Kisah ini terinspirasi dari kisah hidup seseorang, meski tidak sama persis namun mewakili bagaimana alur hidup beberapa wanita, bagaiman dia bermimpi memiliki rumah tangga yang indah, namun pada kenyataannya semua tak semulus harapannya.
pernikahan yang indah adalah impian semua wanita, menikah dengan orang yang bisa memahami dan selalu bisa menjadi pundak baginya adalah impian, namun tak pernah Alifa sangka selama menjalani pernikahan dengan Aby kata indah nyaris terburai dan hambar semakin harinya, apalagi tinggal bersama mertua yang tak pernah bersyukur akan hadirnya. Alifa semakin lelah dan nyaris menyerah akan di bawa kemana biduk rumah tanganya??? salahkan jika perasaan itu terkikis oleh rasa lelah???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasihat sepasang
Di Rumah Alifa.
"Mbak Ami, Mas Aby belum kesini??" Alifa bertanya pada Amina istri Bang Satya.
"Belum Fa, Kamu kangen??" Tanya Amina sambil melihat Shasa dan putrinya bermain bersama.
Alifa hanya tersenyum tipis, bagaimana pun Aby suaminya, cinta pertamanya setelah ijab Kabul di lakukan. Alifa juga heran jauh begini ternyata lebih bisa menata hati dan lebih bisa melukis rindu.
"Aku dosa ndak ya mbak begini?? " Tanya Alifa sendu.
"Dosa apanya?" Amina heran balik bertanya.
"Aku dosa ndak ya pergi dari rumah suami, pulang ke sini? " Alifa memainkan jarinya menatap kedepan.
"Entahlah FA, jika itu aku mungkin juga akan melakukan hal yang sama. Namun Aku pernah dengar dari pengajianku orang yang meninggalkan suami sebenarnya tidak diperbolehkan melakukannya, kecuali mempunyai alasan yang dapat dibenarkan, misalnya dia menganiaya secara fisik. Namun jika tidak ada alasan yang dapat dibenarkan, maka terus meninggalkannya adalah kemaksiatan kepadanya dan kepada Allah serta melalaikan hak suami." Jawab Amina tersenyum dan meraih tangan Alifa.
"Dan sebaliknya jika seorang laki-laki meninggalkan istrinya, maka ada syarat-syarat bagi seorang suami untuk meninggalkan istrinya. Misalnya, istrinya keras kepala, dan dia hanya boleh meninggalkan istrinya di tempat tidur. Maka, jika dia meninggalkanmu dengan cara yang tidak Islami, dan dia terus meninggalkanmu, dan kamu bersedia bersabar dengannya dalam keadaan ini sambil aman dari godaan, maka kamu boleh terus bersamanya dalam keadaan berpisah ini." Jelas Amina lagi membuat Alifa sedikit ragu dengan keputusannya.
"Tapi mbak, aku merasa tidak nyaman dan tidak bahagia disana." Alifa mengembun teringat bagaimana akhir-akhir ini dirinya menjalani pernikahannya dengan bayang-bayang mertua.
"Berat ya Fa, Sabar ya, maka dari itu dalam pandangan kami, kamu tidak boleh tinggal bersamanya dalam keadaan seperti ini. Kami merasa jika Aby tidak menjagamu dengan baik. Dan jika memang tak bisa di bicarakan maka kamu boleh meminta pisah dengan baik, dengan harapan Allah akan memberimu suami yang lebih baik," Ujar Amina.
"Sepaham Mbak, hubungan antara pasangan harus didasarkan pada ketenangan, cinta dan belas kasihan. Ketiganya merupakan konsep yang sangat penting dalam Islam. Ketiganya merangkum cita-cita pernikahan Islam Fa, nah kamu dapat ndak ketiga ini dalam pernikahan kamu?? " Kata Amina lagi membuat Alifa menarik nafas dalam.
"Sudah menjadi tugas suami dan istri untuk memastikan bahwa mereka adalah sumber kenyamanan dan ketenangan bagi satu sama lain. Contohnya Mbak dan Bang Satya kami merasakan betul-betul indahnya ketiga hal itu dalam pernikahan kami meskipun hidup kami sederhana." Terang Amina lagi sambil mengelus tangan Alifa lembut.
"Fa, namun jika memang kamu ingin memberi jeda pada masalah kalian agar bisa sama-sama koreksi dan tetap mempertahankan pernikahan kalian maka baik kamu maupun Aby hendaknya berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi diri dari segala macam godaan agar tetap bisa bersama dalam ikatan pernikahan." Nasihat Amina lagi pada Alifa yang tetap diam menyimak nasihat iparnya.
"Alifa tau Mbak Kebersamaan akan melindungi pasangan dari jerat setan yang terkutuk. Namun jika ada hal yang mengharuskan keduanya berpisah untuk sementara, maka Alifa harap tidak mengapa hidup terpisah selama perpisahan tersebut tidak membuat salah satu dari kami melakukan perbuatan yang diharamkan." Ujar Alifa kemudian.
"Iya Fa, Mbak tau namun jika memang mau berpisah jarak dulu sebaiknya jangan terlalu lama ya." Kata Amina menyahut sambil menguatkan Alifa.
