NovelToon NovelToon
Married By Accident

Married By Accident

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Riin tak pernah menyangka kesalahan fatal di tempat kerjanya akan membawanya ke dalam masalah yang lebih besar yang merugikan perusahaan. Ia pun dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kehilangan pekerjaannya, atau menerima tawaran pernikahan kontrak dari CEO dingin dan perfeksionis, Cho Jae Hyun.

Jae Hyun, pewaris perusahaan penerbitan ternama, tengah dikejar-kejar keluarganya untuk segera menikah. Alih-alih menerima perjodohan yang telah diatur, ia memutuskan untuk membuat kesepakatan dengan Riin. Dengan menikah secara kontrak, Jae Hyun bisa menghindari tekanan keluarganya, dan Riin dapat melunasi kesalahannya.

Namun, hidup bersama sebagai suami istri palsu tidaklah mudah. Perbedaan sifat mereka—Riin yang ceria dan ceroboh, serta Jae Hyun yang tegas dan penuh perhitungan—memicu konflik sekaligus momen-momen tak terduga. Tapi, ketika masa kontrak berakhir, apakah hubungan mereka akan tetap sekedar kesepakatan bisnis, atau ada sesuatu yang lebih dalam diantara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A Lovely Daughter in Law (1)

Perjalanan selama satu jam menuju kediaman keluarga Cho terasa cukup lama bagi Riin. Sepanjang jalan, ia terus berusaha menenangkan dirinya. Namun, rasa gugup itu tak kunjung hilang, bahkan semakin menguat saat mobil memasuki area perumahan mewah di pinggiran kota Seoul. Jalanan di lingkungan itu dihiasi pohon-pohon sakura yang daunnya mulai berguguran, menandakan awal musim semi. Udara dingin berembus, tapi sinar matahari yang lembut membuat suasana terasa hangat dan menenangkan—setidaknya bagi sebagian orang, bukan Riin.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar bergaya modern dengan sentuhan tradisional khas Korea. Atap genteng berwarna abu-abu gelap melengkapi dinding kayu berwarna hangat, memberikan nuansa elegan dan ramah. Halaman depannya dihiasi taman kecil yang tertata rapi, lengkap dengan kolam ikan mungil di sudutnya.

Riin turun dari mobil, namun langkahnya terhenti. Ia berdiri terpaku, menatap rumah itu dengan campuran perasaan takjub dan cemas. Baginya, rumah itu bukan hanya sekadar bangunan besar, melainkan simbol kehidupan yang sama sekali berbeda dari apa yang selama ini ia jalani. Dalam hatinya, pertanyaan besar bergema: Apakah aku pantas berada di sini?

“Hei, kenapa diam saja?” tegur Jae Hyun yang sedang mengeluarkan barang bawaan dari bagasi. Suaranya terdengar santai, tapi ia sempat melirik sekilas ke arah Riin, menyadari raut gugup yang jelas tergambar di wajah gadis itu.

“Ah, maaf.” Riin tersentak dari lamunannya. Ia buru-buru mengambil dua buket bunga yang sudah ia siapkan tadi, berusaha mengalihkan perasaan canggungnya.

“Ayo masuk.” Jae Hyun melangkah mendahuluinya sambil membawa tas kecil. “Tenang saja. Keluargaku cukup ramah, bahkan pada orang asing.”

“Tentu saja mudah bagimu mengatakan itu,” gumam Riin setengah mengeluh, suaranya lirih tapi masih terdengar oleh Jae Hyun.

Pria itu hanya mengangkat bahunya, tampak acuh. Namun dalam hati, Jae Hyun bisa memahami apa yang Riin rasakan. Ia tahu ini bukan situasi yang mudah, terutama bagi gadis yang tiba-tiba harus berpura-pura menjadi bagian dari keluarganya.

Mereka berhenti di depan pintu utama. Jae Hyun memasukkan pin keamanan dengan gerakan cepat dan mempersilakan Riin melangkah lebih dulu. “Silakan,” katanya sambil menahan pintu.

Riin mengangguk kecil dan masuk dengan langkah hati-hati, hampir ragu. Aroma khas kayu dan lilin aromaterapi langsung menyambutnya. Rumah itu terasa hangat dan hidup, namun tetap megah dengan interior yang memadukan elemen modern dan tradisional.

