"kita kenapa sih milih eksplor ke desa plosok?" tanya maya.
"aduh lo bego apa gimana sih, kita kan jual konten horor misteri. ya kita harus pergi ke desa desa yang plosok dan terbelakang lah. mikir bloon," maki saki.
"diem diem, jadi kita ber empat ini fix ya pergi ke desa pancuran di kaki gunung kawi. Ada yang keberatan gak?"
.....
"lo yakin itu manusia? kenapa bungkuk begitu? dagu sama lutut aja sejajar anjir!"
"jangan ngomong kasar disini, bego lu," maki sintia.
"sorry sorry gue lupa,"
.....
"woy woy saki kesurupan anjir pasti gara gara ngomong kasar dia!" teriak sintia.
"lah lo barusan?"
"omg!!!! gak gak gue gak sengaja," teriak sintia histeris.
....
"gue mau pulang, gue mau pergi dari sini," tangis maya sambil bersembunyi di balik pohon beringin.
selengkapnya>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mermaidku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 18
Pukul 6 pagi, maya, saqi dan mbok indri sudah berada di pinggir kali (sungai) untuk melihat informasi. Namun tak ada sekalipun genangan air yang warnanya berubah atau berbeda dari air di sekitarnya.
"gak ada kayaknya deh mbok,"
"iya ya... Kok gak ada, padahal tadi malam cuacanya gak bagus gitu," heran mbok indri.
"ya mungkin emang lagi gak bagus cuacanya mbok, lagipula ini kan musim hujan. Jadi ya pantes kan kalau hujan badai?" tanya saqi.
"hmm... mungkin saja,"
"mbok..." panggil dewi yang kebetulan melintas.
"kenapa?"
"ya kalian ini yang kenapa? pagi pagi udah sobo kali aja, cari apa?"
sobo kali; pergi ke sungai.
"enggak... liat sekitar aja, sama nemenin mereka lihat lihat kampung. Kamu mau kemana?"
"ini mau ke rumah mas arya, jual panen cabe. Ya walaupun kurang bagus sih lagi musim hujan gini, tapi kata orang orang cabe lagi mahal jadi mau aku tawarin ke mas arya sama bapaknya,"
"iya mbak kalau musim hujan biasanya mahal karena banyak yang gagal panen, jadi kebutuhan pasar kurang. Langka, jadinya mahal... Di kota sering gitu soalnya," jelas maya.
"iya ini juga mau di jual ke kota, semoga bisa titip jual deh. Walaupun harganya gak terlalu mahal tapi gak papa deh yang penting dapet duit, yaudah aku duluan ya mbak, mas, mbok indri,"
"iya mbak hati hati,"
"kalian gak mau lihat ke rumah arya? Disana udah kayak pasar, semua orang jual panen kesana,"
"kenapa mbok? Mas arya kaya banget ya?"
"yeee mata duitan lo...!" ejek saqi.
"apa sih,"
"enggak, kusna itu punya truk dan pickup. Jadi dia yang menjadi perantara orang pasar dan orang kampung sini. Kalau di tanya kaya atau tidak, ya kaya lah untuk ukuran orang kampung, disana juga biasa buat belanja orang orang yang gak punya hasil kebun, rame wes koyo pasar," jelas mbok indri semangat.
"owalah mau dong mbok kesana,"
"emang lo bawa duit?" tanya saqi.
"yakan ambil dulu, buat masak nanti sekalian sama besok,"
"ya kalian ambil uang dulu, mbok tunggu di rumah arya aja ya?"
"ehh kita gak tau mbok rumahnya dimana,"
"ikut jalan ini aja lurus kesana, nanti pasti tau soalnya ada tanda jalannya ke pasar kluthuk," tunjuk mbok indri.
"ohh gitu, yaudah mbok kalau mau duluan nanti kita nyusul,"
Maya dan saqi bergegas kembali ke rumah untuk mengambil uang, mereka berniat berbelanja bahan makanan yang sekiranya tahan lama. Karena selama ini mereka lebih sering makan mie instan yang mereka temui di warung bawah.
"maya, lo ngerasa aneh gak sih semenjak kita mandi suci itu?" tanya saqi.
"aneh kenapa?"
"ya Arya jadi gak dateng ke rumah lagi, gak tiba tiba ketemu di jalan juga kan?"
"ya mungkin sibuk, udahlah biarin," jawab maya tak peduli.
"dih, aneh banget lo. Kenapa? Lo masih cemburu liat arya masuk rumah cewek?"
