NovelToon NovelToon
Kisah Putra Iblis : Pelukan Kegelapan

Kisah Putra Iblis : Pelukan Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Raja Tentara/Dewa Perang / Roh Supernatural / Kultivasi Modern
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Author GG

Singgasanaku dibuat dari indung mutiara yang dibentuk menyerupai jalinan akar pohon.

Aku menyebutnya rumah, yang lain mengatakan ini penjara. Walau demikian penjaraku dibuat seindah tempat tinggal para dewa, mungkin karena ibu berharap putranya adalah dewa dan bukannya iblis.

Tidak ada pilar atau ruangan-ruangan lain. Hanya ada pohon tunggal yang tumbuh kokoh di halaman singgasanaku. Pohon yang menjadi sumber kehidupanku, kini semakin kehilangan kecemerlangannya. Saat pohon itu meredup lalu padam, aku juga akan sirna.

Sebelum aku menghilang dan dilupakan, akan kuceritakan masa singkat petualanganku sebagai iblis yang menyamar jadi manusia atau barangkali iblis yang berusaha menjadi dewa hingga aku berakhir didalam penjara ibu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Author GG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amarah Hantu

Jauh disana ada seseorang yang selalu memperingatkan tentang batasanku. Belakangan bahkan dia terlalu cerewet. Sebagai saudara kami tentulah saling terhubung, dia pasti merasakan eksistensiku kian hari semakin nyata.

Memang benar berurusan dengan banyak manusia akan membuat jiwaku semakin bersinar dan kuat. Siapapun yang mengenalku telah berperan menyumbangkan flower spirit. Aku telah banyak mereguk eliksir kehidupan yang mengalir di pohonku. Murni, cemerlang dan semanis madu.

Konon warnanya menunjukan sebagaimana perbuatan kita. Terang atau gelap. Aku memang tidak pernah berpikir menggunakan cara kotor dengan membuat keributan disana sini untuk menjadikanku terkenal. Itu bukan gayaku. Jadi untuk masalah kali ini apa kekhilafanku?

Orang yang sepertinya pemimpin dari mereka mengeluarkan gulungan dari balik bajunya lalu direntangkan di depannya.

"Apa itu daftar tagihan?"

Mereka mengabaikan pertanyaan Niken. Dilihat dari caranya mengamati selebaran itu, sepertinya mereka sedang mencocokkan apa yang terlihat di atas kertas dengan kami.

"Bagaimana kakak?"

"Gambarnya tidak jelas."

Lalu mereka saling mengoper selebaran itu, sebagian menggelengkan kepala lainnya mengerutkan kening.

Salah satu dari mereka berbisik. "Kenapa Tuan itu tidak membayar ahli lukis saja daripada menggambarnya sendiri, menyusahkan saja."

"Huss, jangan bilang begitu, bagaimana pun orang itu membayar kita dengan mahal."

Aku berdehem membuat bisik-bisik mereka berhenti. "Mungkin kami bisa membantu tuan-tuan?"

Mereka menatap kami curiga dan si pemimpin menatap mataku dengan serius. Dengan cepat dia menggulung kembali selebaran itu dan memberi isyarat maju kepada rekannya yang berjumlah empat orang.

"Eh, tunggu jangan marah! Aku hanya ingin membantu. Bukankah tuan-tuan sekalian sedang mencari seseorang?"

Baik si pemimpin maupun keempat orang lainnya tidak menggubrisku.

"Kalian ini memang tidak masuk akal. Kalian mencari anggota Phoenix dan kamilah anggota Phoenix tapi kalian malah menyusahkan diri sendiri."

"Dia terlalu banyak bicara. Mari kita selesaikan dengan cepat dan bawa orang ini sebagai sandra, si hantu Gilda itu pasti akan datang untuk membebaskannya."

"Tunggu, kau bilang hantu Gilda? Kenapa tidak bilang saja dari tadi."

Aku dan Niken bertukar pandang sejenak. Mereka mencariku dan Niken tahu siapa orang yang mereka cari. Anak perempuan itu berkata, "Memangnya apa imbalan yang bisa kami dapatkan kalau bisa membawa hantu itu kesini?"

