Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Nih minum dulu!" Husna memberikan satu botol air mineral kepada Tama yang kini sedang duduk di meja kantin dengan raut wajah sangat kehausan.
"Iya makasih ya." Jawab Tama sambil membuka dan langsung meminumnya.
"Pasti capek banget ya kamu sampai harus main sama dua orang yang berbeda gitu?" Tanya Husna sambil melihat Tama yang masih bercucuran keringat berulang kali meminum minuman yang diberikan olehnya.
"Lumayan sih, tapi ngomong-ngomong kamu dukung aku kan tadi?" Tama bertanya sambil sedikit senyum.
"Iya dong, dua-duanya juga tadi aku dukung kamu." Jawab Husna tegas sambil membalas senyuman Tama.
"Masa? Kenapa kamu nggak dukung pak Frian tadi?" Tanya Tama sambil sedikit melebarkan matanya.
"Em, ya pengen dukung kamu aja, masa aku harus jelasin sih hmm." Jawab Husna yang jadi sedikit malu karena pandangan Tama meluapkan kecurigaan.
"Hmm, iya iya nggak usah di jelasin aku sudah paham ko kenapa kamu dukung aku." Tama sedikit terkekeh melihat Husna yang jadi sedikit malu.
"Apa emang? Coba aku pengen tahu tebakan kamu apa yang ada di pikiran aku sekarang." Husna malah balik bertanya sedikit mengangkat dagunya karena sebenarnya dia masih malu untuk mengungkapkannya kepada Tama.
"Nggak ah, masa aku yang harus nebak, kamu ini ya dari dulu gengsi aja bisanya. Em." Ucap Tama sambil sedikit mencubit manja pipi Husna.
"Hehe Biarin, biar kamu makin penasaran sama aku, tapi yang jelas makin ke sini aku itu makin seneng banget bisa lebih dekat lagi sama kamu." Dengan sedikit tertawa Husna mengusap lengan Tama mengungkapkan perasaan bahagianya.
Tama hanya bisa tersenyum dan merasa bangga terhadap dirinya karena telah membuat wanita yang dia sayangi bisa bahagia bila berada di sampingnya.
"Oh iya Husna aku mau tanya sama kamu, tadi siswi perempuan ngapain sih ko olahraganya beda ngumpul di pojokan gitu?" Tama bertanya karena ingin lebih tahu tentang sifat Frian yang aslinya.
"Jangankan kamu Tam, aku sendiri saja bingung, sebenarnya ini juga salah satu yang aku nggak suka dari sosok kak Frian, kami itu hampir tiap praktik olahraga kaya gitu ngumpul nggak jelas, cuma di ajak ngobrol sambil bercanda, malah tiap praktik aku jarang sekali keringetan kaya kamu tuh!" Dengan sedikit kesal, Husna mencoba menceritakan keluh kesahnya sebagai siswa.
"Hmm kayanya dia memang bahaya ya buat siswa perempuan di sini." Tama yang makin penasaran jadi mengira ada hal aneh yang ada di diri Frian.
"Em sebenarnya dulu juga pernah ada kejadian aneh menimpa kami" Husna tiba-tiba ingin bercerita tapi sedikit ragu.
"Kejadian apa Husna?" Tama yang jadi terperangah kembali bertanya dengan nada serius.
"Aku mau cerita sama kamu tapi jangan bilang siapa-siapa ya! Soalnya cuma aku sama Reza yang tahu cerita ini." Husna berbicara pelan seperti ingin menceritakan Hal penting kepada Tama.
"Ada apa Husna? Ayo cerita saja!" Ucap Tama sambil menaruh kedua tangannya di atas meja ingin menanggapi cerita dari Husna.
Husna pun menceritakan semuanya.
Flashback beberapa bulan yang lalu.
Waktu itu cuaca sedang hujan, sebenarnya hari ini sedang ada ujian praktik olahraga jadwalnya di adakan siang setelah bubaran sekolah, tapi karena hujan Frian berencana menunda praktik itu menjadi Minggu depan.