"kaga an... Astaghfirullah hampir aja gue ngomong kasar, maksudnya gue gak marah. Gue gak peduli karena ya kalau gue peduli pun percuma, jadi lebih baik gue gak peduli kan?"
"aneh lo,"
Saat sampai di depan rumah, saqi terkejut karena mendapati ada sepatu farel didepan pintu masuk rumah, "eh ini sepatu farel kan?"
"eh iya, dah balik kayaknya. Ayo masuk kita liat," ajak maya.
Saat masuk, rumah terasa sepi dan tak ada orang. Maya dan saqi pun bergantian memanggil farel namun tak mendapat jawaban, "farel? Lo balik lagi?"
"rel?"
"udah may, kayaknya lagi pergi deh. Mungkin lagi jemput Sintia kali, udah kita ambil uang dulu terus ke pasar. Nanti pasti mereka balik kesini kok,"
"mereka tu kenapa dah, ngilang ngilang mulu kerjaannya," keluh maya.
"ya namanya lagi marah terus pengen pulang may, udah gak usah di pikirin," ucap saqi menenangkan.
"huhhh sebenarnya gue juga takut dan nyesel dateng kesini, tapi gue gak mau juga kalau ambil resiko besar. Gue terima aja kalau gak bisa keluar dari sini sebelum gue ketemu jodoh gue,"
"iya maya, gak papa. Kita semua takut dan nyesel, tapi kita berdua bertahan aja disini. Gue juga gak mau kalau gegabah kayak farel sama sintia, emang sih cupu banget karena nunggu info dari mereka. Tapi gue gak peduli deh, yang penting kita selamat. Dan kalau pun ada keadaan mendesak gue mohon lo tetep disini sama gue,"
"ihh jangan bahas sedih sedih deh, gue pengen nangis. Gue juga khawatir dan kangen sama orang tua gue, tapi gimana? Hmm... Gue ambil duit dulu ya, lo tunggu sini,"
"iya may," sambil menunggu maya, saqi mencoba melihat ke kamar farel dan Sintia. Namun kosong, ia pergi ke dapur dan kamar mandi tetapi disana juga kosong.
"lagi keluar kayaknya,"
"ayo saqi, kenapa?" tanya maya.
"enggak gue mastiin aja kalau mereka emang udah pulang atau belum,"
"mungkin lagi keluar,"
......................
Setelah sampai di rumah arya, benar jika disana ramai seperti pasar tradisional. Mulai dari pekarangan sampai sebelah rumah penuh dengan keranjang berisi panenan. Ada juga yang menjual daging sapi dan beberapa makanan tradisional.
"ihh gak sabar pengen jajan," tunjuk Maya pada beberapa pedagang yang menjajakan kue kue tradisional.
"udah sana beli, gue mau beli jagung,"
"kenapa gak berdua aja?" tanya maya.
"kalau kemana mana berdua terus yang ada semua orang nganggep kita pasutri. Udah sana kan lo bawa duit sendiri," usir saqi yang langsung pergi meninggalkan maya.
"ishh, yaudah gue belanja sendiri,"
Saqi memilih beberapa jagung yang menurutnya bagus, ia membeli dua kilo jagung untuk dibawa pulang, "berapa mbok?"
"ini satu kilonya empat ribu mas, lagi musim hujan jadi kurang manis. Tapi bagus kok mas ini, simbok gak bohong loh ya, ini emang kurang manis tapi bulirnya bagus. Biasanya kalau kurang manis gini di buat bakwan atau bubur jagung,"
"ya boleh deh mbok dua kilo,"
"eh anu mas... Kok cuma berdua?"
"iya mbok, soalnya farel sama sintia lagi pergi jadi gak bisa ikut," bohong saqi.
"owalah, soalnya biasanya berempat. Ini liat berdua aja jadi heran hehe,"
"iya mbok, kalau kentang ini mahal mbok?"
"lagi mahal mas, kalau mau disimpan agak lama mending beli ubi aja mas. Lagipula orang sini jarang beli kentang, soalnya cepet bertunas kalau disimpan. Jadi kurang tahan lama,"
"manis mbok ubinya?" tanya saqi, ia mengambil satu buah ubi yang besar dan panjang didekatnya.
"saqi, itu sintia," maya tiba tiba mengangetkan saqi sambil menunjuk ke arah sumur di belakang rumah arya, saqi pun kembali menaruh ubi itu dan berdiri untuk melihat dengan jelas.
"sintia? Tapi tangannya mana?"