"Kami akan membiarkan kalian pergi dengan utuh."

Niken mengerutkan kening, "Aih, cuma itu saja? Itu namanya tidak adil, bagaimana kalau kita bagi hasil, tuan-tuan pasti dapat uang banyak dari orang yang mempekerjakan tuan-tuan penjahat ini, kan? Oke, deal, ayo gege."

Niken meraih lenganku dan baru satu langkah, pedang-pedang sudah terhunus kearah kami.

"Mau kemana kalian?"

"Me... memanggil hantu," ucap Niken terbata. Aku meremas lengannya, mencoba mengatakan bahwa aku ada bersamanya.

"Kau sedang membodohi kami, ya?"

"Ma... mana berani," Niken mencicit, walau begitu aku ingin memuji keberaniannya. Dengan pedang terhunus di lehernya dia masih bisa menimpali perkataan mereka. "Tuan-tuan adalah kelompok penjahat bayaran terkeren yang berusaha mengejar hantu. Itu unik sekali!”

"Salah satu dari kalian harus tinggal disini, dan siapapun yang pergi dan tidak kembali dengan hantu itu, maka terpaksa kami akan menjadikannya tamu kehormatan dimarkas kami. Silahkan putuskan siapa yang akan pergi memanggilnya."

"Sebaiknya anak perempuan ini yang memanggilnya, tuan hantu tidak suka di ganggu sesama pria. Biar aku disini bersama kalian. Nah, bisa singkirkan itu darinya?"

Orang yang menghunuskan pedang pada Niken, menurunkan lengannya. Niken terlihat sedikit lebih rileks.

"Mengenai hantu, itu persoalan mudah." Aku mengangkat kedua tangan, menandakan tidak akan adanya perlawanan. Mereka terus mengawasiku, mewaspadai setiap gerakan yang tiba-tiba. Perlahan dan hati-hati kujauhkan mata pedang yang mengarah ke leherku dengan telunjuk.

"Apa sebaiknya kita duduk-duduk dulu di kedai teh, barangkali?"

Mereka menatap satu sama lain dengan bingung, salah satu mereka berkata, "Teh? Apa kami terlihat seperti orang yang mau menikmati teh?!"

"Bukankah lebih baik daripada terus berdiri dipanggang matahari? Yah, bagaimana juga kami tidak bisa menjamu kalian di dalam Gilda Phoenix."

Tiba-tiba si pemimpin tertawa terbahak-bahak.

"Akhirnya aku melihat wujud hantu itu," dia berhenti sejenak dan menatapku. "Aku nyaris melupakan satu petunjuk penting mengenai si hantu. Kau memang orangnya, bocah pembual dan banyak bicara."

"Eh!"

Dalam waktu singkat disekitar kami telah terjadi kekacauan. Para pengunjung pasar menyelamatkan diri begitu pertarungan pecah. Sebagian para pedagang berusaha menyelamatkan harta bendanya dengan meraup dan mengumpulkannya di pelukan, namun tidak begitu banyak yang tersisa. Sebagian yang paling dekat telah berserakan dan hancur akibat serangan yang membabi buta.

"Aku tidak pernah suka berurusan dengan para pria, mereka tidak akan mempan hanya dengan beberapa gebrakan puisiku."

Aku berlagak menyentil kotoran yang tidak nampak di pakaianku dan akibat tindakanku itu penyerang pertama kembali datang, mengayunkan pedang.

"Bocah tengil!"

Aku tidak punya pedang, tapi aku sudah mempersenjatai diri dengan kemoceng bulu ayam untuk menyambut serangan itu. Satu persatu mereka melompat kearahku, ketika yang satu mundur, yang berikutnya maju. Awalnya kukira situasi ini mirip seperti para pemabuk yang memasuki Gilda malam itu, tapi rupanya orang-orang ini bukan orang biasa. Mereka bertarung dengan gerakan terlatih.

Niken sudah sembunyi dan mengintip dibalik keranjang anyaman buah. Tapi dia malah keluar begitu si pepimpin tidak sengaja menjatuhkan gulungannya dan anak itu malah memungutnya.

