Aku benar benar menjadi gadis gila karena mencintai laki laki sampai termehek mehek meski dia doyan nenteng cewek, dia adalah arnav tetangga sebelah rumahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon s.tari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18
Pagi ini hujan begitu deras, air tergenang dimana mana.
"Lia cepat sarapan biar ayah antar, hari ini ayah mau di rumah saja malas ke resto"
"Kenapa malas ayah ?" Tanyaku heran karena tidak biasanya ayah begitu.
"Mama kurang enak badan dari tadi malam sudah pusing jadi ayah mau menjaga mama, dan mau membawa mama juga untuk berobat" jawab ayah mengelus rambutku.
"Kalau begitu ayah tidak perlu mengantar Lia, ayah menjaga mama saja biar Lia nebeng arnav saja"
"Apa tidak apa apa nak ?"
"Tidak apa apa ayah tenang saja,Lia lihat mama dulu ya"
Ayah mengangguk, aku berjalan ke kamar mama. kulihat mama masih berbaring lemas.
"Mama sakit apa ?"
"Tidak apa apa nak hanya sedikit pusing, nanti mau ke rumah sakit dengan ayah" jawab mama pelan.
"Mama istirahat ya Lia berangkat dulu sekolah, Lia nebeng arnav saja biar ayah bisa membawa mama brobat lebih cepat." Ucapku mencium pipi mama.
"Hati hati sayang" jawab mama.
Aku keluar rumah dan melihat hujan yang masih begitu deras. Ku coba chat arnav tapi tidak dibaca tapi kulihat masih ada motornya di depan rumah. Aku berlari kecil ke rumah arnav.
"Permisi" teriakku. Namun tak ada orang yang menjawab meskipun pintunya tetap terbuka jadi kuputuskan untuk masuk saja.
"Paman, bibi, arnav" panggilku
"Apa sih hon bising"jawab arnav keluar kamar sudah rapi dengan pakaian sekolah
"Aku nebeng ya, paman sama bibi apa sudah berangkat kan masih hujan"
"Mereka ke India semalam, ada perlu"
"Ooo begitu, bilangin dong nanti kalau bibik pulang bawa roti chapati"
Kletekk...
Arnav memukul pelan jidatku.
"Apasihhh"
"Kalau mau makan roti chapati tidak perlu menunggu pulang dari india dulu, sana makan di dapur juga ada"
"Benarkah ? Nanti sajalah pulang sekolah, ayo cepat nanti kita terlambat"
"Iya iya ayo"
"Loh kok naik mobil ?"
Tanyaku saat arnav mengeluarkan mobil mereka dari garasi dan kembali memasukkan motornya ke garasi.
"Hujan hon" jawab arnav
Aku mengangguk lalu masuk mobil.
Tiba di sekolah..
"Kira kira Bagas bagaimana ya " tanyaku pada arnav saat kami berjalan di koridor sekolah.
"Entah hon, lagian masih banyak perempuan di luar sana ngapain dia galau galau segala hanya gara gara perempuan begituan." Aku mengangguk membenarkan ucapan arnav.
"Ayo hon ke kantin dulu mana tau anak anak sudah disana"
Kami pergi ke kantin dan benar saja ternyata benar sudah ada bagas, Edo, Doni dan Dion.
"Kenapa ?" Tanya arnav saat melihat semua anak anak pada murung.
"Nih Bagasnya galau" ucap Dion menyenggol lengan Bagas.
"Tidak kok, hanya sedikit menyesal saja karena sudah terlanjur sayang" jawabnya tertawa sumbang.
"Tidak apa apa galau tapi jangan lama lama" kata Edo.
"Terimakasih ya bro, kalian sudah menunjukkan kenyataan padaku meskipun sebenarnya aku sakit hati" kata Bagas menundukkan kepala.
Aku teringat lagi kejadian tadi malam.
Flashback
Tok..tokk...
"Siapa" terdengar sahutan dari dalam kamar,
Namun Bagas tidak menjawab dan masih terus mengetuk pintu.
Krett.....
Kami semua sangat terkejut melihat penampilan sisi dengan rambut yang berantakan dan memakai baju haram. Jelas sekali terlihat jejak jejak perc****an di lehernya padahal baru beberapa menit mereka masuk kamar.
"Bagas..." Ucap sisi pelan
"Apa ini pekerjaanmu ? Atau kemauanmu semata ?" Tanya Bagas.