“Wah, akhirnya calon menantuku datang juga!” Sebuah suara ceria membuat Riin hampir melompat. Di hadapannya berdiri seorang wanita paruh baya dengan senyum lebar dan sorot mata penuh antusiasme. Rambutnya ditata rapi, dan ia mengenakan hanbok modern berwarna pastel, membuatnya terlihat anggun namun tetap bersahaja.

“H-ha... halo, Ny. Cho,” ucap Riin dengan suara yang sedikit bergetar. Ia membungkuk sopan. “Salam kenal. Nama saya Riin, senang bertemu dengan Anda.”

Wanita itu tertawa kecil, lalu mendekati Riin dengan langkah ringan. “Sayang, tak perlu bersikap seformal itu padaku. Panggil saja aku Eommonim. Menantu juga akan kuperlakukan seperti anakku sendiri.”

Riin tersenyum meski canggung, namun ada kehangatan dalam cara bicara Ny. Cho yang sedikit mengurangi ketegangannya. “Oh, iya,” katanya sambil menyerahkan salah satu buket bunga. “Ini bunga untuk Eommonim. Semoga suka.”

“Oh ya ampun, kau tidak perlu repot-repot menyiapkan ini,” balas Ny. Cho, menerima bunga itu dengan senyum lebar. “Tapi ini cantik sekali, terima kasih banyak.”

“Dia yang memilih sendiri bunganya untuk Eomma dan hadiah lainnya,” sela Jae Hyun dengan nada santai sambil menaruh tas di lantai. “Dia bahkan menyiapkan bunga untuk Noona saat tahu aku punya kakak perempuan.”

Ny. Cho menatap Riin dengan mata berbinar. “Tentu saja aku bisa melihat kalau dia yang memilihnya. Kau mana pernah menyiapkan hal semanis ini untukku atau kakakmu,” ujarnya sambil mencibir ringan pada Jae Hyun.

“Belum apa-apa, tapi Eomma sudah sangat berpihak padanya,” gerutu Jae Hyun, namun nada suaranya lebih terdengar pasrah daripada kesal.

Riin tertawa kecil melihat interaksi itu, merasa sedikit lebih santai. Dalam hati, ia merasa heran_ternyata ada yang mampu mencairkan dinginnya sikap Jae Hyun.

“Sudah, ayo masuk,” kata Ny. Cho sambil meraih lengan Riin dengan lembut. “Temui yang lainnya. Hari ini spesial, aku sudah menyiapkan hidangan spesial juga.”

Riin tidak bisa menolak. Ia membiarkan Ny. Cho menuntunnya menuju ruang keluarga, sementara Jae Hyun mengikuti mereka dari belakang dengan langkah santai. Namun, ada sebersit kekhawatiran dalam hati Jae Hyun. Ia tahu, interaksi berikutnya dengan seluruh anggota keluarga akan menjadi ujian sesungguhnya, bukan hanya bagi Riin, tapi juga bagi dirinya sendiri.

Riin melangkah masuk ke ruang keluarga. Ruangan itu luas, dengan meja makan panjang yang telah dihiasi lilin dan bunga segar. Di sekelilingnya, beberapa anggota keluarga sudah menunggu. Senyuman mereka hangat, tapi tatapan penuh rasa ingin tahu tak bisa disembunyikan.

Dalam hati, Riin hanya bisa berdoa agar semuanya berjalan lancar. Namun, ia tahu satu hal pasti: pertemuan ini akan menjadi pengalaman yang tidak akan pernah ia lupakan.

***

Riin menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah ke ruang keluarga. Ia menyadari semua perhatian tertuju padanya, membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ruangan itu luas dan hangat, dengan jendela besar yang memungkinkan sinar matahari musim semi masuk dengan lembut. Sebuah meja panjang dengan lilin-lilin kecil di tengahnya menjadi pusat perhatian, sementara sofa besar mengelilingi karpet tradisional Korea di sudut ruangan.

Ny. Cho dengan sigap memperkenalkan anggota keluarga satu per satu. Ada Ah Ra, kakak perempuan Jae Hyun, yang terlihat anggun dengan setelan kasual namun elegan. Ah Ra tersenyum ramah, meski tatapan matanya sedikit jahil, seolah mencoba membaca Riin lebih dalam. Di sisi lain ruangan, ada Tn. Cho—ayah Jae Hyun—dengan aura yang tenang namun karismatik, ditemani menantu lelakinya dan dua anak kembar yang sedang sibuk bermain balok kayu di lantai.

“Ah, ini untukmu, Ah Ra-ssi,” ujar Riin dengan suara sedikit bergetar, menyerahkan buket bunga yang telah ia siapkan. “Semoga kau suka.”