"Ah, aku mendapatkannya, gege!"

Aku tidak akan mengucapkan selamat atas tindakannya yang gegabah. Lagi pula benda itu tidak penting.

"Wah gambarnya benar-benar jelek sekali. Gege...!"

Jeritan itu memecah konsentrasiku. Salah satu dari mereka telah menangkapnya.

"Niken!"

Tangan kasar pria itu mencengkram kedua lengannya dan menguncinya ke belakang, ketika Niken berontak pria itu tidak segan menarik dan menyeretnya dengan kasar.

"Singkirkan tangan kotormu itu darinya, sialan!"

Aku mencoba mengejarnya, tetapi aku terlambat menyadari bahaya yang juga mengintai dari sisi yang lain. Sebuah hantaman telak mengenai belakang kepalaku membuatku terhuyung.

Aku berbalik dan melihat orang itu mencoba kembali menghajarku, aku merunduk dan menendang ke arah kakinya untuk membuatnya hilang keseimbangan. Namun dia melompat dan berhasil menghindar dan mendaratkan pukulan di pelipisku.

Aku kembali terhuyung, kali ini aku kalah telak. Rasa sakit meledak di kepalaku, penglihatanku berkunang-kunang. Dia memanfaatkan kesempatan ini untuk melumpuhkanku sepenuhnya. Dia menendang lututku hingga aku ambruk dan terjatuh menghantam tanah, menimbulkan sengatan rasa sakit yang baru di bagian sisi tubuhku. Kudengar Niken memanggilku sambil menangis.

"Ayo tunjukan kemampuanmu, Tuan Hantu!"

"Cukup, kita hanya perlu membawanya hidup-hidup."

Ada tangan-tangan yang meraihku sebelum menjatuhkanku kembali. Seseorang telah mendarat tidak jauh dariku, orang ini yang telah mengambil perhatian mereka.

"Semoga aku kagak begitu terlambat."

Yang datang berbicara adalah Erlang, anggota yang cukup baru di Gilda Phoenix. Orang ini yang selalu di buntuti Faradisa, aku langsung mengenalinya.

"Sudah beberapa hari mereka berkeliaran disekitar Gilda Phoenix seperti semut hitam yang mengincar remahan roti. Oleh karena itu aku telah memberitahu ketua untuk melarang siapapun pergi ke luar."

Dia berdiri dengan memanggul dao nya di pundak. Pedang mata satu miliknya tidak besar, namun kepercayaan dirinya membuat para penjahat bayaran itu menguatkan genggaman di pedangnya masing-masing. Dalam waktu berdekatan desing pedang telah memenuhi udara, logam beradu logam. Pedang berkilat silih berganti. Erlang menangkis serangan mereka dengan gerakan cepat dan terampil.

Disisi lain aku melihat Niken mengambil kesempatan atas kelengahan si penyandranya. Anak perempuan itu mengentakkan tumit ke jari kaki si penjahat, menghantamkan sikut ke rusuknya, hingga akhirnya genggaman si penyandra melonggar.

Niken berlari ke arahku, dibelakangnya pria itu mengejar dengan kaki terpincang-pincang. Kuraih kemoceng bulu ayam yang terjatuh di dekatku, bidikanku jitu, menghantam wajahnya. Aku berdiri sambil memegangi kepalaku yang masih berdenyut.

Aku menyambut Niken yang terisak, dia tiba-tiba melingkarkan lengannya ke pinggangku.

"Aku minta maap telah membawamu pada situasi ini." Aku berbisik dirambutnya. Niken melepaskan pelukannya, gulungan itu masih dia genggam. Aku memintanya tanpa suara dan dia mengerti.

Erlang mengintip kertas yang sedang kupegangi, napasnya terengah tapi dia tetap waspada dengan dao diarahkan ke depan.

"Sepertinya itu mirip kau."

"Aku tidak sejelek ini, menurutku ini sama sekali tidak mirip denganku." Aku menutup selebaran itu menjadi satu lipatan. "Ayo kita selesaikan ini! Maaf membuatmu menunggu."