"Gas aku bisa jelaskan semuanya tapi tidak sekarang" ucap sisi
Mendengar itu Bagas tertawa sumbang.
"Hahhh baiklah, kamu tidak perlu menjelaskan apapun lagi padaku karena itu tidak perlu lagi bagiku" jawab Bagas parau.
"Baby siapa yang datang, cepatlah aku sudah tidak tahan" terdengar teriakan dari dalam kamar, membuat Bagas mengepalkan tangan menahan marah.
"Pergilah kami tidak akan mengganggu. Dan iya kita mulai sekarang tidak ada hubungan apa apa lagi. Ingat aku yang memutuskanmu" ucap Bagas berlalu pergi.
"Kamu terlalu baik bro, aku fikir tadi malam kamu akan melayangkan Bogeman pada pria itu" kata Edo.
"Tidak bro, karena aku sadar kalau itu hotel pasti pengamanannya ketat walaupun sebenarnya aku sangat ingin"
"Sudahlah kamu tidak perlu galau galau terus masih banyak wanita di luar sana" kata Dion.
"Sudahlah ayo masuk kelas dulu sebentar lagi bel" kata arnav menyudahi obrolan mereka.
Kami masuk kelas dan belajar dengan tertib hingga pulang.
"Hon kamu pulang naik gojek dulu ya, aku sama anak anak mau nemani Bagas dulu basket"
Aku mengangguk lalu memutuskan naik angkot. Setelah beberapa menit menunggu angkotnya tidak kunjung datang dan sialnya kok malah ada sisi pacarnya Bagas datang.
"Sisi" ucapku pelan.
"Mau minum kopi bersamaku ?" Ajaknya. Aku berfikir mungkin ada yang mau dia tanyakan atau mau disampaikan jadi kuputuskan menerima tawarannya.
"Kamu mau minum apa ?" Tanya sisi saat kami sampai di sebuah kafe dekat sekolah.
"Jus mangga"
Sisi mengangguk lalu memesan jus untuk kami.
"Ada yang mau kamu sampaikan ?" Tanyaku, namun sisi menggeleng pelan.
"Tidak, tapi aku mau bertanya kenapa kalian bisa berada di hotel itu tadi malam ? Apa kalian mengikuti ku ?"
Aku menarik nafas pelan memikirkan jawaban yang tepat.
"Kami tidak mengikutimu, kami kesana mau melihat gedung untuk acara ulang tahunku"
"Apa kamu fikir aku percaya itu ?"
"Percaya atau tidak itu hak kamu"
"Kalian tau, karena kalian aku jadi putus dengan Bagas. Apa kalian senang dan puas setelah menghancurkan hubungan kami" katanya mulai emosi.
"Kami tidak pernah menghancurkan hubungan kalian, hubungan kalian hancur karena kamu sendiri."
"Hahaa... Kalimat yang bagus. Kalau saja kalian tidak mengajak Bagas ke hotel tadi malam mungkin kami masih pacaran sampai sekarang"
"Apa kamu tidak takut melakukan hal semacam itu sementara kamu masih sekolah ?"
"Jangan campuri urusanku" jawab sisi emosi.
"Aku tidak mencampuri urusanmu, aku hanya mengingatkan. Apapun masalahmu dan beban hidupmu hentikan berbuat seperti itu. Resikonya besar. Toh masih banyak pekerjaan lain"
"Hahah pekerjaan lain kamu bilang ? Jadi kamu mau bilang kalau aku bekerja menjual diri begitu ?"
"Kalau bukan pekerjaan aku yakin kamu tidak akan mau b******n dengan pria tua, bahkan lebih pantas menjadi orang tuamu. Tidak ada gunanya kamu mendatangiku, lebih baik kamu minta maaf pada Bagas dan jelaskan semua padanya. Aku permisi ini untuk membayar jusku"
Aku meletakkan uang dua puluh ribu di depan sisi, sekalipun jusnya belum sempat ku minum.
Aku berjalan dipinggir jalan sembari menunggu angkot.
Sampai di rumah kulihat ayah dan mama duduk di ruang tau sambil makan buah yang dikupas ayah.
"Hai sayang kamu pulang naik apa ?" Tanya mama
"Naik angkot ma"
"Apa kamu sudah makan siang sayang ?"tanya mama lagi, sementara ayah hanya diam sambil makan buah
"Lia belum lapar ma"
Kalau begitu duduk lah sayang ada yang mau mama dan ayah sampaikan padamu"
" Apa itu ma ?"...