Sebuah surga impian yang baru saja dibangun terpaksa hancur karena kehadiran orang ketiga. Nadia Mustika Wijayanto harus menelan kenyataan pahit jika sang suami pulang dengan membawa seorang wanita yang merupakan madunya. Pernikahan yang dia kira sebagai surga, nyatanya berubah menjadi neraka. Nadia yang sedari awal tidak ingin dipoligami memutuskan untuk bercerai daripada harus berbagi hati dan suami.
Mengasingkan diri ke luar negeri dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan menjadi pilihan Nadia setelah perceraian. Hingga akhirnya dia bertemu dengan sahabat lamanya tanpa sengaja. Devano Kazim Ravendra, pria dengan senyum lembut yang bisa membuatnya tertawa lepas setelah sekian lama.
***
" Terima kasih sudah menghancurkan surga yang aku impikan, Mas " ~ Nadia Mustika Wijayanto.
***
IG: gadis_taurus15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Taurus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Firasat Buruk
Walaupun sudah dikatakan Ayah Reno untuk tidak terlalu memikirkan ucapan Bunda Siska, tetapi Nadia tetap saja merasa tidak tenang. Nadia segera menyusul Bunda Siska yang naik ke lantai dua dan sepertinya pergi ke kamarnya. Entah mengapa dia merasa sangat bersalah tidak mendengarkan nasehat dari ibunya itu di malam sebelum pernikahannya, padahal sebelumnya dia sudah memantapkan hati untuk menerima pinangan Anwar untuk menjadi istri dari pria itu.
Memang malam itu Bunda Siska datang ke kamarnya untuk berbicara berdua. Ibunya itu menanyakan keyakinan dirinya untuk menjadi istri dari seorang Anwar dan tanpa keraguan Nadia menjawabnya dengan sangat yakin. Akhirnya Bunda Siska pun menerimanya walaupun memang sempat mengutarakan pendapat dan keraguannya tentang sosok Anwar. Nadia berhasil menyakinkan Bunda Siska jika Anwar adalah pria yang baik dan tidak akan menyakiti, tetapi hari ini dia menjadi ragu.
Apa benar Anwar memang pria yang baik? Atau Anwar adalah pria yang tidak bertanggung jawab seperti yang dikatakan oleh Bunda Siska? Jika dipikir-pikir lagi, ucapan Bunda Siska tidak salah, apalagi melihat tindakan yang diambil Anwar tadi malam. Suaminya itu juga belum ada menghubunginya lagi sedari pagi dan hanya memberikan kabar jika sudah tiba di Palembang.
Nadia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir semua pikiran itu, dia akan berusaha berpikiran baik pada suaminya itu. Nadia menganggap kepergian Anwar yang langsung meninggalkannya di malam pertama dan di rumah sendiri itu karena suaminya itu tidak sabar ingin bertemu dengan orang tua yang puluhan tahun lamanya terpisah.
" Mas Anwar pasti melakukan itu karena ingin cepat menemui orang tuanya " gumam Nadia meyakinkan dirinya sendiri.
Nadia segera mempercepat langkahnya menaiki tangga dan menuju kamar kedua orang tuanya.
Tok, tok, tok.
" Bunda, ini Nadia. Nadia boleh masuk ya " ucap Nadia di depan pintu.
" Masuklah, Sayang " terdengar jawaban dari dalam.
Perlahan, Nadia membuka pintu kamar itu lalu langsung masuk ke dalamnya. Terlihat Bunda Siska yang sedang duduk di tepi tempat tidur dengan menatap ke arah jendela yang menghadap langsung ke arah taman.
" Bunda " panggil Nadia sembari berjalan mendekati Nadia.
" Iya Sayang " jawab Bunda Siska tersenyum.
Nadia mendudukkan tubuhnya di samping Bunda Siska dan langsung memeluk tubuh ibunya itu.
" Bunda jangan marah ya. Nadia tidak bisa kalau Bunda marah seperti ini " ucap Nadia dengan suara pelan.
" Bunda tidak marah, Sayang, Bunda cuma kesal. Bisa-bisanya si Anwar itu memperlakukan kamu seperti itu, dia pikir dia siapa, hah. Sepertinya dia belum tahu siapa Bunda, pasti akan Bunda kasih pelajaran sama dia " jawab Bunda Siska sangat geram.
Kedua sudut bibir tertarik membentuk sebuah senyuman karena ibunya itu terlihat sangat lucu jika sedang kesal seperti itu. Hampir setiap hari sebenarnya Bunda Siska mengomel dan merasa kesal karena kelakukan kedua adiknya, terutama Hendri. Jika yang satunya yaitu Hendra lebih kalem dan bisa diatur.
" Bunda lucu deh kalau sedang kesal seperti ini " ucap Nadia mengeratkan pelukannya dan sedikit menggoyangkannya.
" Mana ada begitu, Bunda sedang kesal bukan melucu " jawab Bunda Siska mengerucutkan bibirnya.
Nadia tertawa kecil melihat itu karena wajah Bunda Siska sangat lucu. Sama sekali tidak terlihat seperti ibu dengan tiga anak karena wajahnya ya awet muda. Eh, bukan awet muda tapi memang Bunda Siska masih muda, usianya saja baru 34 tahun dan selisih 10 tahun saja dengannya. Bunda Siska menikah dengan ayahnya di usianya yang masih sangat muda dan langsung memiliki anak sambung yang cukup besar.
