Semasa Joanna kecil ia tidak pernah menyukai kehadiran anak-anak laki-laki yang tinggal satu rumah dengannya. Namun, ketika duduk dibangku SMA Joanna merasa dirinya merasakan gejolak aneh. Ia benci jika Juan dekat dengan orang lain. Ia tidak bisa mengartikan perasaannya pada laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11 : Antar pulang
...- happy reading -...
...***...
Juan meremas kasar kertas yang ia baca lalu memasukkan nya kembali ke dalam loker. la tak mau ambil pusing, apalagi kuis pagi ini lebih penting.
"Tapi siapa dia? Kok bisa tau gue liat sesuatu?" Juan bergumam pelan, membuat Saka menoleh heran.
"Lo kenapa, Ju?" Saka memegang tangan Juan, sontak Juan menoleh dan tersenyum.
"Gue gak papa, lagi ngapalin rumus nih susah." Keluhnya. Saka hanya mengangguk lalu kembali membaca buku catatan nya.
Juan, Saja, Yuda dan Gerald sampai di kelas, mereka sudah berganti baju karena pelajaran olahraga baru saja selesai.
Ke empatnya tertawa karena cerita lucu yang Yuda ceritakan, mereka pun duduk dengan posisi Saka dan Gerald duduk menghadap belakang, ke arah meja Yuda dan Juan.
Juan meraba loker mejanya dan mengernyit saat meraba sesuatu berbentuk kotak dan dingin. la lalu mengeluarkan nya.
"Kenapa?" tanya Gerald bingung. Juan pun menunjukkan sesuatu.
"Ada susu di loker meja gue." Memang benar itu adalah susu cokelat yang masih dingin, sepertinya baru di simpan di sana.
"Siapa yang naruh ya?"
"Cieee itu lo punya secret admirer Ju," goda Gerald. Bukan nya salting Juan malah masih bingung dan penasaran. Apa mungkin Sisil? Perempuan itu sering memberinya susu kotak.
Dengan perasaan senang Juan menusukkan sedotan ke sana lalu meminumnya. Saka, Yuda dan Gerald asik berbicara sementara Juan masih meraba loker mejanya. Dan sebuah kertas ada disana, ia pun segera mengambilnya dan membacanya dalam diam.
-Lo penasaran kan siapa gue? Gue ga pernah jauh dari lo, silahkan lo cari tau.-
Juan semakin geram, apa orang ini mau macam macam dengan nya? Ia mengedarkan pandangan nya ke sekeliling, di kelas tidak terlalu ramai karena banyak yang masih berganti baju dan jajan di kantin, di luar juga ramai karena kelas sebelah sedang freeclass, ia tidak bisa menemukannya sekarang.
"Lo nyari siapa Ju?" tanya Saka.
"Ngga ko, gue cuma liat kelas sebelah aja yang rame banget."
"Wajar sih, mereka kan freeclass, kelas kita juga gitu kalo jamkos, sifat monyetnya keluar semua," cibir Yuda.
"Iya, salah satunya lo." Gerald menimpali lalu tertawa puas.
"Yee, ngaca lah monyet."
Lalu gantian ketiganya tertawa puas. Sementara di koridor sana seorang siswa berdiri menatap ke arah kelas dari jendela, ia tersenyum melihat Juan yang tertawa lepas.
"Kenapa gue jadi ke obsesi sama lo?"
Merasa di perhatikan, Juan melihat ke arah luar kelas, tapi tidak ada yang menatapnya, hanya beberapa anak kelas sebelah yang sedang bercanda dan mengobrol.
***
Bel sudah berbunyi sejak tadi, sekolahan hanya tersisa beberapa orang yang mengikuti ekskul atau kelas tambahan, seperti Juan yang kini berada di ruang seni tari, karena pensi akan segera di laksanakan maka banyak anak yang menyiapkan penampilan mereka.
"Kita ambil tarian apa nih Kak?" tanya Juan pada ketua ekskul mereka.
"Hm... gimana kalo kita cover dance yang lagi viral sekarang?" tanya Bobby—ketua ekskul yang langsung disetujui oleh anak dance yang lain.
"Kita bagi jadi dua konsep dulu, yang seksi sama cute ver." Bobby berdiri dan berjalan ke arah papan tulis kecil yang sengaja di pindahkan ke tengah agar rapat lebih mudah.
Memang ruangan anak dance ini dipenuhi oleh kaca, seperti studio dance sehingga semuanya harus duduk lesehan setiap rapat di mulai.
"Gue mau Juan jadi center ya? Lo cocok jadi center soalnya, dance lo juga bagus. Lo team seksi bareng sama Nicho, Farel, Rafael dan Vito. Kalian cover EXO yang Love Shot."
