau tanpa paksaan siapapun. Namun, tetap saja harusnya hal ini tidak terjadi.
"Open your eyes," titah Reyhan berbisik.
Perlahan mata Alysa ia buka, ditatapnya nanar bola mata Reyhan dengan jarak dekat membuat Alysa sadar ia telah jatuh ditempat yang salah, sesuatu telah terjadi didalam hatinya, Dan hal itu salah.
Bagaimana mungkin perempuan yang sudah memiliki pacar berciuman dengan laki-laki lain tanpa rasa bersalah. Alysa tidak dapat membayangkan kalau sampai Rian mengetahui semua hal ini, bukan tidak mungkin hubungannya akan kandas begitu saja karna laki-laki didepan Alysa saat ini.
"Don't think too much, Alysa," tegur Reyhan.
Semudah itu Reyhan berucap, tidak sadarkan dirinya kalau apa yang baru saja terjadi adalah salah?
"Aku sudah memiliki kekasih," ungkap Alysa jujur.
"Lalu?" Sebuah pertanyaan yang seharusnya tidak perlu ditanyakan. Seharusnya, kala Alysa mengatakan bahkan sudah mengenalkan pada Reyhan kalau ia sudah memiliki kekasih, harusnya Reyhan segera menjauh, bukan bertanya kenapa? Alysa benar-benar tidak habis pikir jalan pikiran Reyhan.
Alysa mengangkat kepalanya pada Reyhan. Ia memandang bola mata gelap Reyhan tajam "This is wrong. Ini salah Reyhan," tekan Alysa.