" Aku tahu Bunda sangat menyayangi Nadia dan Nadia sangat bersyukur akan hal itu. Bunda jangan khawatir ya, Nadia yakin kok kalau Mas Anwar itu adalah laki-laki yang baik. Dia sangat senang karena bisa bertemu dengan orang tuanya, jadi dia pergi dengan terburu-buru. Bunda jangan marah ya sama Mas Anwar " ucap Nadia pada Bunda Siska.
Terlihat Bunda Siska menghela napasnya panjang. " Hmm, baiklah, Bunda akan menganggapnya seperti itu " jawab Bunda Siska.
" Tapi sekali lagi dia memperlakukan kamu seperti ini atau mau menyakiti kamu, jangan larang Bunda untuk memberikannya pelajaran " lanjut Bunda Siska yang akan menjadi garda terdepan untuk putrinya itu.
Nadia langsung menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
" Terima kasih ya, Bunda " ucap Nadia lalu memberikan kecupan di pipi sang ibu.
" Sama-sama, Sayang " jawab Bunda Siska mengusap lembut punggung tangan Nadia yang memeluknya.
" Kalau begitu sekarang kita keluar yuk, Bun. Semua orang pasti sudah menunggu kita di taman " ajak Nadia pada Bunda Siska.
Bunda Siska pun mengangguk-anggukkan kepalanya mengiyakan. Mereka tidak bisa terus berada di kamar dan mengabaikan sanak saudara yang sedang berkumpul di rumah mereka.
Kemudian Nadia melepaskan pelukannya pada sang ibu lalu mereka berjalan beriringan keluar dari kamar dan menuju taman.
" Kakak " panggil Hendra dan Hendri, kedua adik kembar Nadia.
Kedua remaja itu langsung menghampiri sang kakak yang baru tiba di taman bersama Bunda Siska. Hendra dan Hendri langsung memeluk Nadia bersamaan karena mereka sudah sangat merindukan kakaknya itu. Walaupun baru berpisah satu hari, mereka sudah rindu ya wajar saja sebelumnya mereka jarang sekali berpisah.
" Aku sangat merindukan Kakak " ucap Hendra di dalam pelukan Nadia.
" Aku juga " sambung Hendri.
Nadia pun tersenyum mendengar itu. " Kalian ini, baru satu hari tapi sudah rindu saja " ucap Nadia mengusap kepala kedua adiknya.
Sedangkan Bunda Siska sudah berlalu menghampiri ibu-ibu yang lain dan membiarkan kakak beradik itu menuntaskan rindu mereka.
" Jangan kan satu hari, satu jam saja tidak bertemu Kakak, kami itu sudah rindu " jawab Hendri.
" Aaaa manisnya adik-adikku ini " ucap Nadia terharu.
Meski tidak lahir dari rahim yang sama, tetapi ikatan mereka sangat kuat dan saling menyayangi.
" Ist, Hendra, Hendri, gantian dong. Aku juga mau peluk Kak Nadia " ucap seorang gadis di belakang mereka.
Hendra dan Hendri pun langsung melepaskan pelukannya dan membiarkan gadis yang merupakan sepupu mereka itu memeluk Nadia. Jika tidak, maka gadis itu akan merajuk dan menangis, pada akhirnya akan membuat mereka berdua pusing.
" Kakak rindu aku, tidak? " tanya Adelia setelah memeluk kakak sepupunya itu.
" Rindu dong, Lia " jawab Nadia tersenyum.
Nadia mencubit gemas salah satu pipi Adelia yang memang sangat chubby.
" Hai, Lio " sapa Nadia pada Adelio, kembaran Adelia.
Remaja laki-laki itu hanya tersenyum tipis tanpa membalas sapaan Nadia, maklum saja dia itu kulkas dua pintu persis seperti ayahnya.
" Nah, kebetulan ada Nadia, tolong ambilkan gelas dari dapur ya. Tadi sudah Tante siapkan kok " ucap seorang wanita yang merupakan istri dari sepupu Bunda Siska, yaitu Tante Yeni.
" Baik, Tante " jawab Nadia.
" Lia, kamu bantu Kak Nadia " ucap Yeni pada sang putri.
" Siap, Bunda " jawab Adelia.
Nadia dan Adelia pun segera masuk ke dalam rumah untuk mengambil gelas seperti yang diperintahkan oleh Tante Yeni.
" Lia, kamu bawa yang sedikit saja ya. Biar Kakak bawa yang banyak " ucap Nadia melihat gelas-gelas yang sudah tersusun di atas nampan.
" Iya Kak " jawab Adelia.
Nadia mengangkat nampan berisi gelas-gelas itu dan membawa ke taman. Tapi ketika mendekati pintu, entah kenapa tiba-tiba tangannya terasa licin hingga tidak seimbang memegang nampan dan akhirnya gelas-gelas itu terjatuh.
Prang, prang, prang.
Suara pecahan gelas saling bersahutan hingga menarik perhatian dari semua orang yang berada di dalam rumah maupun taman.
Deg.
" Astaghfirullah " gumam Nadia langsung memegang dadanya.
Perasannya menjadi tidak enak dan langsung teringat dengan Anwar. Nadia sangat takut terjadi sesuatu yang buruk pada suaminya, entah apa itu. Mendadak Nadia menjadi memiliki firasat yang buruk pada suaminya. Biasanya Firasatnya itu tidak pernah salah dan membuatnya menjadi sangat khawatir.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