Husna dan teman satu kelasnya yang belum pulang karena hujan, tanpa diduga tiba-tiba siswa laki-laki dipaksa untuk pulang oleh Frian padahal cuaca masih hujan, sedangkan siswa perempuan malah di suruh menunggu dan dikumpulkan di ruangan kelas dengan alasan untuk praktik olahraga duluan di ruangan itu.
Siswa laki-laki yang memang senang disuruh pulang, mereka pun membubarkan diri karena memang merasa tak penting dengan mata pelajaran yang diberikan oleh Frian selama sekolah di situ, karena Frian hanya perhatian kepada siswa perempuan dibandingkan siswa laki-laki.
Setelah siswa perempuan berkumpul di ruangan kelas, Satu persatu siswa perempuan di panggil ke ruang BP oleh Frian sesuai absen, sementara siswa yang belum di panggil diwajibkan menunggu di dalam kelas tak boleh ada yang keluar ruangan.
Suasana sekolah juga sudah sangat sepi karena semua sudah pulang termasuk guru-guru.
Siswi yang sudah di panggil Frian setelah selesai langsung dipaksa pulang waktu itu juga, Husna yang memang belum kebagian dan waktu itu dia hendak ke toilet, tiba-tiba Husna diseret dan dibawa Reza pergi dari area sekolah. Dia membawa Husna dengan raut wajah yang sangat panik dan ketakutan.
"Reza aku mau dibawa kemana ih?" Husna yang jadi ketakutan hanya bisa menurut karena genggaman tangan Reza begitu kuat di tangannya.
"Ayo Husna ikut saja. Nanti setelah jauh dari sini aku ceritakan semuanya. Ini demi keselamatan kamu!" Jawab Reza sambil terburu-buru menjauh dari area sekolah.
Setelah Husna dan Reza sampai di sebuah tempat yang dikiranya aman, Reza pun melepaskan genggaman tangannya yang sedari tadi mencengkram tangan Husna sampai lengannya memerah.
Nafas yang terseok-seok di antara mereka berdua membuat mereka kelelahan, sampai-sampai mereka tak sadar bahwa saat ini mereka sedang berada di tengah perkebunan dan persawahan jauh dari pemukiman karena mereka kabur lewat pintu belakang sekolah menelusuri jalan setapak.
"Mau apa sih kamu ajak aku ke sini?" Husna bertanya dengan nada sedikit marah.
"Bahaya Husna, kamu belum dipanggil kan sama guru sialan itu?" Ucap Reza yang sepertinya sangat peduli dengan Husna dan sangat marah terhadap Frian.
"Belum, ya mungkin sekarang aku sedang dipanggil dan dicari sama dia." Jawab Husna yang sebenarnya takut karena pasti saat ini Frian sedang memanggil namanya di dalam kelas.
"Untung saja kamu sedang ada di luar tadi dan bertemu denganku, kamu masih selamat Husna. Tapi aku nggak tahu gimana nasib teman-teman perempuan ku yang ada di sana sekarang." Reza berbicara sambil menahan tangis dan menyesali bahwa tak bisa menyelamatkan siswi yang lain.
"Ada apa sih Reza? Aku nggak ngerti apa yang kamu bilang." Tanya Husna sambil memegang lengan Reza yang wajahnya sangat khawatir.
"Husna, tadi aku sengaja belum pulang karena memang banyak kecurigaan yang aku rasakan terhadap Frian selama ini. Tadi aku sengaja mengintip dari arah jendela ruang BP sendirian, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri siswi yang dia panggil di lecehkan seenaknya oleh guru sialan itu. Untung saja tadi aku tak sengaja bertemu denganmu, kamu masih selamat Husna kamu masih selamat!"
Sambil menangis, Reza menceritakan kejadian yang tak pernah Husna sangka sebelumnya. Ternyata ada maksud tertentu yang Frian rencanakan selama ini mengumpulkan semua siswa perempuan.