"Kau yakin?"

"Apa aku kelihatan sepayah itu?"

Aku meminta Niken mundur dan dia langsung mematuhiku. "Siap?" aku bertanya pada Erlang, dan dia menjawab. "Gas!"

Pertarungan kembali pecah, tidak masalah bagiku bertarung dengan tangan kosong tapi beberapa saat berikutnya rekanku berhasil melucuti salah satu dari mereka. Pedangnya terlempar dan Erlang sigap menangkapnya.

"Bro!"

Aku menoleh dan dia melempar pedang itu kepadaku yang langsung kutangkap. "Biar kutunjukan bagaimana caranya menggunakan pedang sesungguhnya."

Meski kami belum pernah berlatih bersama, kami bisa bergerak dalam satu kesatuan. Dua pedang jelas membuat posisi kami unggul dibanding sebelumnya. Kepercayaan diri rekanku terlihat berlipat dan dengan pedang di tanganku jangan harap mereka bisa lolos begitu saja.

Dua dari mereka berhasil kujatuhkan, dua lainnya berusaha menjatuhkan rekanku Erlang. Si pemimpin tampak murka, dengan wajah menahan amarah dia langsung menyasarku.

"Sepertinya kau tidak pernah dengar nasihat ini. Amarah yang terlampau besar seperti lumpur yang  mencemari air bersih. Kau menyerang secara membabi buta, tekhnik yang bagus sekalipun bisa kalah karena salah perhitungan."

Aku berhasil membekuknya, kulempar tubuhnya ke depan hingga menghantam tanah. Pedangnya telah terlepas dan dia berusaha meraihnya tapi lebih dulu kutendang. Kuhunus pedang di bawah dagunya.

"Ini bayaran karena satu dari kalian telah berani menyentuhnya!"

Aku mengangkat pedangku dan si pemimpin memandangku ngeri, melihat getaran amarah di mataku. Dia tahu apa yang bisa kulakukan pada saat itu juga. Dia melolong membuat dua rekan lainnya lengah dan berhasil di robohkan Erlang.

Aku memutar pedangku hingga menebas udara kosong. Si pemimpin terperanjat.

"Sial! Cepat enyahlah dari hadapanku sebelum aku berubah pikiran."

Dia terburu-buru mundur, bangkit dan pergi, yang lainnya mengikuti jejaknya setelah memunguti senjatanya dengan gusar.

"Jangan coba-coba mendekati Gilda Phoenix lagi."

"Nah," kulempar pedang yang tadi kugunakan. "Jangan sampai ketinggalan."

Berdiri disampingku Erlang telah menyampirkan dao dipundaknya, sepertinya itu gaya andalannya.

"Aku Erlang," katanya, mulai pembicaraan begitu punggung para penjahat itu sudah tidak terlihat lagi. "Kita dalam satu Gilda hanya ada beberapa pria disana dan kau yang mana?"

Dia melirik kartu pengenal Niken yang menggantung di angkinku. "Niken?"

"Aku yang Niken, nah gege." Niken melesakkan pengenal milikku ketanganku.

"Dewandaru," kataku.

"Rupanya aku sedang menghadapi dua petinggi Gilda Phoenix."