Ah Ra menerima bunga itu dengan mata berbinar. “Terima kasih, Riin. Kau sangat perhatian. Aku sudah mendengar banyak tentangmu, tapi ternyata kau lebih manis daripada yang kuduga.”

Ucapan itu membuat Riin tersipu. “Ah, tidak... ini hanya hal kecil saja.”

Semua orang di ruangan tampak menyambut Riin dengan kehangatan. Bahkan Tn. Cho, yang biasanya terlihat serius dalam foto-foto yang pernah ditunjukkan Jae Hyun, tersenyum hangat padanya. Riin merasa sedikit lebih tenang, meskipun rasa canggung itu belum sepenuhnya hilang.

“Riin~a, nikmati waktumu di rumah ini. Aku permisi sebentar untuk menyiapkan hidangan yang akan kita santap bersama nanti,” ujar Ny. Cho sambil berdiri dari tempat duduknya.

“Biar aku bantu,” kata Riin dengan sigap, mencoba menunjukkan bahwa ia ingin menjadi bagian dari keluarga ini, meski hanya pura-pura.

Namun Ny. Cho menggeleng sambil tersenyum lembut. “Tidak perlu, sayang. Kau tamu di sini, dan ini kunjungan pertamamu. Tidak sopan jika aku mengajakmu mengurusi dapur. Sudahlah, tenang saja di sini, nikmati waktumu bersama Jae Hyun. Atau,” dia menambahkan dengan nada bercanda, “kalian bisa pergi ke kamar agar lebih banyak privasi.”

Riin tersentak mendengar candaan itu, dan pipinya langsung memerah. “A-aku... tidak, tidak perlu,” katanya tergagap, melirik sekilas ke arah Jae Hyun yang hanya mengangkat alisnya dengan ekspresi datar.

“Eomma, berhenti menggodanya,” ujar Jae Hyun sambil menghela napas, namun ada senyum kecil yang tersungging di sudut bibirnya.

“Kenapa? Kalian akan segera menikah, jadi tidak ada salahnya,” jawab Ny. Cho santai sebelum melangkah ke dapur, diikuti Ah Ra yang tampak geli dengan situasi itu.

Sementara itu, Tn. Cho beserta menantu lelakinya membawa si kembar keluar ke halaman untuk bermain, memberikan suasana yang lebih tenang di ruang keluarga. Kini hanya ada Jae Hyun dan Riin di ruangan itu, dikelilingi oleh keheningan yang sedikit canggung.

Jae Hyun menoleh ke arah Riin, yang masih tampak salah tingkah. “Hei, kau mau ke kamarku?” tanyanya tiba-tiba, nadanya santai, namun matanya berbinar jahil.

Mata Riin membelalak. Ia segera memukul pelan lengan pria itu. “Jangan macam-macam, ya!” serunya dengan nada setengah kesal, meskipun pipinya masih bersemu merah.

Jae Hyun terkekeh pelan, menikmati reaksinya. “Aku hanya menawarkan tempat yang lebih nyaman agar kau bisa lebih leluasa,” ujarnya sambil mengangkat bahu, memasang ekspresi polos yang jelas dibuat-buat.

Riin menghela napas panjang, mencoba mengendalikan dirinya. “Tempat ini sudah cukup nyaman,” katanya dengan nada tegas, meski ia diam-diam merasa lega karena suasana yang sebelumnya tegang mulai mencair.

Jae Hyun bersandar di sofa, mengamati Riin yang terlihat sibuk merapikan ujung gaunnya. Ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu_ia bukan tipe orang yang bisa dengan mudah berpura-pura nyaman dalam situasi canggung seperti ini, tapi ia juga tidak menyerah untuk mencoba.

“Kau melakukannya dengan baik,” kata Jae Hyun tiba-tiba, suaranya lebih lembut dari biasanya.

Riin menoleh, bingung. “Apa maksudmu?”

“Bersikap di depan keluargaku. Mereka semua menyukaimu,” jawabnya sambil menatap lurus ke depan, tidak ingin terlihat terlalu perhatian.

Riin tersenyum kecil. “Mungkin karena aku membawa bunga untuk semua orang.”

Jae Hyun tersenyum tipis, lalu meliriknya sekilas. “Bukan hanya itu. Kau punya cara membuat orang merasa nyaman, meskipun kau sendiri tidak nyaman. Itu... menarik.”

***

1
Kyurincho
Recommended
Coffeeandwine
Bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!