Setelah menulis beberapa nama dan konsepnya, Bobby kembali melihat ke arah anak dance lain.
"Sisanya yang 9 orang, sama Timo team cute. Kalian cover Boy With Luv."
"Karena gue harus gabung ke eskul musik buat tahun ini, jadi gue ga bisa ikut kalian nih tapi latihan tetep gue pantau ya, ga ada males malesan!" Yang lain mengiyakan ucapan Bobby.
Setelah tiga jam latihan, akhirnya anak dance pun bubar di jam 6 sore. Keadaan sekolah jelas sudah sangat sepi, hanya ada beberapa anak osis yang sibuk mengurus acara.
"Juan, lo balik naik apa?" tanya Bobby, keduanya kini berjalan bersama menuju ke luar sekolah.
"Eh kayanya naik grab kak." Juan melirik ke arah ponselnya sementara Bobby terlihat khawatir.
"Gue anterin aja yu, gue bawa motor kok."
"Tapi rumah lo ga searah sama gue, jauh banget malah nanti gue ga enak. Udah gue gapapa ko pake grab, kan sesuai aplikasi."
Bobby menghela nafas kasar lalu mengangguk pelan. Keduanya pun berpisah, Bobby belok ke arah parkiran dan Juan berjalan lurus ke arah gerbang. Sebelum mereka benar benar berpisah, Bobby menatap Juan yang perlahan pergi menjauh, tatapan nya sangat sulit di artikan namun ia tetap kembali melanjutkan langkahnya ke arah parkiran.
Setelah sampai di depan gerbang, Juan pun duduk di tembok kecil sembari membuka ponselnya, menginstal aplikasi grab. Namun suara seseorang berhasil membuatnya mengalihkan pandangan.
"Lo ga balik?"
Suara berat itu tidak asing. Suara Sisil. Juan mendongak dan mendapati Sisil duduk di atas motornya sembari tersenyum.
"Kok bengong sih? Ayo gue anter balik, daripada lo sendirian disini nanti keburu malem."
Juan hanya mengangguk, tak ada salahnya menerima tawaran Sisil, lagipula ia bilang kalau dia akan menjaganya. Tapi tidak mungkin kan Sisil menunggunya selesai dance?
Setelah memakai helm dan duduk di belakang, motor pun berjalan meninggalkan lingkungan sekolah.
"Lo kok masih ada disini Kak?"
"Oh, gue kan osis, jadi gue harus rapat dulu."
Juan bisa melihat lesung pipi milik Sisill lewat kaca spion, cowok itu hanya mengangguk dan membiarkan Sisil membawanya pulang. Semilir angin membuat Juan merasa mengantuk tapi ia tahan karena kondisi sekarang tidak memungkinkan nya untuk tidur.
"Pegangan sini, nanti lo jatuh soalnya gue mau ngebut." Sisil menyodorkan tangan nya dan menarik tangan Juan membiarkan kedua tangan cowok itu melingkar di perutnya.
Juan yang akan protes justru terkejut saat motor itu melaju cepat menyalip banyaknya mobil di jalanan. Jakarta memang selalu macet saat jam pulang kerja.
Tak terasa keduanya sampai di perumahan Cempaka, tempat tinggal Juan. Gadis itu mengernyit heran, bagaimana bisa Jean tau rumahnya?
"Kak Sisil tau rumah aku?"
"Tau lah, kan Joanna udah bilang ke kita kalo lo adik tirinya, pasti kalian satu rumah kan?"
Juan mengangguk mengiyakan, jadi Joanna udah memberitahu semuanya kepada Girlvy, syukurlah Juan pikir ia salah karena sudah membocorkan rahasia itu pada teman temannya.
"Nah sampe juga." Setelahnya Juan langsung turun dan memberikan helm yang ia pakai pada Sisil.
"Duh, makasih ya kak, gue jadi ngerepotin deh."
Sisil lagi lagi tersenyum, senyum manis yang membuat suasana sejuk seketika.
"Santai aja kali, gue udah bilang kan kalo gue bakal ikut jagain lo?" Juan mengangguk pelan sembari tersenyum.
"Mau mampir dulu kak? Makan malam di sini, kan ada Kak Joanna."
"Ga usah Juan, gue balik aja. Soalnya ga pernah ada anak Girlvy yang masuk ke rumah lo itu, Joanna ga suka." Juan lagi lagi mengangguk.
"Yaudah kak, hati hati di jalan ya."
Juan melambaikan tangan nya sementara Sisil menurunkan helmnya, tak lupa ia melambaikan tangan nya sebelum tancap gas. Setelah perempuan itu hilang dari pandangan, Juan pun berjalan masuk ke rumah. Pasti Bunda dan Ayah khawatir karena baru kali ini ia pulang mepet jam makan malam.
"Juan pulang..."