1
Houtaru_kun
keren seperti biasanya kak 👍 gege emang kuat banget 😯 akhirnya dapet juga uangnya.. wen yi ini aneh ya, sebetulnya dia ngelakuin itu karna ngeliat sosok lain 🤔 ngebaca ini aku jadi terinspirasi bikin novel wuxia atau kultivasi berunsur chinesse juga nih.. lanjutttkan!!!! 😊👍
F.T Zira
masih pov 1👏👏
F.T Zira
salam perkenalan..
masih nyimak
F.T Zira: tapi ngak bisa maraton ya.. baca perlahan
Author GG: makasih k Z, sudah menyimak 🪷
total 2 replies
💫0m@~ga0eL🔱
hadir, slm perkenalan 🌹
Author GG: terimakasih, kak ❤️
total 1 replies
miilieaa
cambuk ke 48 , nggak bisa dibayangkan /Sob/
miilieaa: sudah nato semua pastiii
Author GG: pedih kk Milea /Silent/
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
kak aku mampir nih
Author GG: makasih, kak Wid ... 🫡
total 1 replies
Houtaru_kun
cerita kayak wuxia2 gini emang identik sama kantong uang, macem to liong to atau pendekar rajawali 😄 gege kuat juga ya bahkan senjata aja gak bisa membunuhnya, dan pistol di jaman ini pun palingan panah, soalnya senjata paling kuat yg aku tau itu pistol, apa pistol juga gak berarti ya buat gege kalo seandainya ada pistol hehehe.. apakah gege akan mendapat uang itu?? lanjuttkan!!! 😊👍
Houtaru_kun: iya kak soalnya kan bukan novel tema game online atau system juga hehehe 🤭 wah bagus kak kalo dapet ide 👍

mungkin. dan mungkin aja yg nerjemahinnya pake google translet 😄
Author GG: tapi bisa kyknya pakai e wallet cuman nanti certanya kyk sistem game online 😆 serius dari komenan ini malah dapat ide weh, .. 👌

kalau dapat dari googl biasanya berantakan gak enak bacanya, mklum gratisan kali yak.
total 4 replies
Houtaru_kun
kata2nya gak monoton, kursus nulis dimana kak? hehe 🤭 mantap!!! 👍 aku aja nulis cerita masih kurang kosakata hehehe 😄 erlang itu jadi ngingetin aku sama dewa erlang, dan ya erlang disini sama gagahnya dgn dewa erlang 😉 ehh malah lebih peduli sama ayam, maen sama ayam hehehehe 🤭 lanjuttt kak!!!! 😊👍
Author GG: siapp 🤗
Houtaru_kun: ok sip kak 😊👍 menunggu adegan seriusnya hehe 😉
total 3 replies
miilieaa
ayam jengger merah itu jago kah thor?
Author GG: sebenernya yg betina juga ada jengger merahnya 😂 itu cuma ngikutin karakter MC yg memang rada begitulah ...
total 1 replies
Houtaru_kun
kakak mendeskripsikan cerita ini dengan sangat baik 😊👍 piti kalo di padang itu artinya duit 🤭 mantap kak!!! suasana timurnya berasa, keren!!! 😉
Houtaru_kun: oohh hehehe, kebetulan tak terduga kak 🤭
Author GG: weh kebetulan yang pas, piti padahal singkatan dari point dari sana inspirasinya /Facepalm/ tapi maksudnya memang alat pembayaran 😄
total 2 replies
Houtaru_kun
wah keren juga ini, serasa baca novel2 silat kayak novelnya khoo ping ho.. 🤩 kukasih hadiah kak 😊👍
Houtaru_kun: iya kak. semangat nulisnya 😉
Author GG: Wah hehe makasih sudah intip-intip ... /Hey/
total 2 replies
AnakBalita
Niken 14 tahun masih sangat polos saat itu, sekarang ia sudah berumur 18 tahun hahaha
Author GG: iyakk...
total 1 replies
AnakBalita
Elis, Zahwa, Niken... nama-nama pengguna nt tahun 2020-an ya? Kau masih mengingatnya dengan baik
Author GG: Tata juga pasti salah satu orang dari masa lalu, hayo siapa ini eh ...
AnakBalita: Hanya seorang anak Balita hehe
total 3 replies
Aulia Nur
makasih kak ♥️
Author GG: Terimakasih kembali kak Aulia /Hey/
total 1 replies
Author GG
Kira-kira gambarnya mirip buatan aa drawing /Shame/
Ahmad Rezky
siapa penguntit nya
miilieaa
banyak penguntit nya yaa thor
Author GG: iya, betul kak Milea ...
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
mampir dikarya ku jg yah thor. tinggalkan jejek dicoment yah. tq
Author GG: Siap kak Wida, terimakasih sudah mampir ...
total 1 replies
Hani
Semangat berkarya Thor
Hani
semangat author
Hani: sama sama
Author GG: Makasih kak Hani /Rose/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!