Husna hanya bisa terperangah seolah tak percaya apa yang sudah terjadi saat ini.
"Gimana ini Husna, apa kita lapor polisi saja sekarang?" Reza meminta pendapat karena sudah sangat geram dengan kelakuan Frian yang sudah sangat keterlaluan.
"Aku bingung Za, kalau pun kita lapor polisi sekarang kita tak punya cukup bukti. Kecuali para siswi yang sudah jadi korban mau bercerita nanti dihadapan polisi. Tapi tahu sendiri kan Za kamu, kak Frian itu orang kuat pasti dia bisa menyangkal semuanya."
Husna kebingungan harus berbuat apa saat ini. Dia tak bisa menerima saran dari Reza untuk melapor ke polisi karena memang tadi Reza hanya melihat sebentar tidak merekam semua kejadiannya.
"Tapi Za makasih banyak ya! Kalau nggak ada kamu mungkin aku juga sudah jadi korbannya saat ini. Sebenarnya kak Frian memang sudah sering menjebak aku seperti itu dengan tipu dayanya selama ini, tapi aku selalu diselamatkan oleh keadaan, termasuk kamu Za saat ini orang yang sudah menyelamatkan aku tanpa disengaja."
Husna pun menangis, dia mengucapkan terimakasih kepada Reza karena sudah menyelamatkannya.
Selama ini memang Frian selalu berusaha untuk menjebak Husna, tapi keadaan selalu menyelamatkannya tanpa di duga-duga.
Tapi Husna juga menjadi semakin takut karena suatu hari Frian pasti berhasil untuk menjebaknya jika dia masih diam tak punya rencana untuk melawan. Apalagi dengan kekuatan Frian yang memang sudah leluasa di izinkan oleh kedua orang tua Husna untuk memiliki Husna tanpa batas waktu.
"Mulai saat ini aku mohon Husna kamu lebih hati-hati lagi dengan dia. Aku tahu ko ada alasan tertentu kenapa sampai saat ini kamu masih berhubungan dengan dia. Aku tak bisa membantumu lebih dari ini, karena kamu pasti tahu sendiri aku ini orang lemah tak bisa melawan Frian yang kuat yang punya segalanya."
Reza mengingatkan Husna untuk lebih berhati-hati lagi kedepannya.
"Za, sebenarnya aku juga sudah nggak mau berhubungan lagi dengan dia, ada alasan yang sulit aku jelaskan sama kamu kenapa aku masih berhubungan dengan dia. Tapi Za kita diam-diam saja dulu ya sekarang, aku takut bila masalah ini bocor Kak Frian akan mencari siapa yang sudah membocorkan rahasia ini. Aku juga takut kamu kenapa-kenapa."
Husna yang semakin bingung memberikan saran untuk merahasiakan masalah ini kepada Reza.
Di sini Reza hanya bisa diam menahan semua amarahnya, wajahnya memerah sambil menggesek-gesekkan gigi gerahamnya, tangannya pun mengepal seperti ingin mencabik-cabik Frian jika ada didepannya saat ini.
"Tapi suatu hari nanti kita harus bertindak Husna, kita harus membuat rencana. Kamu bayangkan saja Husna berapa siswa yang menjadi korbannya saat ini. Itu pun yang kita tahu saja belum yang tanpa sepengetahuan kita."
Reza yang geram mengajak Husna untuk bertindak melakukan sesuatu, karena takut Frian semakin semena-mena melakukan aksinya.
"Iya aku tahu, yaudah sekarang kita pulang yah! Kita pikirkan lagi nanti, yang penting sekarang aku sudah tahu sifat aslinya dia seperti apa. Aku pasti akan lebih hati-hati kedepannya nggak akan gegabah mengikuti permintaannya." Husna menenangkan Reza sambil mengusap-usap lengannya.
Flashback off