"Fa, ini bukan kata Abang ya, tapi ustadz yang mengatakan Islam sangat menganjurkan pasangan untuk hidup bersama dan saling melindungi dari kejahatan dan setan. Setan itu senang sekali jika suatu rumah tangga itu hancur dan rusak." Suara Bang Satya yang tiba-tiba bersuara di belakang keduanya, rupanya sedari tadi duduk di belakang keduanya.
"Hidup bersama diketahui menjadi salah satu tujuan utama pernikahan dalam Islam. Al-Qur'an menggambarkan pasangan sebagai ketenangan yang berarti rumah tempat kedua pasangan mendapatkan cinta, kasih sayang, belas kasihan, kasih sayang yang tulus dan sebagainya. Semua ini akan terjadi jika orang yang sudah menikah tetap bersama." Kata Satya sambil duduk selonjor di sisi Amina.
"Namun, Islam tidak melarang pasangan untuk kadang-kadang hidup terpisah selama perpisahan tersebut tidak membuat salah satu dari mereka melakukan tindakan yang dilarang." Terang Bang Satya.
"Kedua pasangan mempunyai hak untuk meminta satu sama lain untuk hidup bersama. Namun, tidak ada salahnya bagi mereka untuk menyepakati perpisahan sementara dengan syarat tujuan pernikahan dipatuhi dan dihormati seperti komunikasi yang berkelanjutan dan pemenuhan kewajiban satu sama lain." Jelas Bang Satya lagi.
"Bang, Lalu berapa lama seorang suami boleh menjauh dari istrinya?" Tanya Amina sambil bersandar pada Bang Satya membuat sedikit iri hati Alifa karena nyaris tak pernah seperti itu dengan Aby apalagi saat tinggal di rumah mertuanya.
"Dalam Islam, perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita bukan sekadar pengaturan hidup bersama secara finansial dan fisik, melainkan sebuah kontrak suci, anugerah Tuhan, untuk menjalani kehidupan yang bahagia, menyenangkan, dan meneruskan garis keturunan." Bang Satya berkata sambil menatap kedepan.
"Tujuan utama pernikahan dalam Islam adalah terwujudnya ketentraman dan kasih sayang antar pasangan. Untuk mencapai tujuan tertinggi ini, Islam menetapkan kewajiban dan hak tertentu bagi suami dan istri." Jelas Bang Satya tanpa menoleh.
"Salah satu Fikih yang Abang pernah baca, batas maksimal seorang suami boleh berpisah dengan istrinya adalah empat bulan, atau enam bulan menurut pandangan ulama Hanbali. Ini adalah masa maksimal seorang wanita mampu menanggung perpisahan dari suaminya." Jelas Bang Satya pada Alifa.
"Ckkk, Alifa ingin terus di sini tapi tetap menjalani pernikahan, Alifa takut Shasa kehilangan Ayahnya Jika kami bercerai." bun di mata Alifa mulai berkabut.
"Dengar ya mengapa empat bulan, Suatu malam Khalifah `Umar bin Al-Khattab radhiyallahu'anhu sedang berkeliling Madinah ketika dia mendengar seorang wanita bernyanyi: Malam panjang, kegelapan menyelimutiku; Aku tidak bisa tidur, karena aku tidak mempunyai teman untuk bermain. Demi Allah, seandainya tidak ada rasa takut kepada-Nya, dipan ini akan berguncang dari sisi ke sisi."
"Setelah diselidiki, `Umar radhiyallahu 'anhu menemukan bahwa suami wanita tersebut telah lama melakukan ekspedisi militer. Beliau kemudian bertanya kepada putrinya, Hafsah, seorang janda Nabi “Berapa lama seorang wanita bisa bertahan berpisah dari suaminya?” Dia menjawab, “Empat bulan.”
"Oleh karena itu, beliau memutuskan bahwa beliau tidak akan menyuruh laki-laki yang sudah menikah meninggalkan istrinya untuk jangka waktu lebih dari empat bulan. Namun jika seorang istri bersedia melepaskan haknya lebih dari jangka waktu tersebut, maka hal tersebut sah dan tidak ada salahnya.”
Bang Satya mengakhiri ceritanya lalu bangkit dan menyusul keponakan dan anaknya bermain, mereka bermain sambil tertawa begitu bahagia.
"Mbak, Aku rasa aku mampu lebih dari empat bulan, kami bahkan jarang meski bersama, Mas Aby juga selalu sibuk bekerja dan pulang dengan wajah lelahnya." Kata Alifa.
"Sudahlah, tenangkan dulu hatimu, fokus pada kandungan dulu, jika memang masih ingin bersama maka komunikasi yang baik dengan Aby nanti, minta tetap bersama namun di rumah sendiri." Kata Amina lalu menepuk tangan Alifa lembut, Alifa pun mengangguk tanda setuju.
Alifa bersyukur memiliki Abang yang sabar begitu juga ipar yang lembut lagi pandai dalam agama namun tidak menggurui dan mendekati, dan yang paling Alifa suka mereka memberi contoh dan bukti tidak sekedar bicara.
"Seandainya, Aku bisa seperti sepasang ini. " Batin Alifa mengusap wajahnya dan sudut air matanya.
***
Niscaya rumah tangga mu bakal langgeng dan bisa menua bersama